Minggu, 16 Agustus 2015

Indonesia, Negeriku, atau Negeri Kita?

Pekan baru dimulai,
Besok adalah hari peringatan kemerdekaan RI. Setiap kali bulan Agustus, ada dua hal yang selalu terpikir. Ulang tahun saya, dan ulang tahun kemerdekaan negeriku, yang hanya selisih dua hari.
Aku cinta negeriku.
Aku lahir di Jakarta, besar dan tumbuh di Madura. Kuliah dan belajar di Surabaya, Solo, Jogja dan Jakarta, membuat aku belajar banyak mengenai budaya dan masyarakat di setiap kota yang kusinggahi. Setelah mengajar di Kalimantan Barat, aku makin menyadari beragam dan indahnya kekeluargaan sehingga semakin aku mencintai negeriku ini.
Menyusuri Batam, Bandung dan kembali ke Jakarta, lalu kini berada di Jambi, aku belajar hidup dalam kelompok-kelompok masyarakat.
Kaya dan miskin, Hindu, Budha, Islam, Katolik, Kristen dan Khonghucu, bahkan juga atheis. Orang Batak, Papua, Jawa, Sunda, Melayu, Minang, Arab, serta TiongHoa. Mereka orang di kantoran maupun di jalanan. Memupuk makin dalam cintaku pada bangsaku.
Memaksaku makin mencintai negeri ini. Gunung dan pantai kulewati, Udara dan air kucicipi membuat rasa tak berhenti kian cinta.
Mengajarkan banyak hal dalam refleksi diri.
Mencintai bangsa bukan hanya sekedar kata. Aku berdarah dalam hati saat melihat perilaku bangsa yang memalukan. Aku sedih melihat orang yang berkata cinta namun kurang berbuat. Mengaku cinta bangsa namun tak mau berkorban. Selalu berhitung rupiah dan kenyamanan diri.
Namun rasanya aku tak bisa hanya sekedar berdiam dan berdiam. Aku harus berbuat. Bertindak dengan apa yang aku bisa.
Bercerita pada muridku, cerita kehidupan para pahlawan. Sikap tak pantang menyerah dan rela berkorban, yang telah hangus dinegeri ini. Mengajak mereka mau belajar, membangun semangat rela berkorban dalam perbuatan. Mengabaikan keinginan menyenangkan diri sendiri.
Sederhana.
Sepele.
Namun besar artinya.
Umurku juga terus bertambah. Dua hari sebelum hari peringatan kemerdekaan Indonesia, adalah hari kelahiranku bertahun-tahun lalu.
Aku juga terus berusaha memerdekakan diri dari sifat egois, dari sifat tak peduli yang kasar, dari kenyamanan yang melenakan.
Karena kemerdekaan itu punya tanggung jawab, Kawan.
Karena kemerdekaan itu suatu keberanian berdiri di atas kaki sendiri, Teman.
Karena kemerdekaan itu dimulai dari hati yang merdeka.
Ini negeriku, atau negeri kita???
Mari berjuang dan tetap berdoa.
Salam kemerdekaan.
Salam Edukasi


Maria Margaretha


2 komentar:

  1. Tergantung ngomongnya sama siapa. Kalau sama orang asking saya akan bilang negeriku. Kalau sama orang sendiri saya akan bilang negeri kita. Kecuali mereka nggak merasa memiliki.....

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya juga ya mbak Dyah,... Benar sekali. Makasih mbak kunjungan dan jejaknya.

      Hapus

Tips Hidup Maksimal

Mendengar suara Tuhan adalah kunci hidup orang percaya menjadi maksimal. Sayangnya seringkali, kita merasa Tuhan tidak berbicara pada kita. ...