Senin, 16 Maret 2015

Bu Guru, Hutang dan Khotbah Ps. Vandy Steven, Minggu, 15 Maret 2015

Gereja Kristen Keluarga Masa Depan Cerah, tempat saya beribadah setiap hari minggu adalah gereja yang seimbang. Pemimpin dalam gereja ini tak hanya mengajarkan perihal hubungan manusia dengan TUHAN namun juga mengajarkan banyak hal terkait dengan hubungan manusia dengan sesamanya. Pada hari Minggu ini, penyampai khotbah bukan salah satu dari pemimpin gereja biasa, namun pendeta tamu dari Harvest.
Saat membaca warta jemaat saya melihat ayat yang disertakan dalam surat pastoral adalah ayat pembuka dalam khotbah Pak Vandy pagi ini. Khotbah pak Vandi ini secara umum penuh dengan humor namun nyangkut juga.
Setelah Pak Tonny pekan lalu berbicara mengenai pengaturan waktu, kemarin pak Vandy berbicara mengenai pengaturan keuangan.
Memang perlu ya orang yang percaya TUHAN, takut TUHAN merencanakan keuangan? Itu adalah pertanyaan yang cukup sering terdengar di antara orang kristen. BUAT APA? Bukannya orang yang takut akan TUHAN, dipelihara oleh TUHAN? Pak Vandy mengutip Lukas 14: 18, "sebab siapa diantara kamu, yang kalau mau mendirikan menara tidak duduk dahulu menghitung anggaran biayanya, kalau-kalau cukup uangnya untuk menyelesaikan pekerjaan itu?" Kutipan tersebut adalah kutipan kalimat Yesus sendiri. Nah, bisa menarik hubungan disini bahwa Yesus saja menyatakan bahwa membuat rencana keuangan itu perlu secara retorik. Apalagi, kemudian Ps. Vandy mengutip dari kisah nabi yang mengikuti nabi Elisa, yang mati dan meninggalkan hutang, sehingga anak-anaknya terancam dijadikan budak pemberi hutang. Sedih ya? Seorang pemimpin keluarga meninggal dengan mewariskan hutang dan menyusahkan seluruh keluarganya. Dan HALLOOOOOOO, ini nabi lho, kurang takut TUHAN bagaimana? Orang yang takut TUHAN bisa mati, dan jelas, ada keluarga yang ditinggalkan bukan? Itu pertanyaannya.
Jawabannya adalah,
1. Kehidupan rohani dan jasmani berjalan bersisian, manusia manapun yang mengaku takut akan TUHAN harus, HARUS merencanakan keuangannya. Pengelolaan keuangan yang buruk, mengakibatkan masalah ekonomi. DAN,.... karunia rohani berbeda dengan manajemen ekonomi. Karunia Rohani sebagai tangan kanan, perencanaan keuangan adalah tangan kiri, yang bila berjalan bersama akan menghasilkan rasa hormat. Orang tidak bisa mengharapkan rasa hormat orang lain hanya karena karunia rohani yang dimiliki. Banyak orang memilliki karunia rohani, namun gagal dalam perencanaan hidupnya. Perencanaannya bukan cuma secara keuangan sebenarnya, namun juga secara waktu.
2. Bayarlah hutang dan pastikan bisa membayar hutang. Orang baik meninggalkan warisan walaupun sedikit dan tidak akan orang baik meninggalkan hutang. Mengapa? Sesedikit apapun warisan, menunjukkan bahwa orang itu mewariskan kebaikan.
Di sinilah ps Vandy menceritakan sebuah kisah yang membuat jemaat tertawa, khususnya saya. Ia menceritakan mengenai seorang ayah yang sudah menjelang tutup usia. Si dokter menyarankan seluruh keluarga berkumpul dan mendengarkan wejangan terakhir si Ayah. Dokternya ada di sudut mendengarkan juga. Maka berkatalah ayah yang yang sudah di ambang kematian itu, "Apau,.. mana?" Si anak sulung menyahut,"ya pa, saya disini."
"Buat kamu, papa kasih perumahan Pondok Indah"
"Ya Papa. Xie xie."
"Mana Ali?" Si ayah mencari anak kedua. Suaranya sudah lemah.
"Saya papa."
"Buat kamu, papa kasih perumahan Pantai Indah Kapuk."
"Kamsia Papa."
"Buat Amoy, kamu papa kasih perumahan Permata Hijau. Dan Amey, kamu papa kasih perumahan Kelapa Gading. Jangan berantem ya sesudah papa tidak ada."
"Ya papa. Xie xie papa." sahut kedua anaknya.
Kemudian dokternya melihat istri pria yang menjelang mati itu yang sedang menangis tanpa suara dan mengatakan, "wah, ibu jangan sedih. Bapak ini kaya raya. Ibu pasti tidak akan kekurangan setelah bapak tak ada."
Maka menjawablah si Istri, "Kaya dari Hongkong?" (Nadanya seperti saya kalau ngamuk yaaa)
"Maksud ibu? Lha itu perumahan Pantai Indah Kapuk, Kelapa GAding, Permata Hijau, apa?"
"Itu mah jalur jualan susu kacang, lagi dok!"
Dokternya nepok jidat, sembari saya tertawa.
Lucu sih, namun ada kebenaran mendalam dari kisah bapak penjual susu kacang ini, mewariskan jalur jualan susu kacang masih lebih baik daripada mewariskan hutang, bukan?
3. Hutang uang tidak bisa dibayar doa. Jangan coba-coba. Sia-sia. Makanya kalau mau tidak berhutang,
a. kendalikan keINGINan. Beli hanya yang diperlukan.
b. cukupkanlah diri dengan apa yang ada. Kalau memang yang ada sepeda, jangan berhutang membeli motor. Kalau mampu belinya rumah RSS dan keluarga hanya 4 orang, jangan beli rumah di Pondok Indah berkamar 10. Buat apa kamar yang 7? Kalau mampunya cuma ke kolam renang di sungai, ngga perlu dong pakai ngegym segala. Kan lucu kalau bisa beli mobil, ngga bisa beli pertamax? Lucu juga kan kalau sekolahin anak di sekolah mahal, tapi ngga bisa bayar uang sekolah?
Saya jadi ingat bercandaan beberapa orang, katanya semangat bekerja karena hutang, ha? Apa iya? Karena sebenarnya orang yang berhutang adalah budak yang menghutangi. Contoh sederhana, sebagai budak, kita tak memiliki otoritas/kuasa. Kita ada di bawah kekuasaan yang memberi pinjaman. Coba saja KPR, saya nih punya KPR, 2 tahun lalu saat membuat perjanjian, saya membayar 1 juta 750 rb setiap bulan. 8 bulan lalu tiba-tiba saja bank SMS, mau naik 1 juta 890 rb. Apa ngga stress? Tapi bisa apa? Ya dibayar. Namanya pinjam. Niatnya bayar, mau dinaikkan ya tetap harus dibayar. Terserah bank dong mau minta bunga berapa? Nah, mendingan jangan punya hutang ajaaaaaa deh.
Nah, itulah sekilas catatan khotbah yang saya bisa ceritakan,... kurang lebihnya sampai ketemu lagi.
Salam semangat Senin,
Salam edukasi
Maria Margaretha.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Tips Hidup Maksimal

Mendengar suara Tuhan adalah kunci hidup orang percaya menjadi maksimal. Sayangnya seringkali, kita merasa Tuhan tidak berbicara pada kita. ...