Jumat, 03 April 2015

Kopdar

Di belantara maya, kita sering bercakap-cakap dengan orang yang tidak kita kenal. Kompasiana adalah salah satu dunia maya, yang kurang lebih 20 bulan ini saya lalui. Saya sempat diberi julukan ratu nangkring oleh salah satu kompasianers. Padahal, yang saya inginkan hanyalah mengenal teman-teman dunia maya itu dengan nyata. Kadang, teman maya itu akhirnya menjadi teman nyata.


Saya tidak selalu punya waktu kosong, karena saya bukan blogger asli. Saya ini guru sekolah dasar yang menganggap menulis adalah sesuuatu yang membebaskan. Menulis dapat mengekspresikan hal-hal yang kadang sulit diekspresikan. Jadi setiap menulis, dikunjungi dan dikomentari adalah hal yang menyenangkan.


Kopdar, baik secara terbuka maupun tertutup, adalah salah satu kesempatan baik mengenal teman-teman maya. Beberapa teman menolak kopdarnya di publish, beberapa lagi mempublish sendiri. Kopdar yang tidak bisa dipublish ini adalah kopdar tertutup. Penulis yang lebih senang menjadi anonim, walaupun anonimitas di dunia penulisan tidaklah mudah, namun niat menghargai privacy seseorang membuat kita dapat menerima permintaan semacam ini.


Kopdar saya kemarin adalah dengan seorang penulis di kompasiana bernama akun Suka Ngeblog. Nah, dia ini blogger asli menurut saya. Ia memang penulis yang menulis. Membaca tulisannya tentang film, atau analisa politik, walaupun tidak selalu setuju dengan pendapatnya selalu bisa memancing saya tersenyum. Termasuk ketika ia menulis bahwa menulis untuk berbagi sebanarnya perlu mempertahankan kesederhanaan sehingga mudah dipahami.


Beliau ini ternyata seorang ayah, yang hmmmm apa ya, saya tidak mengira saja, bahwa di balik tulisannya yang sederhana, orangnya juga sederhana. Ia sudah menelurkan beberapa buku, baik digital maupun cetak termasuk menembus penerbit mayor seperti Elex. Tidak seperti bayangan saya sih.


Saya mengira, Suka Ngeblog, itu tampan,... lebih dari bradpit palsu yang tak pernah berani dipajang fotonya. Ternyata Suka Ngeblog itu biasa saja. Serius. Biasa saja. Manusia normal, yang punya dua telinga untuk mendengarkan, mata yang awas, walau sudah berkacamata, dan semua persis manusia biasa.


Beliau hanya menyenangkan untuk teman ngobrol, juga mudah tersenyum walau tak selebar senyum saya pastinya, dan makannya juga banyak. Hahahahahaha,... sama seperti saya. Tanpa terasa, hampir 3 jam saya melewatkan waktu bersama beliau ini. Saya berterimakasih atas waktu yang diberikan, sukses ya buku berikutnya.
Salam hangat, selamat merayakan ibadah Jumat Agung


Maria Margaretha

6 komentar:

  1. Nice post mbak Maria. Sepertinya kopdar berjalan lancar dan sukses

    BalasHapus
    Balasan
    1. Sangat, Mas. Penasaran kapan ketemu mas Pical... heheheh.

      Hapus
  2. Salut dengan mas Suka Ngeblog yang sudah menelurkan beberapa buku. Bahkan menembus penerbit major. Btw Bu Maria jangan ngebayangin saya seperti Julie Estelle ya wk wk wk

    BalasHapus
    Balasan
    1. Bu Fabina? Kayak Si Ratu dong,... hehehehehehe.... Kapan kita nyusul bu? Nembus penerbit mayor? hehehehe.

      Hapus
    2. Wah, saya mah lebih mirip Soimah deh he he he iya nih bu, ingin banget bisa punya karya ug diterbitkan dalam bentuk buku. Warisan untuk anak, ponakan n cucu wkwkwk ngasih warisan kok buku ya

      Hapus
    3. Perlu bu. Agar ananda tahu pemikiran bunda-nya. Ayo semangat bikin buku.

      Hapus

Tips Hidup Maksimal

Mendengar suara Tuhan adalah kunci hidup orang percaya menjadi maksimal. Sayangnya seringkali, kita merasa Tuhan tidak berbicara pada kita. ...