Kegiatan Nangkring kompasiana dan SKK Migas ini sudah 2 kali diadakan pada tahun 2015. Pada nangkring pertama, 14 Februari 2015, sebenarnya ada hal hal penting yang saya pelajari yang dituturkan narasumber pak Rudianto.
Nangkring kali ini membahas mengenai peranan Sumber Daya Manusia dalam industri hulu migas.
“Industri hulu minyak dan gas bumi (migas) telah lama menjadi penyumbang penerimaan negara terbesar kedua setelah pajak. Namun, masih banyak yang mempertanyakan, sejauh mana industri strategis ini telah melibatkan sumber daya manusia (SDM) dan industri nasional dalam kegiatan operasinya?
Dengan investasi sekitar Rp 300 triliun setiap tahunnya, industri hulu migas memiliki potensi besar untuk menjadi lokomotif pembangunan jika investasi tersebut bisa semaksimal mungkin digunakan di dalam negeri. Sektor-sektor yang menjadi penunjang kegiatan hulu migas dapat tumbuh dan memperkuat ekonomi Indonesia. Disinilah pentingnya peran manajemen rantai suplai atau Supply Chain Management (SCM) industri hulu migas dalam memaksimalkan manfaat sektor hulu migas bagi bangsa dan Negara bukan saja mendukung pencapaian target produksi dan pengendalian biaya operasi namun juga menciptakan multiplier effect semaksimal mungkin bagi perekonomian nasional melalui upaya menumbuh kembangkan dan mendayagunakan kemampuan dalam negeri.
Bagaimana SCM industri hulu migas menjalankan fungsinya akan menentukan seberapa besar pemberdayaan kapasitas nasional dan menciptakan multiplier effect ekonomi nasional oleh sektor strategis ini. Sejauh mana dampak dari kebijakan dan program-program pendukung tumbuh kembang kemampuan nasional hulu migas terhadap industri pendukung hulu migas nasional serta penciptaan multiplier effect yang nyata di masyarakat?”
Kutipan di atas berasal dari undangan nangkring yang ada di akun Kompasiana. Jadi, 31 Maret kemarin, setelah semua tugas keseharian selesai, dan terdaftar di acara Nangkring tersebut, saya menuju Kafe Pisa di Mahakam, Jakarta Selatan.
Menurut undangan acara dimulai pukul 6 sore, namun ketika saya datang para kompasianers yang sudah duluan masih baru makan malam dan bercengkerama, satu sama lain.
Ketika baru masuk, di beranda Kafe ada tim selvio yang memberikan kesempatan kompasianer foto narsis dan hasilnya bisa dibawa pulang. Sembari registrasi, saya diajak Pak Isson Khairul, salah satu pentolan Peniti Community, untuk foto bersama di banner Kompasiana Nangkring saat itu.
Goodie bag kali ini unik, karena berupa bantal mungil yang nyaman dipeluk. Selain juga ada buku komik yang merupakan edukasi SKK Migas. Sebuah tumbler dengan tulisan SKK Migas juga ada dalam goodie bag.
Namun demikian, pertanyaan dalam kutipan tersebut tak semuanya terjawab dalam nangkring ini. Mbak Citra, MC kawakan di acara-acara kompasiana membuka acara dengan memberikan kesempatan band penampil yaitu Batik Band.
Setelah acara band, yang menemani sebagian kompasianer yang baru datang makan malam, mbak Citra memperkenalkan narasumber dan moderator acaranya, yaitu Pak Rudianto, Pak Heri Margono dan Pak Alexander Ginting.
Penampilan moderator mantan wartawan kawakan di bidang yang sesuai dengan narasumber, tentunya member warna berbeda dalam nangkring kali ini. Pak Alex member waktu dalam setiap presentasi, dan dengan sigap meminta penanya membuat pertanyaan yang lebih menjurus.
Untuk presentasi pak Rudianto, kurang lebihnya tak banyak berbeda dengan presentasi nangkring SKK Migas yang lalu. Sementara memang Pak Heri memberi warna sedikit lebih banyak dalam presentasinya.
Adapun yang mengganggu adalah, sedikit sekali penjelasan mengenai SDM yang dituturkan oleh kedua narasumber padahal dijelaskan dalam kutipan, nangkring ini membahas peran SDM dalam kegiatan industri hulu migas.
Beberapa catatan yang saya buat adalah sebagai berikut:
Mengenai SDM nasional, telah diusahakan alih tehnologi dari para ahli asing pada tenaga nasional, namun sulit juga mendapat tenaga kerja nasional. Tamatan perminyakan dari Indonesia lebih suka bekerja di Qatar, atau negara luar yang memberikan remunerasi lebih baik, sementara pak Heri menyebutkan bahwa saat rekrutmen, pihak migas seringkali membatasi remunerasi tenaga lokal. (Saya tidak heran dengan ini, di dunia pendidikan juga sama. Keahlian guru lokal, seringkali dinilai lebih rendah dari guru asing, walau kapasitas, tugas dan kompetensi sama)
Upaya mendapatkan tenaga perminyakan dari Indonesia sudah bekerja sama dengan universitas yang bereputasi baik, namun tidak mudah mendapatkannya. Untuk meningkatkan SDM, SKK Migas memberikan beasiswa kepada mahasiswa di beberapa Perguruan Tinggi
Mengenai peranan industri hulu migas, disebutkan pak Heri Margono bahwa, Dana bagi hasil migas ke daerah dikembalikan karena tidak sanggup dihabiskan. Industri hulu migas bisa dirasakan masyarakat lokal di mana merupakan tujuan merangkul wilayah setempat. Hasil bumi migas harusnya digunakan untuk kepentingan masyarakat.
Kegiatan Nangkring bareng SKK Migas bersama Kompasianers memang memberikan pengetahuan tambahan. Setidaknya pengulangan presentasi pak Rudi menjadi refreshment bagi yang sudah mengikutinya pada 14 Februari dan penjelasan bagi yang mengikuti 31 Maret kemarin.
Salam edukasi,
Maria Margaretha
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tips Hidup Maksimal
Mendengar suara Tuhan adalah kunci hidup orang percaya menjadi maksimal. Sayangnya seringkali, kita merasa Tuhan tidak berbicara pada kita. ...
-
Jaman saya sekolah dulu, tas saya relatif ringan. Buku pelajaran dipinjami oleh sekolah dan tidak ribet bawa buku cetak. Sekarang ini berbe...
-
Judul:Zone Penulis: Jack Lance Penerbit: Bhuana Sastra/BIP Jumlah halaman : 328 ISBN: 9786024554927 Harga: Rp. 75K Sinopsis: Dengan ...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar