Tampilkan postingan dengan label rekomendasi buku. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label rekomendasi buku. Tampilkan semua postingan

Sabtu, 05 Agustus 2017

Maafkan, lupakan, Filosofi dalam sebuah novel Anak Rantau

Judul Buku : Anak Rantau
Pengarang: Ahmad Fuadi
Penerbit: Falcon Publishing
Cetakan pertama: Juli 2017
Harga: IDR 90000 

Dirilis awal Juli ini secara online dan saya temukan di buku kita dot com, buku ini baru akan dipasarkan di toko buku pada minggu ini. Saat soft launching bersama dengan acara Asean Literacy Festival di Kota Tua, hari ini 5 Agustus 2017, buku ini diberikan dengan diskon 10% dengan bonus tanda tangan pengarang, dan foto bersama serta kopi dan donat seusai talk show. 
Buku yang menggunakan point of view helikopter, menurut penulisnya, karena si penulis menulis tidak sebagai tokoh dalam tulisan ini membuat saya terpukau. Kekayaan budaya Minang dalam berbagai quote pada buku ini misalnya, meyakinkan saya akan kerennya Indonesia.
Buku ini memotret kehidupan seorang anak SMP yang dari Jakarta dipaksa pulang ke kampungnya di Minang oleh ayahnya yang sudah kehabisan akal dan resah dalam membimbing dan mendidik si anak.  
Amanat yang terkandung dalam buku ini menyebar dalam cerita sederhana yang menarik. Setiap bagian memiliki pembelajarannya tersendiri yang membuat saya tak hendak berhenti membacanya bahkan. 
Alur penulisannya tidak sulit dipahami, sampai sampai terpikir oleh saya untuk membacakannya bagi siswa kelas 5-6 saya dalam kegiatan gemar literasi. 
Sambil menunggu Uda Fuadi menanda tangani buku, saya sempat menanyakan segmen pasar buku ini. Apakah buku ini bisa dibaca siswa Sekolah Dasar? Uda tanpa ragu menyatakan buku ini bisa dibaca anak SD sekalipun. Ia juga merekomendasikan negeri 5 menara salah satu buku lain yang ditulisnya. 
Dalam talkshow, Miftah Sabri, CEO Selasar menyebutkan, buku Anak Rantau ini sukses membuat Uda Fuadi, bukan hanya menyadi penulis, namun juga sosiolog dan sufi. Benar, bagaimana hal hal seperti memaafkan dan melupakan yang berawal dari alam terkembang menjadi guru menjadi ruh penulisan buku ini digarap selama 4 tahun dan mampu membuat buku ini jadi ringan, namun memukau.
Setting atau latar penulisan buku ini bervariasi, mulai dari sekolah Hepi, surau kakek, bahkan lapau pun jadilah. setiap tempat punya kisah tersendiri. Latar favorit saya adalah perpustakaan, karena kata Miftah, google masih kalah dengan buku dan otak manusia, tapi jelas ini memang subyektif.
Bagian favorit saya? Jujur? Bagian endingnya. Bu Ibet masih jomblo ya Uda? :D  
Sinopsis: 
Donwori bihepi, tokoh utama dalam buku adalah siswa kelas 2 SMP yang rapornya kosong karena sering bolos sekolah di Jakarta. 
Dalam keresahannya ayah Hepi, Martiaz memutuskan mengantar anaknya pulang ke Tanjung Durian, sebuah desa di Sumatra Barat. 
Datuk Marajo Tinggi, seorang Ayah, Ayah Martiaz, Seorang Kakek, kakek Hepi, menebus dosa masa lalu di tengah surau.
Pandeka Luko, Pahlawan yang terbuang karena PRRI adalah potongan lain dalam buku ini. 
Sebuah filosofi, maafkan dan lupakan yang didasari oleh alam terkembang menjadi guru menjadi amanat hidup bagi empat tokoh ini. 
Petualanga Hepi dengan Zen penyayang binatang dan Attar si penembak jitu di desa Tanjung Durian 
demi melunasi dendam dan rindu ini merupakan novel yang layak baca, dan tidak mengecewakan.
Untuk menulis novel Ini, Uda Fuadi menurutkan bahwa istri nya menjadi editor pertama yang memberikan masukan dan saran. Ia juga memerlukan waktu untuk pulang kampung demi sebuah ruh novel anak rantau. 
Baca novel ini, mau ngulang dan ngulang lagi.... Tidak mengecewakan kok. Sarat dengan pelajaran, dalam bahasa sederhana, namun tetap saja menyentuh. Skala 1-10 saya berikan 9.  
So enjoy reading the book.... :D 


foto 1, dijepret oleh mbak yang di samping mas Agung Han
Foto 2 dan 3, dokumentasi dari grup Anak Rantau ISB.
Trimakasih ISB (Indonesial Social Blogpreneur) 

Tips Hidup Maksimal

Mendengar suara Tuhan adalah kunci hidup orang percaya menjadi maksimal. Sayangnya seringkali, kita merasa Tuhan tidak berbicara pada kita. ...