Minggu, 02 Agustus 2009

Mengajar Sekolah Minggu kelas balita

Hari ini, pertama kalinya aku mengajar sekolah minggu di kelas Balita. Sejak pertama kali aku mengajar sekolah minggu, mengajar kelas balita nyaris belum pernah kulakukan. Aku pernah mengajar agama Kristen di TK, tetapi bukan di sekolah minggu. Mengajar di sekolah minggu sangat berbeda dengan di sekolah. Mereka datang dari berbagai kelas sosial. Ada yang orang tuanya memiliki status sosial mampu, tentunya anaknya sudah sekolah di TK, punya pengasuh, dsb. Tetapi, bagi anak dengan status sosial biasa saja, tentunya mungkin di usia balita ia belum sekolah dan kadang perlu diperhatikan supaya tidak terlupakan.
Aku benar-benar mengambil resiko ketika menerima penugasan itu. Aku baru observasi 2 kali di kelas balita sekolah minggu. 2 kali itupun rasanya aku sudah sangat sangat sangat andai aku bisa meminta, janganlah di kelas balita. Anak2nya masih susah untuk mendengarkan. Namun demikian, aku nyaris tidak mengerti, apa sebab aku bilang ya, aku akan ngajar, minggu lalu untuk hari ini.
Seorang temanku, yang menjadi inspirasiku adalah kak Syenny. Ia tidak pernah berkata tidak bisa ketika mendapat tugas di sekolah minggu. Kelas balitapun dia mau, dan di selalu melakukan persiapan dengan matang. Padahal, dia bukan guru. Aku mengagumi kesediaannya, aku belajar menyediakan diri, kapanpun dibutuhkan untuk apapun.
Aku berdoa saat menyiapkan pelajaranku. Aku berharap bahan yang kuajarkan cukup sederhana dan mudah diingat. Aku meminta Tuhan menolongku, membuat pelajaran ini dapat dilakukan anak2 balita itu. Karena tidak ada thema khusus maka aku memilih bercerita tentang Janda di Sarfat dan Nabi Elia.
Aku membeli 2 buah roti, sebagai media, memudahkan anak-anak membayangkan. Aku meminta anak2 menceritakan kegiatan mereka disekolah bila yang sudah TK, dan mengajak mereka berdiskusi sangat sederhana bagaimana jika saat mereka akan makan, ada teman mereka yang tidak punya makanan. Aku senang, anak2 antusias menjawab. Mereka mau membagi makanan mereka. Lalu, aku mulai bercerita tentang nabi Elia yang mendapat makanan dari janda di Sarfat. Aku menjelaskan bahwa, jika kita berbagi, kita tidak akan berkekurangan. Lihat saja janda di Sarfat itu. TUHAN membuat mujizat.
Aku harus bersyukur, saat aku bercerita anak-anak benar2 mendengarkan. Aku berusaha untuk bercerita secara ringkas, agar konsentrasi anak tidak sempat pecah. Sayang, media mengajarku saat ini terbatas. Untuk mengajar balita, aku perlu lebih banyak gambar. Tapi, aku senang, anak2 dapat mendengarkan ceritaku dan mereka mengerti. Terimakasih TUHAN.

PELAJARAN YANG KUDAPAT:
1. Gunakan setiap kesempatan untuk melayani TUHAN, jangan pernah menolak pelayanan yang membutuhkan kita dengan alasan kita tidak pernah, atau tidak bisa. Jika kita menolak pelayanan karena kualifikasi maka kita tidak pernah cukup bisa melayani dalam bidang apapun.
2. Siapkan diri sungguh2 karena pelayanan yang kita terima untuk TUHAN, bukan untuk manusia, maka pengurapanNYA akan membuatmu melakukan hal yang katamu... aku tidak bisa.
Kesan:
1. Aku senang tidak menolak tantangan, mengajar di kelas balita. Ternyata, anak baltapun bisa tertib lho, kalo guru benar2 siap
2. Seru, habis ngajar kami main game. Hadiahnya: 2 roti yang kupakai sebagai alat peraga. Anak2 yang menang membagi 2 roti itu jadi 7, sesuai jumlah anggota kelompoknya. Kasihannya kelompok yang kalah adalah kelompokku. Untungnya biarpun masih balita, mereka ngga nangis nggak dapat hadiah.

TERNYATA NGAJAR BALITA SENANG lhoooo!!!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Tips Hidup Maksimal

Mendengar suara Tuhan adalah kunci hidup orang percaya menjadi maksimal. Sayangnya seringkali, kita merasa Tuhan tidak berbicara pada kita. ...