Membagi Laporan Pendidikan Kenaikan kelas

Hari ini, tunai sudah tugas saya saat membagikan rapor kenaikan kelas. Dari 32 siswa di kelas saya saat ini, sudah ada 3 orang tua yang mintaizin mengambil rapor besok dan tidak mengambil rapor karena di luar kota berlibur.


Unik juga sebenarnya. Belum raportan sudah memilih liburan ke luar kota. Kalau ananda ngga naik?
Itulah prioritas. Satu dua orang tua juga mencecar melalui telepon. Anak saya naik atau tidak?
Sulit memberitahukan anak tersebut naik atau tidak.


Berdasarkan aturan pemerintah yang saya ketahui, katanya sekarang seharusnya tidak ada siswa yang boleh tidak naik. Tetapi, kalau pada kenyataannya siswa belum siap menempuh kelas berikutnya apakah harus dinaikkan?
Terutama dari sudut perilaku. Masalah kecerdasan, bisa saja dikejarkan, tapi perilaku dan sikap tentu akan membutuhkan proses panjang, Anak yang tidak menghargai belajar, tidak menghormati guru, mengabaikan tugas, dan cenderung lebih suka main bukanlah anak yang siap menempuh kelas ujian, kelas 6.


Bukan nilai tolok ukurnya, walaupun nilai menjadi indikasi. Contoh, anak yang memang cerdas, mendapatkan nilai hanya KKM itu sebenarnya perlu dipertanyakan. Berbeda dengan anak yang memang kemampuan intelektualnya kurang. Ia bisa dengan mudah naik ke 5 besar dan meluncur turun di 20 besar.
Anak yang merasa kemampuannya pas-pas an dan belajar dengan tekun akan lebih menetap hasil belajarnya.


Dan,...
hari terakhir.
hari perpisahan.
sudah selesai
sudah tunai.
nantilah cerita panjangnya.
mau ke sekolah dullu.