Kamis, 23 Juli 2009

Menatap masa depan bersama TUHAN

Saat ini, aku berada di Batam. Menuliskan pengalaman hidupku, mungkin tidaklah sesederhana menulis karangan pendek sebagai contoh karangan untuk murid2ku.

Setelah tamat SMA aku berpindah kota hingga saat ini 6 kali. Aku pindah kuliah sebelum lulus untuk S-1 pertamakalinya 3X dan setelah tamat S-1 pertamaku aku sudah berpindah pekerjaan 9 kali, selama 8 tahun karir mengajarku. Kalau aku ditanya, senang amat pindah-pindah, jawabanku standar adalah... kalau bisa menetap kenapa tidak? Sejak awal aku bekerja aku selalu mendapati posisi kontrak dimana 3 kali, kontrakku tidak diperpanjang.Setiap kali aku memulai pekerjaan baru, aku selalu berharap untuk menetap. Nyatanya, aku tidak pernah menyesali setiap perpindahanku, karena aku merasa makin diperkaya dengan pengalaman maupun mengalami peningkatan kehidupan. Aku tidak pernah bermimpi akan berada ditempatku sekarang. Aku hanya menjalani kehidupanku dengan menyerahkan semuanya pada Tuhan. Setiap kali aku berhenti bekerja, mengajukan pengunduran diri, ataupun tidak diperpanjang kontrak, aku mengalami hari-hari kelam kekuatiran. Aku tidak mengerti, bagaimana aku bisa melewati hari-hari itu, bila kuingat sekarang. Aku bersyukur untuk teman-temanku, seperti, kak Ineke Swardi, Kak Josephine, Irma, yang ada disisiku saat kegelapan itu menghampiri. Merekalah yang memberiku kekuatan walaupun tanpa kata-kata. Apalagi, saat aku harus menemukan penyakit yang bersarang di tubuhku, tahun lalu, saat aku hanya bekerja freelance, tanpa penghasilan tetap, aku melihat kemurahan hati teman-temanku, lewat telepon bahkan sumbangan materi benar-benar sangat menopang.

Pengunduran diriku yang terakhir terjadi di sekolah Kristen Makedonia. Sahabat karibku sendiri bertanya, katanya aku terpanggil melayani di sekolah tersebut, kenapa hanya 7 bulan? Pertanyaan itu menusuk hatiku. Padahal, dia sendiri yang mengusulkan aku untuk mundur dan dia tahu bagaimana gelapnya suasana hatiku setelah pengunduran diriku disetujui. Aku bahkan sempat depresi, karena merasa tak lagi berguna bagi pekerjaan Tuhan. Sampai pada suatu titik TUHAN lah yang mengambil alih dan memberiku penghiburan yang merupakan pengalaman tak terlupakan bagiku. Pengalaman itu adalah mengantar siswaku mengikuti OSN Matematika tingkat kabupaten dan propinsi. Pelajaran lain yang aku petik saat aku berada di sekolah tersebut adalah, aku tidak boleh membatasi diriku dengan kesenanganku saja. Aku memang suka mengajar sekolah minggu, tetapi, pelayanan apapun yang TUHAN percayakan hendaklah aku mau melaksanakannya, karena TUHAN yang akan memberiku kemampuan melakukannya. Selama di Sekolah Kristen Makedonia, aku dipaksa menyampaikan Firman Tuhan di persekutuan guru dan siswa. Aku baru menyadari juga bahwa selama aku menjadi pemberita Firman Tuhan, aku menyampaikan pesan yang sama. MILIKI HUBUNGAN DENGAN TUHAN. Pesan itu tanpa kusadari adalah pesan utama yang selalu kusampaikan dalam tema2 yang diberikan padaku.


Mengapa aku menuruti usulan temanku mengundurkan diri?


1. Hubungan sosial yang kurang sehat. Aku tidak menyalahkan teman-temanku di SKM, aku merasa aku terlalu sensitif, sehingga menghambat hubungan sosialku. Ini memang merupakan sisi lemahku, yang terus TUHAN proses.


2. Kebutuhan akses kesehatan yang kusadari tidak dapat kuperoleh di SKM.


3. Aku tidak ingin membebani orang lain. Awalnya aku berasumsi, SKM membutuhkan guru yang benar-benar mengasihi TUHAN dan dunia pendidikan dan bersedia bersamaku menanggung resiko, ketiadaan sarana kesehatan dengan iman. Tetapi, dengan berjalannya waktu, aku melihat banyak diantara mereka merasa dibebani oleh keberadaanku, sehingga akhirnya kuputuskan menyetujui usulan sahabatku. Aku tidak suka membebani orang lain.

Saat itu, aku benar benar sempat sangat khawatir. Usiaku 33 tahun ini, cukup sulit mencari pekerjaan di usiaku ini. Aku baru akan meninggalkan Sekolah Kristen Makedonia tanggal 29 Jun, dimana menurut perkiraanku; perkiraan manusia, pada saat2 itu sudah tidak ada lagi sekolah yang membutuhkan guru, terutama sekolah sekolah yang siap memberi salary memadai, kebutuhan SDM pasti sudah lengkap. Apalagi, tanggal 8 Juni, aku mendapat berita seleksi OSN Provinsi ditunda ke tanggal 29 Juni. Lengkap sudah deritaku. Aku akan kehilangan tiket pesawatku, yang murah dan harus mencari tiket baru, yang aku pikir pasti 2 kali lipat harga tiket lamaku yang hangus. Kans mendapatkan tempat mengajar baru pasti lebih kecil, dan kerugian lain yang sempat terpikir adalah membiarkan anak didikku berangkat hanya dengan orang tuanya mungkin merupakan pilihan terbaik.

Anehnya, tidak satupun kekuatiranku tersebut terjadi. Aku ditelpon sekolahku saat ini, tepat pada saat keputusanku mendampingi siswaku mantap, dan aku mendapatkan pekerjaanku disekolah baruku saat ini hanya dengan 4 pembicaraan telpon dan 3 email. Tanpa wawancara face-to face. Tiket pesawatku tidak jadi hangus, karena temanku memutuskan meninggalkan Sekolah Kristen Makedonia, dan tiket baru yang kubeli harganya tidak sampai 2 kali lipat harga tiket lama. Jadi???

Berada di sekolahku saat ini, aku mendapatkan salary berlipat dari salaryku di sekolah Kristen Makedonia, jika seluruh benefitku dihitung, jumlah itu akan semakin besar. Aku belajar menggunakan bahasa Inggris sebagai bahasa sehari-hari, karena aku harus berkomunikasi dengan partnerku, maupun temanku serumah. Besar sekali bukan peningkatannya?

Kesimpulannya:


Jangan pernah mengkhawatirkan masa depan, apapun yang kamu hadapi saat ini. Kerjakan bagianmu sebaik-baiknya, dan izinkan TUHAN membereskan hidupmu. IA dapat membuat keajaiban tepat pada waktunya.

2 komentar:

  1. Selamat ya,Bu! Moga Tuhan senantiasa memberkati dan melindungi Ibu di mana pun dan kapan pun.Terìma kasih,justru dengan kesaksian yang Ibu tulis dapat menggugah serta membangkitkan kehidupan iman.
    Salam kenal,Bu!

    BalasHapus

Tips Hidup Maksimal

Mendengar suara Tuhan adalah kunci hidup orang percaya menjadi maksimal. Sayangnya seringkali, kita merasa Tuhan tidak berbicara pada kita. ...