Jumat, 25 September 2015

Bunuh diri, mengapa?

Kebiasaan saya saat berjaga di pos satpam untuk memastikan informasi libur tersampaikan adalah membaca koran dan mengobrol dengan petugas security sekolah. Pagi ini seorang security membaca running text di TV saat saya membaca. "profesor unair bunuh diri."
Segera setelah masuk mess saya mencari berita tersebut. Benarlah. Memang di Surabaya ada peristiwa tersebut.
Ikut sedih deh saya.
Namun demikian ini menjadi momen bagi saya berefleksi. Ya.
Mengapa seseorang dengan gelar profesor dan pekerjaan yang baik sampai bunuh diri?
Fenomena bunuh diri bukan hanya terjadi di kalangan profesional dan non profesional. Status sosial baik atau tidak baik. Tapi terjadi pada semua kalangan.
Mengapa?
1. Tidak mempunyai harapan.
kehilangan harapan membuat seseorang nekad. Tidak lagi ada harapan. Misal, penyakit terminal, tidak ada yang merawat. Kesendirian dan daripada tidak sembuh sudahlah dipercepat saja.
2. Rasa tidak berharga.
orang orang yang merasa tidak berharga rentan terhadap godaan bunuh diri.
Bisakah ini dibantu?
Bisa.
Pendampingan intensif dan komunikasi terapeutik akan menolong orang2 yang mau bunuh diri membatalkan niatnya.
Saya sih bilangnya kalau ada orang yang bikin salah jangan terus diingatkan kesalahannya, tapi dibimbing supaya tidak kembali ke kesalahan yang sama.
Orang yang sakit disemangati supaya mau berjuang akan hidupnya.
Penting.
Jangan beri harapan kosong.
Selamat pagi.

1 komentar:

  1. Salam Bu Maria. Setuju banget, orang yang punya kesalahan harus dibimbing, dan tidak terus menerus dihujat.

    BalasHapus

Tips Hidup Maksimal

Mendengar suara Tuhan adalah kunci hidup orang percaya menjadi maksimal. Sayangnya seringkali, kita merasa Tuhan tidak berbicara pada kita. ...