Tampilkan postingan dengan label film recomended. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label film recomended. Tampilkan semua postingan

Sabtu, 08 Juli 2017

Movie Screening Filosofi Kopi 2

Seru.
Mengikuti movie screening filosofi kopi sudah saya tunggu. Dan, saya ngga nyesal. Filmnya asyik habis. Sejak diumumkan event filosofi kopi2, saya sudah tertarik dan berharap bisa mengikutinya. Untunglah saya terpilih ikut nontonnya. Senang sekali. 
Well, Jadi, 5 Juli 2017 kemarin, tiba juga. Saat saya tiba di XXI Plaza Indonesia, 18.06 WIB, telat enam menit dari jadwal registrasi, (gara gara di PHP Grab) saya melihat lobby XXI Plaza Indonesia sudah penuh dengan media dan juga saya sempat menyalami beberapa kawan dari Kompasiana. Setelah menemukan komunitas saya, registrasi dan mendapatkan tiket, saya bersama seorang teman blogger, segera menyempatkan diri untuk dinner. Filmnya akan diputar pada pukul 19.00, demikian info yang saya dapat. 
Setelah dinner, saya segera masuk ke studio. Saat movie screening dibuka dengan suara dari Ben dan Jody, serta sambutan dari pengundang. Semua pemeran penting hadir dalam movie screening ini. Ada Chicco, Rio Dewanto, Luna Maya dan Nadine. Sayangnya saya ngga sempat foto bersama karena kelaparan tadi. Tapi, karena saya duduk kedua dari depan, saya sempat berselfie selagi mereka membuka acara. (Kampungan banget ya, eyke? Hahahahaha)
Filosofi Kopi 2 ini adalah sekuel dari filosofi kopi sebelumnya. Namun demikian, jika teman teman seperti saya ngga pernah nonton Filosofi Kopi sebelumnya, ngga perlu khawatir, karena kita tetap bisa mengikuti alur ceritanya.  
Dalam film Filosofi Kopi 2 dikisahkan mengenai petualangan baru Ben dan Jody, 2 tahun setelah menutup kedai mereka dan melakukan perjalanan memperkenalkan Filosofi Kopi dengan menggunakan mobil kombi, bersama 3 orang barista mereka. Diawali dengan resignnya Nana, team Filosofi Kopi yang hamil, dan disusul dengan mundurnya Aga dan Aldi, membuat Ben dan Jody akhirnya kembali ke Jakarta dan mengawali lagi kedai baru mereka. Konflik demi konflik terjalin.
Inilah beberapa hal yang saya rasakan sebagai kesan,
1. Kita nyaman tapi kita ngga ke mana mana? Bikin kopi itu soal rasa bukan matematika? Kopi itu bukan untuk diminum, tapi untuk dinikmati? Quote di atas adalah bagian dari percakapan dalam trailer film yang mendorong saya sebagai penonton berpikir dan merasakan. Menumbuhkan rasa cinta pada kopi juga bukan sekedar meminumnya, namun menikmatinya.
2. Mengekspos keindahan alam beberapa kota di Indonesia. Yogyakarta, Makasar, Bali, dan Toraja yang so wonderful. Selain menawarkan sedikit pengetahuan mengenai kopi, Saya menemukan sedikit ilmu mengenai tradisi di Toraja, serta filosofinya. Bagian mana sih mbak? Makanya kudu nonton sendiri deh. 
3. Soundtrack nya keren banget. Lagu lagu pengiring dalam film ini asyik buat dinikmati selain itu juga membuat tekanan konflik dalam film berkurang tegangannya.
4. Pada bagian akhir, ada quote menarik: "Pemulia benih tidak pern


