Minggu, 23 Mei 2010

MENGUBAH PASANGAN TANPA PERKATAAN

Ini merupakan tugas baca dan tanggapan buku wajib mata kuliah Konseling Pra Nikah ... Jika ada yang tertarik membaca bukunya silahkan hubungi www.Pedulikonseling.or.id

OUT LINE

Pendahuluan
Bab I Delapan Belas Tahun Pernikahan Kami
Bab II Pernikahan Kami Tumbuh lewat Konflik
Bab III Dunia yang Menghancurkan Keintiman
Bab IV Mitos Cinta Dalam Perkawinan
Bab V Pohon Keluarga dan Pewarisan Nilai
Bab VI Peranan Suami-Istri dan Tempat Tuhan dalam Keluarga
TANGGAPAN


PENDAHULUAN

Pernikahan merupakan suatu relasi yang diharapkan bertumbuh seiring dengan waktu, sebagaimana halnya sesuatu yang hidup. Dalam pernikahan terdapat tiga unsur yakni suami, istri dan dinamikanya. Sesungguhnya, dinamika pernikahan ini tahapan-tahapannya dapat diprediksi, dan juga dibutuhkan. Dinamika pernikahan meliputi, fisik, emosi dan spiritual.
Gesekan yang terjadi dalam pernikahan pada masa-masa awal merupakan masa-masa belajar untuk memperbaiki sikap dan menyesuaikan diri dalam berbagai perbedaan. Penyatuan dua individu yang berbeda membutuhkan pengorbanan yang besar. Cinta diharapkan dapat menjembatani perbedaan dan terpaan dari luar pernikahan.
Membangun keakraban juga tidak mudah karena masing-masing masih membawa imajinasi dan fantasi terhadap pasangan. Sekali lagi cinta dapat menguatkan pernikahan sehingga dapat bertumbuh melalui konflik. Seharusnya keintiman justru tumbuh melalui konflik dan perdebatan yang sehat. Kesulitan pada masa awal pernikahan ini sebanarnya dapat dibantu dengan toleransi dan kelenturan menyikapi perbedaan melalui sikap hati yang mau memaafkan. Pada umumnya pada masa awal pernikahan tidak mudah melepaskan kebiasaan yang telah dilakukan sejak kecil dari pola hidup keluarga sebelumnya.
Ada masa-masa krisis dalam pernikahan seperti ketika pasangan kehilangan pekerjaan sehingga penghasilan dalam keluarga tidak ada. Namun krisi ini dapat memperkuat pernikahan bila dikelola dengan baik.kuncinya adalah kemauan kedua pihak memikul beban dan menghindari sikap saling menyalahkan.
Semangat memiliki pernikahan dan rasa tanggung jawab terhadap keluarga akan mampu mengatasi semua perbedaan dan krisis dalam pernikahan. Lebih baik lagi, apabila sebelum menikah ada upaya mengenali perbedaan dan membahasnya hingga tuntas sehingga dapat memprediksi kemungkinan terburuk yang terjadi dalam pernikahan nantinya. Melalui konflik dalam pernikahan diharapkan pernikahan menjadi tangguh, sehat dan kuat dan dapat menjadi warisan berharga bagi anak-cucu.
BAB I
DELAPAN BELAS TAHUN PERNIKAHAN KAMI

