Tampilkan postingan dengan label bacaan menarik. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label bacaan menarik. Tampilkan semua postingan

Sabtu, 05 Agustus 2017

Maafkan, lupakan, Filosofi dalam sebuah novel Anak Rantau

Judul Buku : Anak Rantau
Pengarang: Ahmad Fuadi
Penerbit: Falcon Publishing
Cetakan pertama: Juli 2017
Harga: IDR 90000 

Dirilis awal Juli ini secara online dan saya temukan di buku kita dot com, buku ini baru akan dipasarkan di toko buku pada minggu ini. Saat soft launching bersama dengan acara Asean Literacy Festival di Kota Tua, hari ini 5 Agustus 2017, buku ini diberikan dengan diskon 10% dengan bonus tanda tangan pengarang, dan foto bersama serta kopi dan donat seusai talk show. 
Buku yang menggunakan point of view helikopter, menurut penulisnya, karena si penulis menulis tidak sebagai tokoh dalam tulisan ini membuat saya terpukau. Kekayaan budaya Minang dalam berbagai quote pada buku ini misalnya, meyakinkan saya akan kerennya Indonesia.
Buku ini memotret kehidupan seorang anak SMP yang dari Jakarta dipaksa pulang ke kampungnya di Minang oleh ayahnya yang sudah kehabisan akal dan resah dalam membimbing dan mendidik si anak.  
Amanat yang terkandung dalam buku ini menyebar dalam cerita sederhana yang menarik. Setiap bagian memiliki pembelajarannya tersendiri yang membuat saya tak hendak berhenti membacanya bahkan. 
Alur penulisannya tidak sulit dipahami, sampai sampai terpikir oleh saya untuk membacakannya bagi siswa kelas 5-6 saya dalam kegiatan gemar literasi. 
Sambil menunggu Uda Fuadi menanda tangani buku, saya sempat menanyakan segmen pasar buku ini. Apakah buku ini bisa dibaca siswa Sekolah Dasar? Uda tanpa ragu menyatakan buku ini bisa dibaca anak SD sekalipun. Ia juga merekomendasikan negeri 5 menara salah satu buku lain yang ditulisnya. 
Dalam talkshow, Miftah Sabri, CEO Selasar menyebutkan, buku Anak Rantau ini sukses membuat Uda Fuadi, bukan hanya menyadi penulis, namun juga sosiolog dan sufi. Benar, bagaimana hal hal seperti memaafkan dan melupakan yang berawal dari alam terkembang menjadi guru menjadi ruh penulisan buku ini digarap selama 4 tahun dan mampu membuat buku ini jadi ringan, namun memukau.
Setting atau latar penulisan buku ini bervariasi, mulai dari sekolah Hepi, surau kakek, bahkan lapau pun jadilah. setiap tempat punya kisah tersendiri. Latar favorit saya adalah perpustakaan, karena kata Miftah, google masih kalah dengan buku dan otak manusia, tapi jelas ini memang subyektif.
Bagian favorit saya? Jujur? Bagian endingnya. Bu Ibet masih jomblo ya Uda? :D  
Sinopsis: 
Donwori bihepi, tokoh utama dalam buku adalah siswa kelas 2 SMP yang rapornya kosong karena sering bolos sekolah di Jakarta. 
Dalam keresahannya ayah Hepi, Martiaz memutuskan mengantar anaknya pulang ke Tanjung Durian, sebuah desa di Sumatra Barat. 
Datuk Marajo Tinggi, seorang Ayah, Ayah Martiaz, Seorang Kakek, kakek Hepi, menebus dosa masa lalu di tengah surau.
Pandeka Luko, Pahlawan yang terbuang karena PRRI adalah potongan lain dalam buku ini. 
Sebuah filosofi, maafkan dan lupakan yang didasari oleh alam terkembang menjadi guru menjadi amanat hidup bagi empat tokoh ini. 
Petualanga Hepi dengan Zen penyayang binatang dan Attar si penembak jitu di desa Tanjung Durian 
demi melunasi dendam dan rindu ini merupakan novel yang layak baca, dan tidak mengecewakan.
Untuk menulis novel Ini, Uda Fuadi menurutkan bahwa istri nya menjadi editor pertama yang memberikan masukan dan saran. Ia juga memerlukan waktu untuk pulang kampung demi sebuah ruh novel anak rantau. 
Baca novel ini, mau ngulang dan ngulang lagi.... Tidak mengecewakan kok. Sarat dengan pelajaran, dalam bahasa sederhana, namun tetap saja menyentuh. Skala 1-10 saya berikan 9.  
So enjoy reading the book.... :D 


foto 1, dijepret oleh mbak yang di samping mas Agung Han
Foto 2 dan 3, dokumentasi dari grup Anak Rantau ISB.
Trimakasih ISB (Indonesial Social Blogpreneur) 

Rabu, 23 Maret 2016

Membaca Mengenali Monster Pribadi

Membaca buku ini seolah membawa saya kembali ke ruang kuliah. Saat mengikuti perkuliahan Master of Art dalam Konseling Kristen, saya pernah mendengarkan sebagian dari yang tertulis dalam buku ini. Mungkin karena direktur program Konseling tersebut adalah penulis buku ini. Julianto Simanjuntak. Buku setebal 205 halaman ini (++) saya temukan sebagai koleksi teman guru seasrama saya di Jambi. Dicetak secara indie oleh yayasan Pelikan Indonesia.
Kepedulian Pak Julianto Simanjuntak terhadap konseling memang sudah ternyata dari tulisan dan buku-bukunya yang sudah disebarkan melalui Gramedia dan beberapa penerbit mayor.
Membaca buku ini membuat saya memeriksa ulang diri sendiri.
Eh, susah lho. Gampang buat kita ngorek atau melototin kesalahan orang, coba deh pelototin diri sendiri alias bercermin? Ngga gampang kan. Padahal sebetulnya juga ngga susah amat, asal kitanya mau jujur.
Dalam buku ini disebutkan bahwa area sensitif atau hal hal yang membuat kita terganggu dengan mudah dan bereaksi dengan negatif secara berulang adalah monster pribadi.
Penyebab terbentuknya monster pribadi ini adalah trauma masa lalu, tingkah laku jelek yang berubah menjadi karakter, emosi negatif yang tidak terkelola dengan baik. Monster ini tertutupi dengan baik dan bahkan kadang tidak disadari oleh pemiliknya.
Ada 10 monster  yang disebutkan dalam buku ini.
1. Kepahitan
2. Tawar hati
3. Minder
4. Kemarahan
5. Kesepian
6. Sayang diri (egois/selfish?)
7. Putus asa
8. Kelebihan beban
9. Kehilangan
10. Kebiasaan buruk karena ketiadaan figur dalam keluarga/ disfungsi keluarga.
Buku ini tak hanya menunjukkan monster pribadi kita, bagi yang mau self reflection. Buku ini juga menuliskan seni mengelola monster itu. Ada kok kabar baiknya bahwa kita bisa mengatasi monster kita masing masing. Berikut seni mengelolanya,
1. Merayakan hidup
2. Terapi kelahiran
3. Hidup tanpa topeng
4. Mengenali bahasa cinta tubuh
5. Self talk
6. Mencukupkan diri
7. Bersikap benar terhadap kemapanan
8. Mendaur ulang kehidupan
9. Reparenting
Menjelaskan setiap point tentu akan membuat ini menjadi panjang. Jadi, jika tertarik dengan buku ini, saya merasa buku ini bermanfaat, bisa mencoba menghubungi penulisnya, atau mencarinya di Google play store.
Selamat pagi,
Dari Jambi,

Maria Margaretha

Minggu, 20 Maret 2016

Membaca Trilogi Hunger Games

Saya menemukan novel ini di e book gratisan. Tadinya kurang tertarik. Tapi karena benar benar kehabisan bacaan, akhirnya download juga. Menghabiskan ketiga novel dalam 12 jam. Yah gimana ngga kehabisan bacaan kalau bacanya secepat itu. Ya ngga?
Well, Hunger Games menurutku menyeramkan. Serius.
Apa ada yang pernah baca novel ini? Karangan Suzanne Collins. Aku agak bingung, buku ini referensinya fantasy mungkin ya. Tapi ngga yakin cocok buat semua umur. Habis banyak pembunuhannya. Walaupun ngga berlepotan darah sih.
Sinopsis sederhananya sih, ada negara dengan 12 distrik yang tiap tahun ada acara permainan mengerikan bernama hunger games. Dari 12 distrik dikumpulkan nama nama anak 12 tahun sampai 18 tahun yang akan dipilih dengan undian biasanya 2 anak. 1 perempuan dan 1 laki laki. Untuk setiap kali nama dimasukkan ada jatah makanan bulanan, setiap tambah usia kalikan nama. Misal, Susi, usia 12 namanya dimasukkan 1 kali. Nah usia 13 ia harus memasukkan namanya 2 kali. Dan usia 14 ia masukkan namanya 3 kali. Umur 15 dia harus masukkan namanya 4 kali dan seterusnya sampai umur 18. Yang mengerikan kalau anak itu dari keluarga miskin, dia boleh memasukkan namanya sebanyak anggota keluarganya. Dan jumlah namanya berlipat jadinya. Probabilitas ia menjadi peserta makin besar. Kalau umur 12, namanya dimasukkan 5 kali karena ada 4 adiknya, umur 15 namanya dimasukkan 20 kali. Dan WAJIB diikuti semua anak. Mengerikan karena kemungkinan peserta Hunger Games ini kecil bisa bertahan hidup. 24 peserta  diharapkan saling bunuh di arena pertarungan. Pemenangnya hanya 1 yang bertahan hidup.  Bagaimana tidak menyeramkan?
Tokoh utama dalam novel ini adalah Katnis, Gale dan Peeta. Hubungan Katnis dan Gale dijalin karena usaha bertahan hidup sebelum Hunger Games, dan hubungan Katnis dan Peeta terjalin karena usaha bertahan hidup dalam Hunger Games. Tokoh tokohnya berusia 12-19 tahun.
Kisah cinta dan kebingungan Katnis terpapar dalam alur yang maju mundur disajikan dengan menarik. ada 2 Hunger Games yang disajikan. Hunger Games kedua adalah Quarter Quell dimana Peeta dan Katniss kembali menjadi peserta. Tema persahabatan dan percintaan dibungkus dalam pemberontakan dan perlawanan pada pemerintah Capitol.
Novel ini menarik,
1. Mengajarkan seni bertahan hidup dalam keadaan ekstrim. Ekstrim dalam arti tidak punya Ayah, dengan Ibu yang sempat kehilangan kesadaran diri. Ekstrim saat 24 orang harus saling bunuh untuk jadi pemenang Hunger Games dan tetap hidup.
2. Persaudaraan terjalin karena keharusan bertahan hidup secara ekstrim juga. Katniss dan Gale dipersaudarakan karena usaha bertahan hidup di hutan bertahun tahun, sebelum Hunger Games.
3. Politik memang sulit ditebak. Untuk yang satu ini saya sulit menjelaskannya.
Baca deh novelnya. Seru, seram tapi tidak sangat menakutkan.

Minggu, 28 Februari 2016

Review buku: Radja Tempe di Eropa

Weekend ini aku menemukan sebuah novel menarik di rak ruang tengah tempat tinggalku. Judulnya berhubungan dengan tempe. Ya. Itulah Radja Tempe.
Novel yang lumayan tebal dan Ditulis oleh penulis yang mungkin banyak yang belum tahu. Namanya Fino Yurio K. Namun demikian Novel ini diendors oleh beberapa penulis yang terkenal, seperti Ahmad Tohari dan Astrid Tito (saya kurang kenal yang belakangan. Tapi disebut penulis best seller juga)
Tebal novel sendiri 306  halaman, tapi ada beberapa halaman tambahan seperti endorsment, kata pengantar dan riwayat penulis.
Novel ini diterbitkan oleh penerbit Matahari, Jakarta Selatan, pada tahun 2014.
Novel ini menarik menurut saya. Dibawakan dengan sudut pandang orang pertama dimana si tokoh menyebut dirinya aku, dengan cerita dari masa lalu ke masa kini, kembali ke masa lalu dan masa kini lagi.
Tokoh utamanya si aku adalah Ridho, digambarkan dengan karakter yang kuat, namun bukan kuat sendiri tapi dengan sinergi bersama tokoh tokoh lain seperti Didiet, Rani dan Sara.
Seperti judulnya, novel ini banyak bercerita tentang tempe juga. Keren kan?
Hal hal yang menarik dalam novel ini dan membuatnya sangat baik dibaca bagi setiap orang yang punya mimpi masa depan adalah:
1. Setiap impian memerlukan langkah pertama. Ridho yang ingin membuat tempe menjadi makanan internasional, harus memulainya dari warung kecil di depan warnet. Tetapi, diniatkan dan dilakukan dengan kerja keras. Bukan dengan tidur atau malas apalagi takut gagal dan tak berani mulai.
2. Bagikan impianmu, karena kita tak tahu siapa dan bagaimana mimpi kita menemukan jalan pencapaiannya.
3. Kompetitor bukan musuh, tapi Quality Control. Dalam memperjuangkan impian kadang ada kerikil yang membuat kita seolah kalah, tapi selama kita mempertahankan kualitas, jangan kuatir.
Asli, novel ini keren. Baca deh. Selamat menikmati.

Rabu, 10 Februari 2016

Review Novel Go Set A Watchman, Sekuel To Kill the Mocking Bird

Membaca to kill the mockingbird yang menarik adalah isu kesetaraan ras di Amerika Serikat pada beberapa abad lalu. Tokoh utamanya adalah Scout, yang nama aslinya adalah Jean Louise Finch kecil. Novel Go Set A Watchman adalah kisah Jean Louise Finch dewasa muda. Belum menikah, sudah berkarir, dengan isu kesetaraan rasial yang mirip di masa kecilnya.
Pembedanya adalah, pada masa kecil, leberadaan Atticus Finch utamanya mendukung ras kulit hitam, di Go Set A Watchman, Atticus digambarkan seolah menyetujui pemisahan ras kulit hitam dan ras kulit putih. Jelas, hal ini menjadi konflik antara Scout dan ayahnya.
Penasaran kan? Yah, memang menarik jalinan ceritanya. Alur bergerak dengan lambat namun tetap dapat membuat pembaca bertahan.
Beberapa Quote dari Go Set A Watchman adalah,
1. Prasangka, kata kotor, dan keyakinan buta dimulai saat akal sehat berhenti digunakan.
2. Teman-temanmu sangat membutuhkanmu saat mereka salah.
3. Saat kau berhenti lari dan berbalik, tindakan itu butuh keberanian besar.
Well, tiga quote di atas membuat saya berpikir mengenai hidup saya sendiri dalam lingkaran relasi yang selama ini tidak kokoh.
Novel ini bukan hanya menyajikan cerita, namun juga filosofi yang dalam.
Novel diterbitkan oleh Qanita, dan didistribusikan oleh Mizan, dapat ditemukan di Gramedia. Memang, Harper Lee hanya membuat 2 novel. Namun kedunya walaupun tebalnya bukan main, tetap saja disukai pembacanya. Go Set a Watchman, 288 halaman, versi bahasa Indonesia, dicetak pertama pada bulan September 2015.
Ngga rugi deh baca novel ini. Kualitas oke. Cocok bagi pembaca fiksi drama yang ngga mellow.

Minggu, 31 Januari 2016

Membaca Ahmad Tohari:Ronggeng Dukuh Paruk dll

Sejak menemukan tempat mendownload buku buku dan novel secara gratis, saya jadi pemalas. Saya malas blogwalking maupun menulis di blog saya sendiri. Tetapi, hari ini saya pengen banget bercerita mengenai beberapa novel dari penulis Ahmad Tohari yang saya temukan gratisan itu.
Menyenangkan memang bisa membaca banyak novel secara gratis. Saya membaca sekitar 6 novel yang ditulis oleh Ahmad Tohari ini. Kebetulan novelnya yang sering saya lihat di gramedia dulu adalah Ronggeng Dukuh Paruk. Saya merasa bahwa penulis ini punya kecenderungan membuat ending novelnya menggantung. Bukan ending spesifik seperti happy end atau sad end, tapi ending yang tidak benar2 selesai.
Tokoh dalam kisah Ronggeng Dukuh Paruk itu misalnya. Srintil dan Rasus. Pada ujung novel diceritakan bahwa Srintil yang menjadi gila dibawa ke rumah sakit jiwa oleh Rasus. Diaku sebagai calon istri, namun tidak jelas sembuhkah Srintil akhirnya? Benarkah mereka menikah?
Karena novel yang saya baca bukan hanya Ronggeng saja, saya menemukan dalam novel lainnya Ahmad Tohari juga menggunakan ending yang sama. Menggantung. Bekisar Merah misalnya. Ending dari novelpun bersifat terbuka.
Tertarik membaca novelnya? Novel novel Ahmad Tohari bisa dibilang tua. Tahun terbitnya saja 1982. Tapi coba dicari deh di Gramedia. Novelnya keren, tapi lumayan tebal. Membuat side story novel novel Ahmad Tohari juga menarik. Kan semu endingnya terbuka?
Selamat Hari Minggu
Salam dari Jambi.

Maria

Kamis, 14 Januari 2016

Bacaan Akhir Tahun -Mayan-

Pernah ngga sih sesusah-susahnya kehidupan kita ini, ada orang yang berjuang buat pendidikan anak-anaknya sedemikian rupa sampai sampai beli pena saja bela-belain makan cuma nasi putih selama 4 minggu? Ih, susah banget ya?
Baca novel yang katanya base on true story ini membuat aku seperti tercekik. Seorang ibu yang demi pendidikan anaknya berupaya membuat beberapa orang yang tidak dikenalnya mengenal anaknya. Ternyata, walaupun terus menuntut si anak untuk belajar, Ibu itu punya kasih yang dalam buat anaknya sampai mau jadi buruh memetik tanaman di gunung. Membayarkan uang sekolah anaknya, makan hanya setelah memastikan anaknya kenyang.
Setting dari dari kisah ini adalah di Cina. Kisah yang menyentuh hati dan membuat mau tak mau merasa bersyukur walaupun banyak keterbatasan yang kumiliki.
Buku ini benar benar wow keren sebenarnya kalau mau melihat potret perjuangan mengejar pendidikan dari seorang Ibu dan anak dan alasannya.
Buku ini diterbitkan oleh Bentang. Sayangnya tidak ingat mengecek jumlah halaman, namun jelas, membaca buku ini membuat liburanku berkesan sangat mewah. (enak banget bisa libur padahal di ujung dunia entah di sana ada orang orang yang berjuang buat pendidikan dan hidup)
Salam hangat,

Maria.


Minggu, 18 Oktober 2015

Cry No More, Novel Menarik

Baca novel di saat weekend atau libur selalu menyenangkan. Nemu novel terjemahan ini di rak sale Gramedia Jambi. Ada 3 novel yang sempat saya beli saat itu.
Novel ini saya sebut menarik, karena ceritanya. Moral dalam cerita novel ini mengingatkan saya pada kisah Raja Salomo saat menghadapi 2 ibu berebut anak. Potong anak jadi dua. Ibu sejati akan merelakan anaknya diambil agar anaknya tetap hidup.
Saya menemukan kisah yang sama dalam novel ini. Setelah 10 tahun mencari anaknya yang hilang, dan 9 tahun sendiri karena bercerai demi mencari anak itu, Mila, tokoh utama cerita malah melepaskan anaknya setelah tahu anaknya hidup, dan bahagia dengan orang tua adopsinya.
Sampai pengen menangis membaca novel ini. Indah, dan penutupnya tak kalah menarik. Anak itu akhirnya menemui Mila.
Cover novel ini tidak atraktif membuat orang berminat. Warna birunya soft dan dominasi nama penulis dan wajah coverpun sama tak memikat.
Jangan tertipu. Baca dan nikmati perjalanan Mila.
Apik. Kemasan pengkhianatan sahabat sendiri yang ternyata komplotan penculik bayinya, dan pria yang membantunya menemukan jejak si bayi itu malah mencoba membuatnya melupakan si bayi. Semuanya menarik asal kita sabar mengikuti semua sampai ending.
Novel ini terdiri dari 488 halaman dipublished pertama tahun 2003, namun terjemahan dalam bahasa Indonesia dibuat 2010 oleh Gramedia Pustaka Utama.
Tertarik? Silakan.
Salam week end dari Jambi




Maria Margaretha

Minggu, 12 Juli 2015

Tersihir Croissant {Review Kumpulan Cerpen Josephine Winda}

Buku terbitan Gramediana dan Elex Media ini dipublish 29 Oktober 2014. Saya senang sekali mbak Josephine Winda, yang biasa saya panggil mbak Winda akhirnya berhasil mendobrak penerbit sekelas Elex untuk buku kumpulan cerita ini. Saya terharu saat saya diberi buku ini sebagai kenang-kenangan. Yup, sebagai pecinta baca, saya ini maniak yang bisa sangat emosional jika mendapat hadiah buku.


Buku Croissant ini tidak tebal, dan ukurannya mungil, mudah dibawa sebagai teman perjalanan, untuk 1 jam 15 menit selama perjalanan dengan pesawat, mengalihkan debar debar menunggu pesawat mendarat ke kota tujuan sungguh bermanfaat.


Membaca cerita demi cerita serasa tersihir dan tak mau berhenti. Mungkin sedikit berlebihan sih, tapi memang, menarik. Minimnya kesalahan, walau masih ditemukan paragraf yang terlalu masuk, merupakan kerja keras pengarang sendiri. Pengarang sempat berbagi bahwa menulis cerita ini sebagian besar editingnya dikerjakannya sendiri. Jelas kerja keras.


Saya ingin sekali memulai cerita saya tentang buku ini, ada 10 judul cerita pendek yang ada di buku ini. semuanya berbahasa Perancis. Arti dari setiap judul ditulis di penghujung cerita.
1. Déjà Vu. Kisah seorang pemuda atau gadis sebenarnya ini? Saya memahami jalan ceritanya. Namun membuat paparan kisah ini terasa agak sulit. Sihir pada awa cerita memukau saya, namun pertengahan hingga ending seolah terburu-buru. Well, saya berpikir karena ini cerpen ya?
Dari cerita ini saya belajar untuk melihat sesuatu dengan benar. Bercanda ada batasnya. Karena jika kita tidak tahu pasti karakter dan situasi teman yg dicandai bisa fatal.
Yup. Itulah realita hidup. Salah satunya. Ada saat bercanda bs mencelakai.
2. Bon Appétit. 
kisah ini menurut saya adalah potret kehidupan. Well, siapa yang tidak kenal wanita yg putus pacar dan jadi melar karena menikmati makan sebagai ganti pacaran? Rasanya sering juga kan kita dengar ini? Siapa yang tidak pernah baca kisah wanita yang dipinjam uangnya sama pria pria penipu? Banyak kisah serupa bertebaran. Cara mbak Winda menceritakan ini membuat saya terkenang dan teringat kisah kisah scammer mbak Fey Down di Kompasiana. Dan pesannya, hati2 penipu di sekitar kita.
3. Vis-à-Vis. 

kisah kecewa masa SMA yang dibawa ke dunia kerja dan menjebak orang yg mempermalukan di masa itu terasa dekat dan familier. Ada yg pernah dipermalukan dan dibawa terus? Baca cerita ini akan mengajarkan kita untuk bersikap baik pada semua orang, karena kita tak pernah tahu bahwa kelak mungkin kita akan bertemu kembali dengan mereka.
4. Mademoiselle. 

Kisah Margaretha dalam cerpen ini juga adalah kisah sehari-hari bagi kita. Berapa banyak di antara kita sungguh-sungguh menoleh pada seseorang yang kita lewati sehari-hari dalam perjalanan berangkat kerja? Kita sibuk dengan diri sendiri. Menariknya, kita baru menyadari keberadaan seseorang setelah terjadi sentuhan yang mengejutkan. Seperti apa? Simak sendiri kisahnya. Mengapa saya tidak menceritakannya saja? Karena memang kisah ini sangat sangat saya. 
5. Touché. 

