Rabu, 25 Februari 2015

Pukulan Fisik atau Labelling, Bergunakah?

Berapa banyak kita memberikan cap seperti ini pada anak-anak yang terlalu aktif dan suka mencari perhatian? Sebagai guru di sekolah, atau orang tua di rumah, pernahkah kita memberi cap serupa pada anak yang melakukan hal hal yang tidak sesuai dengan harapan kita dalam hal perilaku?

Kadang kala terlalu mudah. Kita memberi penilaian dan melakukan eliminasi.

Sama seperti kita menberi label anak bodoh.

Sepagian ini, saya menikmati tulisan seseorang yang mungkin tidak sangat terkenal, namun pemikirannya menarik untuk disimak, sambil mendengarkan lagu-lagu ciptaannya.

Ia menuliskan bahwa, anak-anak bisa jadi nakal bukan karena mereka nakal, namun karena

1. Harga diri yang buruk.

Berapa banyak di antara anak-anak nakal ini di cap dengan kata-kata buruk sehingga yang tertinggal di benak mereka adalah saya buruk. saya buruk. dan saya buruk.

Sekalian dicap buruk, ya mereka berperilaku buruk. Padahal, fokus orang tua dan pendidik kan sebenarnya adalah perilakunya, bukan orangnya. Kemarin saya menjelaskan pada siswa saya dalam bincang pagi, bahwa saat guru menegur perilaku yang salah, bukan karena guru tidak menyukai orangnya. Namun yang ingin diperbaiki adalah perilakunya. Mereka semua sangat berharga bagi kami orang tua di rumah dan di sekolah, sehingga kami menginginkan mereka menjadi lebih baik. Menjelaskan perilaku yang salah lebih penting daripada sekadar, kamu salah, saya benar.

Orang dewasapun tak terhindar dari perilaku semacam ini. Kita punya kecenderungan bersikap, saya benar, kamu salah, tanpa mencoba melihat lebih dalam. Padahal, relasi lebih penting daripada prestasi. Hubungan lebih penting dari sekedar benar salah.

Anak yang selalu disalahkan akan menjadi anak dengan harga diri rendah.

2.Tidak ada yang memberitahu

Kemarin saya berbincang dengan siswa saya di kelas. Anak yang tampan, dan penuh semangat, tetapi terlalu semangatnya sampai-sampai saat dinasehati selalu menjawab. Orang tua akan mengatakan anak ini kurang ajar. Tetapi, pertanyaannya, pernahkan ada yang memberitahu si anak, bahwa kalau menjawab kembali nasehat orang lain itu tidak sopan?

Saat saya berfokus pada perilakunya, menjelaskan perilaku yang diharapakan, maka kemajuan dalam perilaku anak akan nampak.

Anak yang tidur di kelas, tidak menepati janji, didorong menemukan perilaku benar dengan penjelasan.

Anak bertengkar dengan saudara atau teman, mari kita bantu mereka mengakhiri pertengkaran dengan bijak. Karena kita orang tua, bukan TUHAN. Jangan sampai karena kemarahan dan ketidaksabaran kita, menjadi trauma bagi anak dan penyesalan bagi diri kita sendiri. Memang jadi orang tua ngga mudah, tapi, apa salahnya berlatih melakukan yang benar.

Jadi?

JANGAN GAMPANG MELABEL ANAK... KARENA MUNGKIN KITA TERLALU CEPAT.

Salam hangat,

Maria Margaretha

4 komentar:

  1. Bener mbak. Labelling itu banyak dampak negatifnya

    BalasHapus
    Balasan
    1. Dan kita bisa berbuat sesuatu di sini pak... menahan diri dari melabel. Salam edukasi.

      Hapus
  2. Setuju mbak. Saya ingat penelitian seorang profesor di Jepang. Kalau tidak salah hasilnya begini : ketika air dibentak atau dimaki, maka molekulnya berubah tak beraturan, tampaknya demikian buruk. Tubuh manusia sebagian besar terdiri dari air. Bayangkan apa yang terjadi ketika manusia tersebut terus-terusan diperlakukan buruk. He he he ini juga pernah saya dengar dari seorang kawan.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Saya juga pernah membaca artikel itu Bu. Mengingatkan sekali. Trimakasih tambahannya. Salam edukasi.

      Hapus

Tips Hidup Maksimal

Mendengar suara Tuhan adalah kunci hidup orang percaya menjadi maksimal. Sayangnya seringkali, kita merasa Tuhan tidak berbicara pada kita. ...