Saya menyampaikan pernyataan cinta melalui surat karena khawatir ditolak. Padahal dalam suratpun, saya tidak dapat dengan terbuka menyampaikan isi hatinya. Syukurlah, pernyataan cinta itu tidak ditolak.
Masa pacaran berlangsung selama 3 tahun ditempuh dengan surat dan kunjungan yang jarang, karena pasangan ini berdomisili di kota yang berbeda. Pada masa inilah, visi membangun dan bekerja di pusat konseling dan kesehatan mental didapatkan. Keputusan menikah dijalankan setelah mendapat restu orang tua pasangan.
Pernikahan dilangsungkan di Jakarta 8 November 1991. Waktu persiapan pernikahan sangat singkat. Ironisnya, premarital konseling kami hanya dilaksanakan satu kali. Kata pendeta, “Kalian kan sudah mengerti apa arti berkeluarga itu!”
Kebahagiaan pernikahan tidak berlangsung lama. Pernikahan mulai diwarnai konflik karena perbedaan latar belakang keluarga mulai terlihat. Saya dibesarkan dalam pohon keluarga yang kurang bagus, karena sistem keluarga orangtua saya disfungsi. Skill komunikasi saya juga sangat minim. Saya tidak bisa menyatakan perasaan negatif saya. Lebih suka menyimpan, dan meledak dengan sikap mendiamkan istri saya.
Pelayanan memang sukses, dengan anggota jemaat berkembang 100% setiap tahun. Namun Pak Julianto lebih mengutamakan peran sebagai pendeta daripada suami dan ayah. Pada tahun kelima pelayanan di gereja, disepakatilah untuk mundur dari penggembalaan. Dengan belajar konseling di STTRII, Jakarta, tahun 1996.
Materi kuliah cocok dengan kebutuhan sekaligus interaksi di kampus ikut memulihkan. Pak Julianto mendapatkan pelayanan konseling selama setahun lebih dari dua konselor. Pengalaman dibimbing oleh konselor telah mengubah pandangan yang salah tentang keluarga dan pernikahan serta memberikan banyak ketrampilan baru sebagai suami-ayah, terutama dalam berkomunikasi. Akhirnya timbullah kesadaran mengapa tidak berfungsi menjadi suami yang baik di awal pernikahan kami. Hal itu karena mengalami banyak trauma saat masih kecil.
Setelah kuliah 6 bulan, banyak perubahan di dalam diri. Istri menyatakan itu dengan rasa puas karena menjadi jarang sekali bertengkar. Pak Julianto menjadi lebih dekat dan senang mengurus anak yang waktu itu baru anak satu, Josephus. Kami sungguh menikmati makna sebuah pernikahan. Pengalaman itulah yang mendorong kami mendirikan layanan konseling keluarga, mengadakan pembinaan pranikah dan memperkaya pernikahan.
Setelah 18 tahun menikah Tuhan memberikan kami banyak pengalaman indah dan kaya, termasuk melewati lima tahun pertama yang sangat sulit. Roswitha telah menjadi berkat besar bagi saya. Tuhan memberikan kami dua putera yang hebat buat kami, Josephus dan Moze. Kami bersyukur mendapat kasih sayang dari jemaat, dari sahabat dan dari keluarga besar kami. Terima kasih Roswitha, engkau adalah istri yang menjadi milik pusaka hidupku dari Tuhan. Terima kasih kepada ayah dan ibu mertua saya yang telah melahirkan dan membesarkan Rowitha, kemudian mengizinkan saya menikah dengan dia. Lewat pernikahan dengan Wita saya bertumbuh lebih mengenal Kristus. Lewat pernikahan dengan Wita saya lebih bersemangat menjalani panggilan Tuhan di ladang konseling, dan produktif dalam berkarya. Pernikahan kami telah memulihkan saya dari masa lalu saya yang buruk. Saya sangat bersyukur untuk pernikahan ini.
BAB II
PERNIKAHAN KAMI TUMBUH LEWAT KONFLIK
Setelah pernikahan, lima tahun pertama banyak konflik yang timbul. Diantaranya perbedaan keinginan antara Ibu Witha dan Pak Jul dalam berbagai hal. Misalnya, dalam hal masakan. Pak Jul ingin Bu Witha belajar memasak makanan Batak pada kakaknya. Sementara Bu Witha sudah merasa kelelahan setelah bekerja serta kurang nyaman dengan interaksi di lingkungan baru. Semula hal ini menyebabkan Pak Jul mendiamkan Bu Witha berhari-hari. Masalah pengasuhan anak, kecemburuan, seksualitas dan pengambilan keputusan juga menjadi topik konflik yang dialami pasangan Pak Jul dan Bu Witha.
Dalam konflik-konflik inilah, terlihat bahwa baik Bu Witha maupun Pak Jul belajar mengakomodasi dan memahami satu sama lain. Pada dasarnya ada usaha untuk menyelaraskan perbedaan dan kejujuran yang terlihat dari penyelesaian setiap konflik yang diceritakan. Ini merupakan modal yang menguatkan pernikahan Pak Julianto dan Ibu Roswitha.