Seperti apa jodoh kita? Tak semua kita memperoleh Mr. Right yang sesuai dengan harapan. Kabita dan Noah adalah pasangan yang tak terduga, namun hmmmm kisahnya sama saja dan terekam di sekitar kita
6. Rendezvous. 

Pernah menjalin cinta berbeda agama? Putus karena ingin mendapatkan yang seiman? Namun bukan berarti tak bisa berkawan bukan? Menurut saya ini juga realita kehidupan. Menarik, dan akhirnya juga tak terduga.
7. Je t'aime.

Tidak semua pasangan idaman masa kecil kita/masa remaja kita adalah pasangan yang tepat setelah waktu berlalu. Cerita pertemuan kembali, dalam Je t'aime,  mungkin sama sehari-harinya. Namun akhir kisahnya tetap saja bagi saya agak berkesan cepat. Sekali lagi, mungkin karena ini cerpen. Ringkas.
8. C’est la vie. 

Cerita ini adalah cerita kehidupan kerja. Tidak ada yang ingin menjadi seorang pekerja yang disisihkan karena hal yang tak bisa diubah. Yah isu dalam kisah ini jelas. Isu gender tepatnya. Seorang Fernanda, pekerja keras, yang pemberani menurut saya karena ia tidak mengeluh disisihkan, tapi tidak ragu untuk memutuskan memecat bosnya. Mungkin tidak semua wanita lemah menurut saya. Kisah yang paling saya sukai dari 10 cerita di buku ini. Membuat saya tak ragu merekomendasikan buku ini, karena cerita yang satu ini.
9. Voilà.

Kisah ini endingnya tidak sesuai harapan saya. Menjadi istri kedua? No way. Tapi, realita. Sekali lagi, kisah dalam Croissant sepertinya adalah realita, yang di samarkan dalam fiksi.
10. Bon Voyage. 

KDRT adalah isu yang banyak terjadi dalam kehidupan. Kebanyakan, yang mengalami KDRT sudahlah habis harga diri tanpa harapan. Mbak Winda mengemasnya sebagai cerita penutup yang menarik.

Buku ini saya rekomendasikan bukan dibaca sebagai novel. Seperti pernyataan mbak Winda penulisnya, memang ini adalah kumpulan cerita. Sebagai kumpulan cerita kita bisa menatap sekeliling dan melihat gambar dalam setiap cerita ini ada di sekeliling. Beberapa sangat dekat, beberapa mungkin hanya kita lihat di televisi. 


Apapun, nikmati saja sihir cerita Croissant. 
Salam rindu dari Jambi,


Maria Margaretha.

Rabu, 22 April 2015

{Review Buku} Insya Allah Sah

Usia sudah 29 tahun, udah pacaran 3 tahun lebih, tapi belum juga dilamar. Kepikiran? Pastinya itu yang dirasakan tokoh utama dalam buku "Insya Allah Sah" ini. Sekalinya mau dilamar, eh, kejebak lift berjam-jam dengan pria sederhana tapi keren agamanya. Habis lamaran, eh ketipu waktu persiapan pernikahan berkali-kali. Rasanya? Kayaknya capek pasti. Dan nyesek. Duit puluhan juta lho itu.



Buku setebal 319 halaman yang ditulis mbak Achi TM ini memang menyentuh. Buku ini adalah buku pertama yang dipublish oleh Gramedia Pustaka Utama, dari 21 novel yang sudah diterbitkan mbak Achi TM. Dijual dengan harga Rp 69500, buku ini dapat menjadi inspirasi menarik bagi pembacanya. (sssht, yang minat di toko buku gramedia online dijualnya cuma Rp. 59075)



Beberapa catatan inspirasi yang saya dapat,
1. Segala sesuatu itu ada dalam penentuan ALLAH. Manusia merencanakan, namun ALLAH juga yang menjadikan. Usaha wajib sih, tapi tetap jadikan ALLAH sebagai sandaran. Bagaimanapun usaha manusia sudah maksimal, kalau TUHAN tidak berkenan ya akan ada saja jalannya.


2. Utamakan menunaikan janji, walau harus melepas ego ataupun kesenangan diri. Kalau dibayangkan bahwa si tokoh utama mau menikah sudah habis-habisan, eh pasangannya meninggalkan begitu saja, jelas, jelas sakit deh. Tapi, selalu ada akhir bahagia buat orang yang mengutamakan janji. Contoh di novel ini adalah janji berhijab, yang ditunaikan, akhirnya juga bahagia kok.


3. Pacaran itu rugi. Buang waktu, buang tenaga, belum tentu bermanfaat. Gunakan waktu untuk melakukan sesuatu yang bermanfaat, kalau mau nikah, ya nikah saja. Pacarannya setelah menikah baru asyik.


4. Persahabatan itu jalannya dakwah. Bukan menggurui, namun memberi contoh, menjadi teladan seperti Silvi dan Kiara, tokoh dalam cerita ini.



Eh, novel ini selesai baca dalam kecepatan membaca saya selama 1 jam. Tetapi, saya yakin, buat yang senang membaca santai, enak dinikmati. Bahasanya renyah, dan mudah dicerna. Unsur-unsur inspirasinya bukan dijejalkan, namun tersirat dalam kalimat-kalimat yang mudah dipahami.
Mau baca? Beli dong. Keren kok. Pasti ngga nyesel belinya.


Selamat pagi,... #kerjalagi

Sabtu, 28 Maret 2015

Review Buku, Cinta di Ujung Sajadah (Asma Nadia)

Pada saat siang berganti sore Jumat 27 Maret kemarin saya pulang dari sekolah dengan senang, karena week end telah tiba. Apa kegiatan week end guru? Beberapa menggunakan saat week end, untuk menyelesaikan tugas-tugas yang belum selesai. Saya? Apalagi kalau bukan membaca. Bertahan dengan kegiatan favorit, membaca di TEMPAT TIDUR. Karena sedang flu dan kurang sehat sebenarnya.


Buku ini saya peroleh dari dipinjami seorang teman kost. Ia baru pulang dari Rumah Sakit dan sebelum beristirahat ia meminjamkan buku ini pada saya, karena sudah membantunya membukakan gerbang kost. Dan dia tahu, saya suka membaca.



