Kamis, 19 Maret 2015

Review novel Rindu,...Tere Liye

"Dalam banyak hal, diam justru membawa kebaikan"

Kalimat ini saya kutip dari buku "Rindu", tulisan menarik dari Darwis Tere Liye yang telah dicetak 9 kali oleh penerbit Republika, hal delapan puluh tiga.

Cover novel Rindu,...sederhana.
544 halaman buku novel ini bukan main menariknya. Saya nyaris, nyaris lupa bahwa yang saya baca ini adalah novel mengenai perjalanan berhaji pada tahun 1938. Perjalanan beribadah haji pada tahun-tahun tersebut memang berbeda dengan masa kini. Berhaji dengan kapal laut, mengarungi hari-hari dengan hanya melihat air, air dan air, tetapi tidak membosankan, karena banyak aktivitas dituturkan penulis dengan apik. Sesekali, diceritakan saat kapa berlabuh dan penumpang turun dari kapal.


Menurut saya, Darwis tentunya belum lahir pada saat itu, namun caranya menceritakan kehidupan di kapal dan para tokoh ceritanya membutuhkan riset. Saya bisa membayangkan trem listrik di Surabaya, dan juga kehidupan di Batavia, hanya dengan membaca novel ini.


Alur cerita yang maju mundur sesuai narasi tokoh-tokohnya juga menarik disimak. Ada 6 tokoh utama setidaknya dalam kisah ini, Gurutta sebagai sentral cerita dan Sergeant Lucas, Daeng Andi dan keluarga di masa lalu dan masa kini, Ambo Uleng, Bundo Upe dan Enlai, Ruben Kelasi, dan Eyang Kakung dan Putri. Kisah dimulai di Makasar, namun akhirnya tidak sedeskriptif awalnya. Namun setiap tokoh mempunyai akhir berbeda. Selain tokoh yang namanya saya sebut spesifik ada banyak nama lain dalam cerita ini.


Dibandingkan dengan beberapa novel lain dari Tere Liye yang saya baca, novel ini kaya sekali tokoh ceritanya. Konfliknya tidak berputar pada satu keluarga namun banyak, dan cara Tere menjalinnya sungguh memikat dan membuat tak ingin berhenti membaca sampai akhir.


Endingnyapun tak tertebak, walau ada clue-clue muncul, namun tetap saja, apik garapannya.


Sangat layak baca, menghibur dan memberi banyak inspirasi. Seorang teman saya yang meminjamkan buku ini terdengar terkejut waktu saya menyebutkan bahwa Tere Liye ini Islam. Ia termasuk pengagum juga.



Ada beberapa hal yang sedikit membingungkan saya. Pada akhir buku, Tere Liye sempat menuliskan bahwa perjalanan dengan kapal laut tersebut, 30 hari (berangkatnya saja sampai Jeddah) tapi pada awal buku, saya membaca bahwa perjalanan haji akan memakan waktu 9 bulan. Kalau ada yang bisa menjelaskan ini, tentunya akan menyenangkan buat saya.


Salam edukasi,

Maria Margaretha

Mau baca tulisan saya yang lain? Silahkan mampir. Terbaru.

2 komentar:

  1. Makasih untuk reviewnya bu, saya kmaren beli novel Rindu dan Cantik Itu Luka. Tapi karena
    sibuk ama kerjaan dan riset untuk kisah Ratu jadinya baru baca yang Cantik Itu Luka.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Wah saya belum pernah baca tuh cantik itu luka,.... pinjam dong? wkwkwkwkwkwk.... Rindu ini keren banget bu.

      Hapus

Tips Hidup Maksimal

Mendengar suara Tuhan adalah kunci hidup orang percaya menjadi maksimal. Sayangnya seringkali, kita merasa Tuhan tidak berbicara pada kita. ...