ah mati". Jadi berpikir, seperti apa sih pemulia benih itu? Bahwa seorang pemulia benih, bukan sekedar menananm (kopi), namun juga menemukan keunggulan dan membuatnya terus berkembang. Seperti: tanpa petani Kopi, ngga ada Kopi, tanpa pendidik ngga ada dokter. Very touching menurut aku.
Jadi, Filosofi Kopi 2 ceritanya memang lebih ke persahabatan dan romantisme, tetapi banyak membuat kita benar benar mikir.  Oh iya, sekedar info. setiap tiket yg terbeli akan dijadikan 1 bibit kopi untuk petani di Indonesia.
Nah, mau ngga memajukan perfilman Indonesia? Nonton dong film Indonesia. Ini film, memang nilainya ngga sempurna. Saya sih sebagai pendidik, eh, guru, yang pernah ngajar di SMP, yang notabene anaknya berusia 13 tahun, menemukan beberapa kata kasar yang yah memang sih, bukan kebencian, tapi ngga sepantasnya seperti Cibxx, dan nama binatan, yang membuat nilai fim ini berkurang.tapi yah 7.5 dari 10 lah. Kalau guru sih bilangnya masih masuk KKM (kriteria Ketuntasan Minimal)
Nonton ya! Film ini akan mulai tayang per 13 Juli 2017. 

Sabtu, 31 Desember 2016

Nonton Cek Toko Sebelah

Seorang teman di Instagramnya bercerita tentang film ini. Cek Toko Sebelah. Liburan yang terbatas karena harus membayar beberapa janji membuat saya tidak bisa meninggalkan Jakarta. Saat longgar, saya mengajak teman saya menonton film ini. Penasaran sih.
Tadinya kami berencana menonton berduaan. Girls time. Hehehehe. Tetapi, sayangnya di 21 yang kami incar, film baru beberapa saat ditonton jam 7, karena yang jam 16.45 sudah habis tiketnya.
Akhirnya, teman saya bertanya pada suaminya, mau ikutan nonton? Sebenarnya setahu saya teman saya ini hanya suka nonton film luar. Tapi, suaminya setuju.
Jadilah kami nonton bertiga.
Ternyata film ini kereeeeeen sekali. Luar biasa menurut saya. Menarik.
Lucu, tanpa meninggalkan sisi cerita yang menarik.
Saya dan teman saya tertawa berkali kali dan saya sendiri ngga sadar menangis saat ada satu scene yang haru, menurut saya.
Walaupun demikian film ini jujur. Ia diperuntukkan bagi penonton 13+. Bukan semua umur, karena setelah menontonnya saya menemukan beberapa scene yang kurang cocok bagi anak kecil. Sederhananya, scene Anita si sekretaris yang berpakaian super seksi sampai memperlihatkan bagian bagian tubuh tertentu, juga scene pemerasan yang dilakukan bersaudara Johan dan Erwin. Belum lagi scene pelecehan Pak Robert pada Anita sekretaris nya sungguh tak patut bagi anak di bawah 13 tahun.
Namun tetap saja film ini Drama Komedi yang keren.
1. Kelucuan yang dijalin di toko Koh Afuk, dengan pegawainya yang multietnis serta lingkungannya yg multi etnis. Persahabatan dan kekeluargaan di toko dan tetangga toko.
2. Drama dalam keluarga Afuk, Johan dan pasangan Erwin. Yang menggugah rasa. Seorang anak yang berupaya tidak mengecewakan orang tua berbenturan dengan keinginannya sendiri dan pasangan meraih posisi regional manager. Anak yang merasa gagal karena belum bisa memenuhi harapan orang tua yang meninggal. Ayah yang baik, walau tak lepas dari kekurangan. Istri yang setia walaupun dalam keterbatasan.
3. Dunia kerja yg real seorang freelance photographer dan seorang manager, juga lingkungan kerja kalangan China.
Film ini jelas akan membuat perut kita dikocok karena tawa, dan dipenghujungnya kalau kita tersedu sungguh normal, karena sayapun terharu.
Eh, judul cuma satu scene di film ini. Judul itu kalimat ko Afuk sama pengutang-nya.
Kalau ngga ada acara, nonton ini, asyik kok. Dijamin.
Teman saya bilang, kok ada ya film Indonesia bagus?
Dan saya bilang, "belum tahu sih kamu..." Film Indonesia sekarang keren kok.
Yuk nonton.