Tebal buku 308 halaman cerita, dengan beberapa halaman tambahan promo dan catatan penulis. Diterbitkan oleh Asma Nadia Publishing House, cetakan pertama, Februari 2015. Menurut cover depannya disebutkan buku ini akan segera difilmkan.
Novelnya sendiri sebenarnya hanya 294 halaman. Beberapa halaman tambahannya adalah cerpen yang saya duga adalah cerita awal, atau sinopsis penulisan novel tersebut.



Cerita yang sederhana dengan tokoh utama Cinta atau Ken pada cerpennya. Ayahnya pendiam dan ia hidup dalam keluarga dengan ibu tiri, yang dipanggilnya mama Alia. Mama Alia membawa 2 anaknya dalam keluarga tersebut. Kisah ibu tiri yang lebih mencintai anak kandung tentu hal yang sudah sering dibaca oleh anak-anak jaman dulu sampai sekarang. Seperti Cinderela bukan? Ibu tiri yang didukung ayah kandung, yang cuek dan dingin memang selalu menyusahkan. Cinta ditindas dengan santun, karena hanya kalimat dan gangguan saja yang dialaminya. Ada sosok mbok Nah, yang sudah menjadi bagian keluarga tersebut sejak Cinta belum lahir, tempat Cinta berkeluh dan bertanya mengenai ibu kandungnya yang selalu diakui oleh semua orang telah meninggal sampai usianya 17 tahun dan inta diberitahu ibu kandungnya masih hidup, namun diusir ayahnya karena mantan pekerja seks komersil.


Perjalanan Cinta mencari ibu kandung dan penolakan ibu kandungnya mengakui Cinta diceritakan dengan syahdu. Pilihan Ayuningsih tokoh ibu kandung, menyatakan dirinya meninggal menggugah sekali. Padahal, ia merindukan anaknya itu. Pilihan Cinta mengakui ibunya dalam tindakan juga menjadi sesuatu yang menyentuh.


Inti dari novel ini sederhana sebenarnya. Menceritakan cinta anak pada ibu dan ibu pada anak dalam pilihan-pilihan yang kadang sulit dipahami anak. tokoh-tokoh penyerta dalam novel juga sama menariknya. Kisah ini seperti kisah cinderela, minus mengenai "mbabunya" cinderela karena ibu dan saudara tirinya, dengan pangeran tampannya adalah Makki, tokoh tetangga depan rumah Cinta, namun endingnya ketemu ibu kandung.


Pendapat saya mengenai novel ini mungkin terlihat dari cara saya memparafrasekan ceritanya. Novel ini daur ulang dengan ending baru. Namun, gaya penulisan maju mundur dan pembahasan cukup menarik untuk menjadi teman sebelum tidur. Bagi penyuka novel drama, nilai novel ini bisa jadi 7-8.


Pelajaran dari novel ini adalah, hormatilah ibu kita dengan apapun keberadaannya, karena seorang ibu mencintai kita saat mereka memilih melahirkan kita dan membesarkan kita dalam rahimnya.


Omong-omong, novel ini saya dapat jam 6.30 sore dan selesai dibaca jam 7.45,... catatan ini ditulis, siapa tahu ada yang ingin mencari teman week end. Selamat membaca.

Kamis, 19 Maret 2015

Review novel Rindu,...Tere Liye

"Dalam banyak hal, diam justru membawa kebaikan"

Kalimat ini saya kutip dari buku "Rindu", tulisan menarik dari Darwis Tere Liye yang telah dicetak 9 kali oleh penerbit Republika, hal delapan puluh tiga.

Cover novel Rindu,...sederhana.
544 halaman buku novel ini bukan main menariknya. Saya nyaris, nyaris lupa bahwa yang saya baca ini adalah novel mengenai perjalanan berhaji pada tahun 1938. Perjalanan beribadah haji pada tahun-tahun tersebut memang berbeda dengan masa kini. Berhaji dengan kapal laut, mengarungi hari-hari dengan hanya melihat air, air dan air, tetapi tidak membosankan, karena banyak aktivitas dituturkan penulis dengan apik. Sesekali, diceritakan saat kapa berlabuh dan penumpang turun dari kapal.


Menurut saya, Darwis tentunya belum lahir pada saat itu, namun caranya menceritakan kehidupan di kapal dan para tokoh ceritanya membutuhkan riset. Saya bisa membayangkan trem listrik di Surabaya, dan juga kehidupan di Batavia, hanya dengan membaca novel ini.


Alur cerita yang maju mundur sesuai narasi tokoh-tokohnya juga menarik disimak. Ada 6 tokoh utama setidaknya dalam kisah ini, Gurutta sebagai sentral cerita dan Sergeant Lucas, Daeng Andi dan keluarga di masa lalu dan masa kini, Ambo Uleng, Bundo Upe dan Enlai, Ruben Kelasi, dan Eyang Kakung dan Putri. Kisah dimulai di Makasar, namun akhirnya tidak sedeskriptif awalnya. Namun setiap tokoh mempunyai akhir berbeda. Selain tokoh yang namanya saya sebut spesifik ada banyak nama lain dalam cerita ini.


Dibandingkan dengan beberapa novel lain dari Tere Liye yang saya baca, novel ini kaya sekali tokoh ceritanya. Konfliknya tidak berputar pada satu keluarga namun banyak, dan cara Tere menjalinnya sungguh memikat dan membuat tak ingin berhenti membaca sampai akhir.


Endingnyapun tak tertebak, walau ada clue-clue muncul, namun tetap saja, apik garapannya.


Sangat layak baca, menghibur dan memberi banyak inspirasi. Seorang teman saya yang meminjamkan buku ini terdengar terkejut waktu saya menyebutkan bahwa Tere Liye ini Islam. Ia termasuk pengagum juga.



Ada beberapa hal yang sedikit membingungkan saya. Pada akhir buku, Tere Liye sempat menuliskan bahwa perjalanan dengan kapal laut tersebut, 30 hari (berangkatnya saja sampai Jeddah) tapi pada awal buku, saya membaca bahwa perjalanan haji akan memakan waktu 9 bulan. Kalau ada yang bisa menjelaskan ini, tentunya akan menyenangkan buat saya.


