Senin, 20 Juli 2009

Nikita Fransiska Mandagi dalam OSN 2009















Hari ini, aku mengantarkan muridku, Nikita Fransiska Mandagi mengikuti Olimpiade Sains Nasional tingkat provinsi Kalimantan Barat di Singkawang sebagai Juara 1 Olimpiade Sains Nasional tingkat Kabupaten Landak. Jujur, aku sangat bangga pada Nikita. Di usianya yang baru 10 tahun, ia bisa mengukir prestasi setingkat kabupaten. Ia belajar dengan rajin, sekalipun rumahnya sejauh 11 Km dari sekolah, saat awal maju ke Kabupaten, aku ingat ia belajar tank pernah absen setiap Sabtu. Sementara kawannya libur, bermain, dan bersantai, ia menekuni soal2 matematika yang kuberikan. Setelah maju keprovinsi, walaupun ia mengaku capek, tetapi ia tetap giat belajar. Nikita belajar 5 hari lamanya di SMAN 1 Ngabang untuk memperdalam konsep matematikanya. Kembali berlatih di Sekolah Makedonia ia tidak meremehkan aku sebagai pelatih pertamanya. Ia berlatih giat tanpa mengeluh. Aku beruntung mengenalnya. Aku bangga mempunyai murid seperti dia. Nikita yang 8 bulan lalu profilnya kubaca di website MIKA berkata ingin berdoa didepan kelas, sekarang sudah bisa berdoa di depan kelas. Jelas, karena profil itu dibuat ketika ia kelas 2 SD. Papanya bercerita bahwa Nikita ingin ikut olimpiade di kelas 5 ternyata keinginannya terkabul, sebelum ia berada di kelas 5. Saat ini, ia sedang terlelap, setelah mengikuti pembukaan olimpiade. Sukses buatmu Nikita. Selamat berjuang besok.
Selesai sudah seleksi OSN Provinsi, jam 21.30, 30 Juni 2009. Aku telah melihat keletihan di wajah Nikita sejak memasuki tes ke 3. Nikita dengan sedih sejak tes 1 mengatakan bahwa mungkin hasilnya tidak bagus. Ia kekurangan waktu dan materinya sungguh sulit. Sebagai pelatih yang mendampingi, aku merasa aku perlu membangkitkan semangatnya. Pada tes 1 tersebut ia mengakui hanya menjawab 10 soal, dari 25 soal. Pada tes ke 2, ia kembali keruang tes. Masih dapat kulihat bayangan semangat di wajahnya. Jujur aku merasa bersalah, karena mengharapkan siswa kelas 4 yang baru naik kelas 5 untuk bisa lolos ke seleksi OSN nasional. Padahal, aku tidak akan lagi ada bersamanya. Aku tahu, aku memberinya beban terlalu berat, bahkan dengan memberinya target menembus 10 besar sekalipun. Aku tahu Nikita masih mengalami tekanan karena nilai ulangan umumnya yang turun akibat latihan olimpiade dari Kab. Landak, yang dilakukan saat seharusnya Nikita ulangan umum dan mengakibatkan ia gagal menjadi juara kelas tahun ini. Pada tes 3, sekalipun lelah, tidak sempat istirahat karena makan siang mundur40 menit terlambat dari panitia, dan jadwal tes dimajukan 30 menit dari seharusnya, Nikita berusaha sungguh2 mengerjakannya. Aku melihat dari sudut pintu ruangan tes, kerutan menghiasi keningnya, ketika ia berpikir menyeesaikan soal2 tes 3 itu. Tanpa sadar mataku basah... (maafkan ibu, Nak. Mungkin lebih baik, jika kamu tidak megikuti lomba ini).
Malam ini hasil kerjanya diumumkan, stelah mengetahui tidak berada di posisi 10 besar, Nikita menghilang ke kamar, padahal semula ia sempat minta difoto bersama teman2nya juara 2 dan 3 di Kab. Landak, seusai acara penutupan. Aku mengerti, mungkin Nikita kecewa. Apalagi saat aku memberitahunya dari rekap nilai yang sempat kulihat bahwa posisinya adalah di urutan 19-21. ia kelihatan sedih. Aku memberinya motivasi agar tidak menyerah. Aku mengingatkan Nikita, bahwa Nikita masih punya kesempatan tahun mendatang. Berbeda dengan 30 peserta lainnya yang tahun ini ikut, tahun depan, mereka tidak akan bisa ikut seleksi ini lagi, karena telah duduk di SMP. Nikita masih dapat mengikuti lomba ini dan mengukir prestasi. Lagipula peringkatnya diantara yang lain masih lebih baik. Untuk Landak Ia tetap peringkat 1, karena juara 2 yang dikirim hanya berada di posisi 27, dan juara 3 di posisi 29. Namun... kerja keras akan menunggu. Mungkin Nikita perlu privat dengan pelatih matematika olimpiadenya dari SMA, Bu Maria, tidak akan ada lagi. Nikita harus mandiri, karena belum tentu bisa mengharapkan dari sekolah, apalagi dinas Kabupaten. Orang tua Nikita yang mendampingi bertanya, maukah ia mencoba lagi tahun depan? (sebulan sebelumnya jawaban Nikita: TIDAK, AKU CAPEK, BUUU) Nikita mengangguk, dengan tekad baru yang kulihat ada diwajahnya... " ya, Nikita mau". Akhirnya Nikita mampu menerima kekalahannya. Kembali keruangan pengumuman untuk mengambil insentif dari panitia Provinsi, Nikita bisa memperhatikan sekelilingnya. Diam-diam ia menggamitku..."bu, kok dia nangis ya?" katanya mengerling pada siswa dari kota lain yang juga tidak juara dan matanya merah, bekas air mata. Aku lega, ia mengerti bahwa bukan hanya dirinya yang belum berhasil.
Aku bangga, motivasi dan impian yang kuberikan tidak sia-sia.
Ingin kudengar prestasimu, Nikita. Sejauh apapun kakiku melangkah, doaku bersamamu... terimaksih memberiku kenangan indah, dan motivasi, untuk berani dan tabah sepertimu. Selamat berjuang untuk tahun 2010 ya, Nak...

3 komentar:

  1. kebanggaan akan predstasi anak didik yang kita bina merupakan sebuah kebanggan yang tiada terhingga.sebagai pendidik rasanya memiliki anak didik yang berprestasi merupakan sebuah semangat yang bangit dari sebuah mimpi. Perjalanan dalam membina perserta didik bagaikan mengusung telur dalam telapak tangan. Berbanggalah akan keberhasilan yang telah diraih dan dilewati. Serta bangkitlah kembali dengn misi yang jauh lebih semangat. Selamat dan teruslah berprestasi jangan pernah melihat sebuah rintangan sebagai halangan tetapi jadikanlah sebagai pemicu semangat dalam jalanan kita. amin

    BalasHapus
  2. thank you ms. saya baru baca posting ini, koq ms. gak bilang-bilang sih ???? maluuu liat fotonya hahahahaha :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ini sudah lama sekali Nikita.... Kenangan di antara kita kan?

      Hapus

Tips Hidup Maksimal

Mendengar suara Tuhan adalah kunci hidup orang percaya menjadi maksimal. Sayangnya seringkali, kita merasa Tuhan tidak berbicara pada kita. ...