BAB III
DUNIA YANG MENGHANCURKAN KEINTIMAN

Pada masa kini banyak sekali pernikahan yang berakhir dengan perceraian karena tidak ada usaha untuk memelihara dan merawat cinta. Ketergantungan pada teknologi menyebabkan masyarakat masa kini menjadi individualis dan impersonal. Keintiman merupakan hal yang langka. Kehidupan menjadi stressfull karena kurangnya relasi dan keintiman dalam keluarga.
Padahal keintiman akan memampukan individu mengatasi konflik dan krisi dalam kehidupannya. Penelitian membuktikan bahwa pernikahan yang kaya dengan keintiman membawa efek sehat bagi psikis dan fisik.
Dialog antar individu dan relasi benar-benar terbatas. Kedekatan tidak lagi terjalin karena kurangnya waktu berinteraksi dan semangat berkompetisi, bahkan dalam rumahtangga. Komersialisme juga mengurangi nilai-nilai kemanusiaan. Pasangan-pasangan mengejar status dan termotivasi oleh materi semata. Akibat kecenderungan ini, angka perceraian meningkat drastis karena meningkatnya stress dalam kehidupan rumah tangga.
Agar dapat menikmati kembali keintiman sejati dalam relasi antar keluarga diperlukan penemuan jati diri mula mula melalui hubungan dengan TUHAN.

BAB IV
MITOS CINTA DALAM PERKAWINAN


Motivasi pernikahan terkadang merupakan hal yang tidak benar-benar dipahami oleh pasangan yang sedang berpacaran. Pada umumnya pasangan yang akan menikah menjawab pertanyaan motivasi menikah dengan pernyataan, karena saling mencintai.
Namun demikian, sebenarnya bukan cinta yang menjadi motivasi utama pernikahan. Alasan yang mendominasi pernikahan antara lain adalah a. Pengalaman bercumbu selama pacaran, sehingga enggan untuk mengakhiri hubungan, Mereka saling tertarik satu dengan yang lain. Namun goal dan problem perkawinan itu sebenarnya belum sungguh-sungguh mereka sadari. (b) Lingkungan sosial menginginkan mereka menikah, karena orangtua ingin mereka segera menikah. (c) Pengaruh buku-buku roman dan tradisi, rasa kesepian dan kebosanan, takut akan keadaan ekonomi di masa depan. (d) Dengan menikah hidup lebih lengkap. (e) Faktor cinta neurosis misalnya karena kehilangan ayah atau ibu, dan berharap pasangan mereka menggantikan salah satu orangtua yang telah tiada secara simbolis.
Ada pula orang menikah dengan merasa dirinya lebih mencintai pasangannya, sehingga jika kemudian ada masalah, mereka saling menuduh bahwa pasangannyalah yang menyebabkan masalah tersebut. Seringkali pasangan merasa cinta sebagai sesuatu yang sangat perlu bagi kepuasan pernikahan. Cinta sering dimengerti hanya sebagai tindakan romantis atau kemesraan selama bercumbuan.
Masih banyak lagi mitos dan pandangan-pandangan yang keliru berhubungan dengan pernikahan dan hubungan yang mau memasuki pernikahan.

BAB V
POHON KELUARGA DAN PEWARISAN NILAI

Mencari bimbingan dan konseling sebelum pernikahan merupakan hal yang sangat dianjurkan. Mengenali keluarga calon pasangan kita akan membantu mengurangi konflik dan mengelola konflik dalam pernikahan. Pola relasi dalam keluarga pasangan akan dibawa dalam rumah tangganya kelak. Bilamana pola tersebut adalah pola yang baik, tentunya tidak ada salahnya diwariskan, namun bilamana telah dilihat pola yang merusak maka perlu tindakan untuk memutuskan dan membuang pola yang merusak itu.
Nilai-nilai yang bisa diwariskan contohnya, kejujuran, kesetiaan, kesederhanaan, budaya membaca, mezbah keluarga, kesehatan, konsisten dalam panggilan hidup, pengelolaan uang yang baik dan ketekunan dalam bekerja.
Pohon keluarga yang rusak dapat dipulihkan asal ada kesediaan untuk memutuskan rantai. Contoh pada keluarga penulis sendiri dan Bonnie dan Bobby yang dikisahkan ulang oleh penulis. Pernikahan yang sehat dapat mempercepat pemulihan pribadi pasangan yang rusak karena pohon keluarganya.