Salam edukasi,

Maria Margaretha

Mau baca tulisan saya yang lain? Silahkan mampir. Terbaru.

Minggu, 15 Maret 2015

Review Novel Bulan Tere Liye

Apa kegiatan week endmu? Saya selalu melakukan kegiatan yang saya sukai saat weekend. Apa itu? Membaca buku. Di perpustakaaan sekolah saya meminjam buku Sun Bang Yan Gie, roman klasik Tiongkok. Tetapi, sepanjang perjalanan dari sekolah sampai kost buku itu sudah terlewat seratusan halaman. Benar saja, jam 18.45, sudah selesai. Sempat terpikir mau menuliskan review buku ini, namun nanti dulu ya.
Saya ingin menceritakan bukunya Tere Liye, 2 minggu lalu saya membaca Sunset Bersama Rosie. Buku itu dipinjamkan seorang teman, yang suka sekali karya-karya Tere Liye. Saya menikmatinya, tapi, juga bukan buku ini yang mau saya ceritakan.
Lalu, yang mana? Ini yang saya baca sepanjang jalan dari Grogol sampai halte transjakarta Bermis, dari jam 9 pagi sampai jam 10.40. Kok sampai menit-menitnya? Iya, sebab saya mulai membaca sejak masuk halte Grogol sampai di halte Bermis, dan nunggu teman dengan asyik, tanpa protes karena ada buku ini. Buku apa? Sabar dong.
Buku ini mengisahkan tentang petualangan 4 anak mengikuti kompetisi festival menemukan bunga matahari pertama. Bunga yang mekar paling pertama di seluruh negeri matahari, dicari mengelilingi negeri. Ada 9 tim dari negeri matahari, dari 9 fraksi penguasa yang mengikuti kompetisi ini, namun, 4 anak ini, ternyata diikutkan kompetisi ini seperti Harry Potter dan Piala Api, sehingga menjadi kontingen ke 10.
Sudah penasaran? Oke, pastinya sudah dari tadi ya? Cuma saya masih mau cerita sedikit lagi. Jadi ke empat anak ini dari negeri Bumi, dugaan saya Bang Tere memplot mereka ini sekolah di Indonesia ya? Soalnya saya membaca di hal 334 beberapa hal, terkait kurikulum SD, seperti tematik indahnya berbagi, dan bahwa kurikulum ini dibatalkanpun ada. Saya jadi menebak-nebak, kira-kira bagian akhir novel ini selesai setelah pengumuman pembatalan kurikulum itu, Januari 2015? Atau Desember 2014?
Novel ini sendiri, diterbitkan dan baru beredar tepatnya saat Islamic Book Fair, 2 pekan lalu. Maret 2015. Diterbitkan oleh Gramedia Pustaka Utama, menurut saya bisa dikategorikan cerita fiksi fantasi. 400 halamannya, memikat.
Sebenarnya secara tidak langsung, Bang Tere mempromosikan belajar yang berkelanjutan, dengan banyak nasihat-nasihat terselip pada kalimat-kalimat percakapan di antara tokoh-tokoh cerita. Well, walaupun menurut saya, sampai saat ini paling top tulisan Bang Tere adalah novel Rindu, dan Hafalan Ayat Shalat Delisa, namun novel ini digarap dengan menarik. Pengaturan alur ceritanya terasa mengalir dan well, bisa dinikmati. Percakapan tokoh dan narasi setting juga tidak membosankan.
Sudahlah, mendingan beli deh buku ini,... kalau kepengen tahu, isi lengkapnya. Walaupun saya ngga beli tapi dapat minjam. Hehehehehehe.

Senin, 02 Maret 2015

(Review) Buku Daun Yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin, Tere Liye

Sebelumnya, saya perlu minta maaf pada penulis buku ini, karena, saya baca buku ini tidak beli, tapi dengan membaca saja di Gramedia Pondok Indah. Trik saya adalah, mencari yang plastiknya terbuka. Merasa sedikit bersalah sih, karena tidak membeli, tapi mau gimana lagi, soalnya saya baca bukunya cepat sekali, beli buku Rp. 70 rb cuma dibaca buat 2 jam gitu kan rasanya gimanaaaaa ya? Temen saya pernah sih ngasih ide, bacanya per chapter aja sehari satu chapter, lha kan ngga seru baca kalau begitu? Jadi maaf ya Mas Tere Liye,... kalau ngga beli bukunya.
Tetapi buku ini tidak setebal novel Rindu yang saya dipinjami teman. Novel yang ini tipisan dan saya selesai membacanya hanya dalam waktu tak sampai satu jam. Tetapi jangan bayangkan tipis itu kurang dari 200 halaman ya. Tipisnya saya beda soalnya. Lupa juga saya tidak melihat berapa halaman totalnya.
Saya tertarik menikmati tulisan mas Tere Liye ini karena cuplikan novelnya yang ditayangkan di fan page-nya itu inspiratif.
Buku ini berkisah pada seputar Danar, dan Tania. Danar mengenal Tania, saat ia masih anak SD berkepang dua dan sedang menangis dengan ingus juga, menjadi pengamen dan adiknya sedang terluka. Kemudian Danar merapat pada keluarga Tania dan menjadi orang tua asuh Tania.
Tania mencintai Danar sejak ia mulai mengenal rasa. Menariknya, ternyata Danar juga mencintai Tania, sejak pertama kali melihat Tania sebagai pengamen cilik yang menangis itu.
Beberapa pelajaran menarik dalam novel ini dituturkan Tere Liye tanpa menggurui.
1. Belajarlah mencintai orang yang dinikahi.
Danar mencintai Tania sejak kecil, namun tak mampu mengatakannya. Ia menikahi orang lain, namun menyia-nyiakannya karena tidak mencintai istrinya. Padahal istrinya sedang hamil, saat Danar galau tingkat dewa.
2. Cinta tak harus memiliki
cinta terutama haruslah pada keluarga. Tokoh Tania yang mencintai adiknya dan walaupun ia tak punya keberanian mengutarakan cintanya pada Danar, ia berani mengambil keputusan meninggalkan Danar yang sudah menikah dan hanya menjalin hubungan dengan adiknya saja.
Buku yang sangat mengugah. Sangat. Sangat.

