Kita ini siapa?
Ada banyak peran dalam kehidupan kita. Sebagai guru, tentunya kita pernah menjadi murid.
Kita tahu perasaan seorang murid.
Namun demikian, menjadi murid di masa kini berbeda dengan masa lalu.
Dulu kita sekolah dasar hanya belajar membaca, menulis dan berhitung.
Sekarang banyak sekali teori dan pengetahuan dijejalkan untuk diketahui oleh siswa.
Dulu waktu belajar kita hanya 3-5 jam. Jam 7 masuk, jam 10 pulang. Paling lama jam 12.30 siang. Jam istirahat bisa bermain dengan teman-teman. Lompat tali, bekel, gobak sodor, congklak dan juga berkejaran. SMP dan SMA pun paling lama jam 1 siang sudah di rumah.
Sekarang, anak SD sekolah hingga jam 2 siang. Mereka kemudian les sampai jam atau jam 4. Tak jarang orang tua berpikir, les yang bagus itu kalau anaknya belajar sampai bisa saat ulangan. (tapi setelah ulangan bisa saja tak tersisa yang dipelajarinya) Sampai bisa itu bermacam-macam, ada yang 2 jam, ada yang 4 jam.
Alhasil anak SD saja pulangnya sampai maghrib. Kebayang yang SMP dan SMA kan?
Waktu bermain kurang, dijejali juga dengan permainan elektronik pada gadget.
Hingga tak heran kadang anak tak sempat merasa.
Guru di masa lalu tak hanya mengajar baca tulis dan berhitung. Mereka bercerita, menanam pekerti dalam cerita, tentang alam, binatang dan manusia. Masa kini guru dijejali administrasi, dan kegiatan.
Peran lain juga ada, orang tua.
Atau kepala sekolah.
Setiap peran memiliki sisi dan fungsi.
Sebagai orang tua, juga sebenarnya pernah kan jadi anak-anak?
Lalu apa?
Coba tukar sisi,
apa jadinya jika kita yang jadi anak-anak di masa kini?
Atau, kepala sekolah,
Apa jadinya jika andalah si guru, dengan kepala sekolah yang berkarakter seperti anda.
Atau guru, jika anda menjadi orang tua yang guru anaknya seperti anda.
Bisa mellihat sisi mereka? Menjadikannya sisi kita?
Itulah empati.
Seorang teman yang kesepian, mendapat popularitas di dunia maya, menjadi arogan dan keras kepala
katanya sepeerti hiperbola,
ditikung teman dalam dunia maya
percayakah bahwa ada waktu untuk menabur,
ada waktu untuk menuai
saat harus melalui sisi tersebut?
terkenang seorang sahabat yang telah berpulang bertahun yang lalu,
menasehati melalui cerita mini,
tentang dua siswa SD yang bertengkar, di dua sudut meja yang berbeda.
Ini gambar ibu,
bukan ini nenek,
lalu keduanya bertukar tempat dan menyadari memang belum melihat sisi sebelahnya.
mmmmmmhmmm, banyak pemikiran mengelayut, subuh dini hari ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar