Sabtu, 08 Agustus 2009

PENYERTAAN TUHAN DALAM HIDUPKU

Bulan Mei 2004, aku sedang tidak mempunyai pekerjaan tetap, aku hanya mempunyai penghasilanku sebagai guru privat untuk menutupi biaya hidup di Jakarta. Aku baru keluar dari Rumah Sakit karena gejala Typus, dan di pelayanan aku diterpa fitnah, dikeluarkan dari tempat kerja karena kekerasan terhadap siswa, yang sebenarnya tidak terjadi. Aku keluar atas kehendak sendiri, karena keadaan kesehatan yang waktu itu baru keluar dari Rumah Sakit. Semua yang menimpaku, saat itu, seperti bertubi-tubi. Aku berusaha mencari pekerjaan tetap, mendatangi setiap panggilan wawancara.

Dalam masa-masa sukar itu, saat aku mengikuti doa puasa 3 hari di SLDC Sentul, Tuhan mengingatkanku pada janjiku untuk melayani DIA. Sudah 3 tahun aku menjadi guru, aku masih melayani TUHAn sebagai Pembina anak di gereja, tetapi yang kurasakan ini berbeda, aku tidak tahu tepatnya apa, yang pasti, aku tahu aku harus kembali menyerahkan hidupku di mezbahNYA.

Aku tidak mengerti secara spesifik, mengapa aku ingin mengikuti pendidikan kembali di UNIKA ATMAJAYA, untuk menjadi guru SD. Aku tidak punya biaya untuk kuliah di sana, itu terlalu mahal buatku. Aku tidak mengerti darimana kudapatkan keberanian membeli formulir pendaftaran yang senilai 3 minggu uang makanku, waktu itu, dan ikut ujian masuk di UNIKA ATMAJAYA.

Aku lulus ujian, di ranking pertama. Aku ingat, waktu itu aku harus membayar uang konfirmasi, hampir 4 bulan uang kostku, dan, herannya tepat pada waktu-waktu itu, aku mendapatkan pekerjaan ekstra, menjadi SPG pameran buku. Tadinya hanya dijanjikan 3 shift, aku dapat 6 shift, yang membantuku membayar uang konfirmasi itu. Bersamaan dengan itu, aku mendapat pekerjaan tetap kembali, dengan waktu yang fleksibel, sehingga aku bisa kuliah setelah mengajar. Uang kuliah kubayar dengan gajiku 4 bulan pertama secara mencicil.Biaya hidup aku peroleh dengan melanjutkan memberikan les privat sehabis kuliah.

Lelah, tapi aku memandang betapa dahsyat Tuhan berkarya sehingga semua kebutuhan tersebut teratasi. Aku harus sangat berhati-hati dalam mengeluarkan setiap berkat TUHAN yang keperoleh dari setiap pekerjaan yang Tuhan berikan. Setiap semester aku berdoa, menyandarkan diri pada ALLAh yang kaya, karena aku tidak mempunyai orang tua yang berkecukupan.

Tahun keduaku, sedikit lebih mudah, karena aku mendapatkan beasiswa dari panitia beasiswa Atmajaya hingga saat aku tamat S1. Bersamaan dengan tahun keduaku di UNIKA Atmajaya, aku mendapatkan sekolah nasional plus yang tanpa kuduga, memberiku satu tahun kontrak mengajar. Aku merasa berada diawang-awang, its really miracle. How come, I really know, that my English is poor? Kalau bukan Tuhan siapa? Koneksi, aku tak punya. Ya kan?

Saat kontrakku dengan sekolah itu tidak diperpanjang, aku tidak kecewa, aku bisa mengukur diriku. Aku masih sangat beruntung bisa mengajar disana selama 1 tahun. Aku dibukakan kesempatan oleh TUHAn bergabung di sebuah sekolah baru di kawasan Jakarta Selatan. Sekolah itu, milik anak mantan menteri pendidikan dan kebudayaan Daoed Joesoef. Inipun kesempatan yang benar2 tidak terduga buatku.

Ini adalah tahun ketigaku di Unika Atmajaya, yang sebenarnya kuharapkan merupakan tahun terakhirku. Apa daya, hinggak aku meninggalkan sekolah tersebut, aku belum selesai juga dengan skripsiku. Tetapi, aku harus bersyukur mengenai sekolah ini. Di sini aku belajar berada di lingkungan yang berbeda. 75% temanku berbeda iman, 90% siswaku juga. Aku belajar menunjukkan kasih dengan perbuatan, walaupun harus kuakui, aku sangat lemah dalam hal itu. Sahabatku ditempat ini, mengagumiku, karena sifatku yang natur dan apa adanya. Itulah kelebihanku. Ia mengakui kepedulianku pada siswa, dedikasiku pada anak-anak didikku, walaupun ia kerap mengomentariku soal emosiku.

Sejak saat itu, peluangku mengajar disekolah-sekolah umum terbentang. Aku sempat mengajar di SD Pembangunan Jaya sekaligus melakukan penelitian skripsiku. Orang tua murid mengakui kemampuanku, dan menghargai pendapat2ku .

Bagaimana aku harus mengatakan TUHAn tempatku bersandar mencukupi semua kebutuhanku? Aku telah mengalaminya. IA memang tidak mengirimkan sponsor untuk membiayai kuliahku tetapi IA menyediakan pekerjaan bagiku, tepat pada waktunya sehingga aku dapat membayar semua biaya kuliahku. Tuhan memberikan aku kaki yang kuat untuk aku berjalan jika uangku tidak cukup untuk membayar ongkos bis. Tuhan memberikan aku kekuatan melakukan 3 hingga 4 pekerjaan saat aku memerlukan biaya untuk skripsiku. Semuanya berakhir 27 Oktober 2008 lalu. Aku diwisuda sebagai sarjana pendidikan dari Universitas Katolik Atmajaya. Terimakasih TUHAN…

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Tips Hidup Maksimal

Mendengar suara Tuhan adalah kunci hidup orang percaya menjadi maksimal. Sayangnya seringkali, kita merasa Tuhan tidak berbicara pada kita. ...