Sabtu, 31 Januari 2015

Hadassah, semalam bersama sang Raja

Buku ini selesai kubaca setahun yang lalu. Sejak saat itu aku sudah membacanya berulang-ulang. Kisah dalam buku ini, difiksikan dari cerita Alkitab. Kisah sang ratu Ester. Aku menyukai kisahnya.
Perjalanan ratu Ester menuju tahta permaisuri raja Ahasyweros adalah perjalanan yang digambarkan penuh dengan kegalauan. Sebagai perempuan yang mencintai bangsanya dan terikat hukum-hukum agama Ester harus menerima pilihan antara berupaya menjadi ratu atau tersingkir di harem selir.
Sejak awal Star, demikian Ester disebut, ia sudah membuat pengurus istana terkesima. Ia tidak tertarik pada kekayaan di sekitarnya, namun dengan hati-hati menjalani hidupnya yang walaupun bukan pilihannya. Yah, siapa juga mau jadi calon selir? Belum tentu kan bisa menjadi ratu? Terpisah dengan pembimbingnya Mordekhai, dibayangi kematian karena darah bangsanya. Ia membangun dirinya sendiri dengan pemikiran positif, berdoa dan membawa kegalauannya dalam doa. Ester bukanlah anak bangsawan, dan juga bukan anak dengan asal usul yang jelas. Ia yatim piatu dan dibesarkan oleh pamannya, yang adalah juru tulis kerajaan.
Pada malam pertemuannya dengan sang raja, Ester bukannya memusatkan perhatian untuk dirinya sendiri namun dia menyenangkan raja dengan ketenangannya dan juga sikap manis yang tidak dibuat buat. Perhatian dan kasih sayang yang tulus Ester, membawanya ke kursi permaisuri, tanpa hubungan seks di malam tersebut.
Ratu Ester baru berhubungan dengan sang raja, setelah sah menjadi permaisuri. Mhhhhm. Memikatnya jalinan cerita dalam buku ini membuat saya enggan meletakkannya, bahkan setelah selesai membacanya, selalu ada kesenangan membacanya ulang. Buku yang sangat menarik.
Kisah Alkitab yang singkat, menjadi sebuah fiksi sepanjang 364 halaman.
Inti dari buku ini memukau, bahwa satu malam yang berharga setahun persiapan fisik dan pikiran, untuk sang raja, mungkin sama dengan satu keputusan berharga yang ditempa setahun persiapan fisik dan pemikiran.

Senin, 26 Januari 2015

Yin Galema, Belajar budaya dan juga sastra, tulisan fiksi sejarah

Saya meminjam buku ini dari sekolah. Biasa, seringnya malam minggu menjadi waktu tidur yang terlalu awal jika tidak ada buku. Jadilah buku ini saya jadikan pengantar tidur.
Buku ini terdiri dari 27 bab yang menceritakan kehidupan kanak-kanak hingga dewasanya seorang gadis bernama Yin Galema. Ia adalah putri dari Tiongkok yang dititipkan ayah kandungnya seorang pelaut di kerajaan Balok, Belitong. 562 halaman cerita tak terasa sangat singkat untuk mengantar tidur saya.
Dibimbing Mak Nyayu, istri dari Raja Balok, ia tumbuh bersama Ni Ayu Tenga anak kedua raja Balok dan Dayang Rindit anak dari seorang saudagar yang sering berkunjung dan dikunjunginya. Yin, juga mengenal agama di bawah bimbingan Ki Ronggo Udo. Sayangnya ia jatuh cinta dan dicintai oleh dua laki-laki. Laki-laki pertama yang dicintainya adalah sebangsa Jin (orang Bunian) anak dari raja Balok dengan istri bunian-nya, yakni Kanda Badau, yang dikenalnya beberapa saat sebelum tiba haid pertamanya. Laki-laki yang juga mencintainya, walau berbeda alam ini diasuh oleh Ki Ronggo Udo dan ditunangkan saat ia mendapat haid pertama. Tak ada yang tahu pertunangan rahasia ini bahkan dua kawan masa kecilnya. Namun, ada laki-laki kedua yang tak pernah menyerah, Ki Agus Mending, putra mahkota raja Balok yang adalah kawan masa kecilnya juga, yang kadang disapa bang Dulhen, yang sebenarnya telah meminang dayang Rindit. Bang Dulhen ini akhirnya menikahi dayang Rindit juga namun masih mengejar Yin untuk menjadi selir.
Jalinan cerita cinta dalam buku ini juga dipadukan dengan kisah perjalanan Yin ke Tumasik menjemput peninggalan ayahnya dan kemudian terjebak dalam perseteruan perebutan dua peti harta titipan Raja Balok dalam kapal ayahnya yang tewas dibunuh sahabat-sahabat Tiongkoknya, Wang Xi dan Ho Chim Lai.
Buku ini mengajari bebarapa hal buatku,
1. Belajar sejarah lewat fiksi itu menyenangkan. Tidak membosankan. Jangan segan menjadi pencerita, karena sejarah yang enak diceritakan adalah sajarah yang dikenang.
2. Belajar budaya lewat fiksi juga bisa dilakukan. Penulisan Ian Sancin menarik dan punya daya pikat.
Kekurangan pada buku ini,
1. dari halaman 167-181 saya menemukan halaman kosong. Sayang. Saya jadi kehilangan beberapa bagian ceritanya.
2. bagi pembaca yang melihat ketebalan mungkin buku ini tidaklah diminati, namun buat pembaca yang mencintai cerita, saya sedikit penasaran dengan keberhasilan Yin mengejar Kanda Badaunya. Menurut saya, bukanlah salah Yin, kalau Bang Dulhen putra mahkota itu gigih mengejar Yin hingga merenggut kehormatan Yin. Mengingat tuturan ceritera bahwa Bang DUlhen ini adalah putra mahkota bahkan Raja balok setelah Ramondanya berpulang.
PENASARAN. Asli.
Pendapat saya tentang buku,
LAYAK DIBACA dan MENARIK.

Tips Hidup Maksimal

Mendengar suara Tuhan adalah kunci hidup orang percaya menjadi maksimal. Sayangnya seringkali, kita merasa Tuhan tidak berbicara pada kita. ...