Sabtu, 17 Desember 2016

Nonton Sing bareng Bocah Bocahku

Pertemuan dengan bocah bocah yang dirindukan sungguh tak terbayangkan serunya. Rabu, 7 Desember itu jam 5 sore aku sudah duduk manis di Waroenk Kito, Susilo.
Segelas jelly kupesan menunggu kedatangan anak anak itu. Siapa mengira, ternyata anak gadisku juga duduk manis di? SAUNK KITO. HAHAHAHAHA. Sepertinya dia nyasar 2 kali. Tapi waktu ketemu itu tak sempat jua kutanyakan, sudah bisa terlalu bahagia melihatnya.
Anak laki-laki itu akhirnya menjemput dia. Aku tertawa geli membayangkannya. Aduh nak.
Usai mengisi perut sedikit mereka kuajak ke tempat tinggalku.
Di kamarku, kami berunding hendak menonton. Kubiarkan anak gadisku dan temannya memilih film dan tempatnya. Aku hanya meminta supaya tidak terlalu larut malam, karena esoknya aku masih akan bekerja. Filmnya pun kuminta yang soft, karena aku penakut.
Keduanya sepakat memilih season City dan film "Sing".
Sebelum nonton kami sempat foto foto dekat 21nya. Ada pohon Natal besar di situ.
Sing adalah film animasi yang menarik. Dalam durasi 2 jam, aku terhibur.
Film ini dibuka dengan gambaran sebuah gedung teater dan bagaimana koala bernama Moon Buster tertarik menjadi pengelola sebuah gedung teater. Yang menyedihkan bahwa pada masa itu gedung teater tersebut sudah berada di saat jelang kebangkrutan.
Usaha menyelamatkan gedung teater musikal itu menjalin konflik demi konflik yang manis dan lucu.
Banyak musik dalam film ini. Ada juga pelajaran berharga, tentang pantang menyerah sampai titik terakhir. 
Mulai dari pantang menyerahnya moon Buster, sampai upaya Meena gajah cilik si penyanyi dengan suara emas. Film ini bukan hanya menghibur, namun juga edukatif.
Pelajaran tentang kerja keras, kreativitas Rosita, Ibu Babi yang ingin juga tampil di pertunjukkan musikal, sampai dengan Johny Gorila yang menghormati dan mengasihi ayahnya, sekalipun sang ayah menolak dia karena dia tidak mau menjadi penjahat tapi mau menjadi musisi. 
Sesuai ditonton semua umur. 
Mudah-mudahan saat tulisan ini tayang, film masih diputar di 21. Selamat menikmati.

Rabu, 16 Maret 2016

Menonton kungfu panda 3

Apa yang istimewa?
1. Menemukan diri kita sesuai nature adalah hal yang penting. Ini mengingatkan saya sebuah ilustrasi khotbah beberapa tahun lalu yang sempat saya baca. Seekor rajawali yang berperilaku seperti ayam. Mengapa? Karena dibesarkan oleh ayam. Atau kisah klasik the ugly duckling. Bagaimana si angsa merasa jelek karena bebek yang menjadi kawanannya.
Well, Po si panda mungkin merasa puas dengan hidup bersama ayah angkatnya dan tak pernah tahu keistimewaan dirinya. Ketika ia tahu apa dan bagaimana panda, baru dia bisa menjadi sesuai potensinya. Ia bisa menjadi guru setelah bersama panda panda bukan?
2. Kadang, perlu tekanan untuk menghasilkan berlian. Potensi tak akan muncul dengan sekedar remasan ringan. Potensi para panda, persahabatan Tigress, kekeluargaan ayah angkat Poo baru menjadi kekuatan saat tekanan mendapatkan Poo bertahan melawan Kai.
3. Bersatu kita teguh. Semboyan ini pas untuk ending film ini. Bahwa sebenarnya Kai kalah karena keluarga Poo dan kawannya yang masih tersisa bersatu mengumpulkan tenaga sehingga akhirnya Poo bisa menang.
Film yang tidak mengecewakan untuk dinikmati, walaupun dapat tempat duduknya paling depan dan bikin kepala ndongak terus. Seru. Bisa ditonton semua umur.

Tips Hidup Maksimal

Mendengar suara Tuhan adalah kunci hidup orang percaya menjadi maksimal. Sayangnya seringkali, kita merasa Tuhan tidak berbicara pada kita. ...