Selasa, 24 Maret 2015

Belajar, Evaluasi dan Penilaian

Salah satu tugas seorang guru adalah membuat evaluasi belajar siswa. Namun demikian, pernah juga saya mengalami, diharuskan membuat penilaian/ evaluasi cara saya mengajar. Kok bisa? Bisa. Namanya refleksi, dan dimasukkan dalam portfolio mengajar. Menilai orang memang lebih mudah, karena acuan kita adalah hal-hal terbaik. Namun menilai diri sendiri bagaimana?
Pertama, apakah saya mempersiapkan pembelajaran yang akan saya laksanakan?
Saya harus mengakui, kadang kala persiapan pembelajaran bukannya dilakukan sebelumnya tetapi on the spot. Bagaimana ini? Tentunya hasilnya akan berbeda antara guru yang sengaja membuat persiapan dengan mendetail dengan guru yang membuka buku lalu mengajar. Guru yang melakukan persiapan tidak menjadi gugup bila siswa bertanya atau mengajukan permintaan penjelasan, karena guru sudah siap. SIAP=PERCAYA DIRI.
Banyak guru yang sudah demikian ditumpuki beban administrasi, sehingga dalam perencanaannya jadi kurang maksimal, sehingga akibatnya, ketika menemukan pertanyaan tak terduga dari siswa reaksinya kurang tepat.
Perencanaan membantu guru juga dalam mengatur kelas, apakah akan dibuat individual, berpasangan atau group.
Kedua, evaluasi pembelajaran seperti apa yang kita rancang untuk materi yang kita ajarkan. Apakah evaluasi berbentuk mengisi, menjodohkan, essay, praktek, rubrik, presentasi, kita seharusnya telah mempunyai gambaran seperti apa yang akan kita laksanakan. Kebanyakan evaluasi yang saya rancang baru setelah pembelajaran dilaksanakan. Sebenarnya evaluasi yang baik dirancang bersamaan dengan mereancang pembelajarannya. Jadi, bukan setelah menjelang waktu evaluasi baru memikirkan evaluasinya seperti apa. Lebih parah lagi, jika evaluasinya copy paste milik orang lain, atau melihat pada bank soal tahun sebelumnya. Bagaimana kita bisa tahu evaluasi tersebut sesuai untuk siswa kita?
Saat hasil evaluasi siwa dibawah harapan kita, barulah muncul penyesalan.
Ketiga, kegiatan belajar. Apakah kegiatan belajar kita pandu dengan ceramah, dengan grup diskusi atau dengan demonstrasi, bahkan dengan pengamatan langsung. Seberapa variatif guru menyajikan kegiatan belajarnya? Kita perlu menilai diri kita sendiri dan kemudian memikirkan suatu strategi untuk meningkatkan gaya mengajar kita.
Peningkatan gaya mengajar kita akan berpengaruh positif pada siswa. Siswa akan senang dengan variasi gaya mengajar guru begitu pula dengan variasi pemberian evaluasinya.

6 komentar:

  1. Tugas Guru ternyata memang tidak mudah ya Mbak Maria
    Sukses selalu dan salam :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Tergantung mas.... kalau kadung cinta.... ya dijalanin. Pekerjaan yang dicintai kan? Heheheheh. Makasih mampirnya.

      Hapus
  2. jadi ingat ketika kuliah akta mengajar di Unnes dan PKL di SMK PGRI

    BalasHapus
    Balasan
    1. wah,... makasih pak Subur kunjungannya. Oh jadi pernah di UNNES?

      Hapus
  3. Iya, saya juga dulu pernah ngajar SMA dan punya akta IV juga, tapi takdir malah menetapkan saya nggak jadi guru. Pekerjaan guru sekarang berat ya? Pantas banget kalau diganjar sertifikasi.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Belum punya sertifikasi bu,... dan NUPTK aja belum ada, namun berat ringan pekerjaan tergantung hati yang menjalani sih,... senang kok bu jadi guru itu...

      Hapus

Tips Hidup Maksimal

Mendengar suara Tuhan adalah kunci hidup orang percaya menjadi maksimal. Sayangnya seringkali, kita merasa Tuhan tidak berbicara pada kita. ...