BAB VI
PERAN SUAMI ISTRI DAN TEMPAT TUHAN DALAM PERNIKAHAN

Salah satu hal lain yang perlu dipelajari dalam mempersiapkan pernikahan adalah memahami peran sebagai suami dan istri yang saling melengkapi, memberi dan menolong.
Peran istri adalah sebagai penolong. Istri dipanggil untuk tunduk pada suami, dan menjadi penolong yang sepadan. Yang dimaksud penolong yang sepadan adalah istri perlu memelihara sikap yang baik, membuat rumah menjadi tempat yang menyenangkan bagi suami, menjaga kecantikan dan bekerjasama dengan suami mendidik anak-anak. Istri juga perlu menunjukkan penghormatan pada suaminya.
Suami adalah pemimpin keluarga. Ia harus mengambil keputusan dalam rumahtangga dan menunjukkan kasih dengan kualitas sebagaimana dibutuhkan istrinya. Masing-masing harus mampu meninggalkan pola dari keluarga sebelumnya.
Unsur yang paling penting dalam pernikahan adalah TUHAN. TUHAN adalah pembangun keluarga, penebus dan juru selamat keluarga. Keberhasilan pernikahan ditentukan oleh kemampuan untuk melibatkan Tuhan dalam semua pengambilan keputusan dan kesediaan menuruti hukum-hukum yang ALLAH tetapkan dalam rumahtangga.

TANGGAPAN

Buku ini merupakan buku yang baik dan cukup menarik khususnya tentang pernikahan. Keistimewaan buku ini adalah bahasannya yang didasarkan pada pengalaman real penulis dan diikuti dengan kedalaman uraiannya. Penulis tidak hanya menjelaskan masalah-masalah yang dihadapi dalam pernikahan tetapi juga memberikan solusi yang telah dicoba sendiri dengan pasangannya. Penulis menggambarkan dengan baik betapa dinamisnya pernikahan itu.
Saya merasa terkesan pada:
1. Keterbukaan penulis membagikan pengalamannya dalam berbagai konflik pernikahannya serta bagaimana penulis dapat menemukan solusi dalam konflik tersebut. Saya dapat melihat bahwa penulis tidak hanya berteori, namun telah menerapkan komunikasi dalam pernikahannya. Penulis tidak segan mengakui kegagalannya dan menarik pelajaran dalam setiap kegagalan yang dilakukan. Tak heran pernikahan menjadi semakin kuat.
2. Pengupasan tentang mitos-mitos yang ada dalam benak banyak orang yang menikah. Beberapa mitos itu memang ada, dan mungkin mitos-mitos tersebut yang membawa mama dan papa saya menikah. Pernikahan orang tua saya merupakan pembanding dari apa yang ditulis pada buku ini.
3. Tempat Tuhan dalam pernikahan. Dibesarkan dalam keluarga yang tidak seiman, serta pernikahan yang gagal, saya sangat menyadari bahwa kegagalan melibatkan TUHAN dalam membina pernikahan merupakan kegagalan yang sangat fatal. Saya sangat diberkati oleh penjelasan mengenai peran seorang istri dalam buku ini.
Melalui membaca ini secara tidak langsung saya mempelajari satu lagi pernikahan bahagia yang dapat saya teladani. Sejujurnya saya jadi berhati-hati sebelum mengambil keputusan dalam berhubungan dengan lawan jenis. Saya jadi lebih memiliki keyakinan untuk memulai pernikahan dengan konsep dan tujuan yang benar, daripada melanjutkan hubungan yang diwarnai pemikiran yang keliru.
Akhirnya, saya menjadi lebih menyadari betapa kompleks dan dinamisnya pernikahan itu dari buku ini. Setiap pasangan memiliki pergumulan dan konflik yang berbeda, namun kesedianan penulis membagikan pengalaman hidupnya dan konflik yang dialaminya benar-benar memberikan pencerahan bagi saya.
Saya menyarankan agar buku ini dapat dimanfaatkan sebagai referensi bagi pasangan-pasangan yang akan menikah, untuk dipelajari. Pertanyaan-pertanyaan pada akhir beberapa bab bermanfaat untuk evaluasi hubungan bagi pasangan yang belum menikah. Bila dijawab dengan sungguh-sungguh dan jujur akan membantu sekali dalam mengambil keputusan melanjutkan hubungan atau menunda untuk memperbaiki diri, hingga terbangun hubungan yang lebih baik.
Pengalaman sendiri adalah guru yang baik, namun guru terbaik adalah pengalaman orang lain. Alangkah baiknya jika kita dapat mengurangi konflik dalam pernikahan kita jika kita mau belajar dari pengalaman pasangan lain.
Saya bersyukur dapat membaca buku ini sebelum saya memasuki pernikahan saya sendiri, karena dengan demikian saya dapat mempersiapkan dan memimpikan sistem pernikahan yang sehat, dan diberkati.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Tips Hidup Maksimal

Mendengar suara Tuhan adalah kunci hidup orang percaya menjadi maksimal. Sayangnya seringkali, kita merasa Tuhan tidak berbicara pada kita. ...