Jumat, 18 September 2015

Mendidik tugas siapa?

Kabut asap yang terjadi di Jambi beberapa minggu ini sangat merepotkan. Sisi guru dalam diri saya keberatan dengan libur yang diharuskan oleh dinas dan pemko. Bagaimanapun buat saya libur tidaklah menjadi solusi.
Benar juga. Dalam media cetak Jambi Independen disebutkan bahwa libur karena asap tidak efektif. Anak-anak malah bermain keluar. Padahal udara sudah beracun dan berbahaya dihirup. Akibatnya anak-anak tetap sakit.
Orang tua tertentu memilih dan mengharapkan sekolah tetap masuk, karena di sekolah kami, gedung tertutup dan aktivitas bisa dilakukan di dalam ruangan. Sebaliknya sejumlah guru gembira saat diliburkan. Maklum, ketika sebagian besar sekolah meliburkan anak, guru-guru dapat mengerjakan administrasi dan persiapan seperti lembar kerja dan pekerjaan rumah, Namun sekolah di mana saya aktif memilih tetap meliburkan guru. Alasan yang diberikan adalah untuk menjaga kesehatan guru.
Beberapa orang tua yang concern dengan kesehatan akhirnya membawa anaknya ke kota lain. Jakarta atau Bangka. Itu adalah dua nama kota yang sempat saya dengar jadi tujuan. Setidaknya anak anak tidak menghirup udara beracun.
Edaran yang diterima sekolah menyebutkan bahwa siswa diliburkan selama indeks pencemaran udara di atas 300, dengan catatan diberikan tugas belajar mandiri.
Untuk tingkat SMP dan SMA mungkin bisa. SD? Saya meragukannya. Pada tingkat dasar, terutama kelas kecil 1-3, anak tergantung pada orang dewasa di sekitarnya.
Saat orang dewasa di sekitarnya tidak mau terlibat, atau kesulitan bersikap tegas, maka sulit berharap belajar dilakukan saat libur.
Namun sekolah bukan penitipan anak. Sekolah berada dalam aturan pemerintah juga. Bila disuruh libur tidak libur, saya dengar ada sanksi yang diberikan. Haduh.
Jadi saya berpikir, sebenarnya pendidikan itu hanya tanggung jawab sekolahkah? atau merupakan sinergi?
Apabila mendidik adalah sebuah sinergi memnagun generasi, maka orang tua harus ambil bagian dan bersikap tegas pada anak-anaknya.
Melarang anak bermain di luar saat kabut asap bisa dilakukan asal orang tua mau menyediakan bacaan, atau kegiatan dalam ruang yang menarik, (asal bukan games digital ya)seperti catur, atau ular tangga, bermain peran, dan sebagainya. Ini juga memperkaya kebahasaan anak saat kembali ke sekolah.
Orang tua bisa mendorong anak menarasikan bacaannya, untuk membantu anak memahami soal cerita di sekolah dengan gambar. Mendampingi anak merupakan bagian dari mendidik. Jika orang tua bisa menunggui anak di sekolah, harusnya bisalah membantu anak belajar di rumah dan melarang mereka main di luar karena asap.
Jadi,

Hayo,... mendidik tugasnya siapa? Sekolah?

Salam edukasi dari kota yang sedang keasapan, Jambi


Maria


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Tips Hidup Maksimal

Mendengar suara Tuhan adalah kunci hidup orang percaya menjadi maksimal. Sayangnya seringkali, kita merasa Tuhan tidak berbicara pada kita. ...