Setiap sekolah mempunyai model laporan tengah semester yang berbeda-beda. Beberapa tahun yang lalu saya pernah mengajar di sekolah dengan laporan tengah semester yang bersifat deskripsi. Setiap anak mendapatkan nilai angka dan juga deskripsi sikap serta kemampuan mereka di kelas.
Tetapi semua laporan tengah semester tidak mencantumkan peringkat anak di kelas. Mana bisa diperingkat sedangkan nilai tercantum adalah nilai mentah? Tidak ada nilai tugas maupun perilaku belajar yang biasanya dikalkulasi setelah semua terkumpul. Walaupun secara pribadi saya benci membuat peringkat kelas, tetapi kalau disuruh buat ya dibuatlah.
Kemarin salah satu siswa saya menanyakan, "Miss, aku peringkat berapa?" Lalu saya tertawa dan menjelaskan bahwa dalam penerimaan laporan tengah semester tidak pernah ada peringkatnya. Mendengar jawaban saya, anak tersebut sedikit cemberut. Seingat saya, ia sudah menanyakannya 3 kali, semuanya. Kelas 4 1 kali, kelas 5 ini yang kedua. Anak ini memang bukan termasuk top 10, namun juga bukan yang terbawah. Ia anak yang suka membantu dan bahagia dalam belajar.
Sebenarnya, bagi saya peringkat kelas bukanlah segalanya. Saya berharap, anak-anak saya belajar bukan karena peringkat tetapi karena rasa ingin tahu dan menginginkan keterampilan yang baru dan juga perilaku yang baru.
Menyaksikan anak-anak yang mau bekerja keras, tidak menyerah dengan kesulitan dan selalu bersemangat dalam belajar lebih berarti buat seorang guru daripada hanya melihat nilai-nilai baik saja.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tips Hidup Maksimal
Mendengar suara Tuhan adalah kunci hidup orang percaya menjadi maksimal. Sayangnya seringkali, kita merasa Tuhan tidak berbicara pada kita. ...
-
Jaman saya sekolah dulu, tas saya relatif ringan. Buku pelajaran dipinjami oleh sekolah dan tidak ribet bawa buku cetak. Sekarang ini berbe...
-
Judul:Zone Penulis: Jack Lance Penerbit: Bhuana Sastra/BIP Jumlah halaman : 328 ISBN: 9786024554927 Harga: Rp. 75K Sinopsis: Dengan ...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar