Selasa, 20 April 2010

Bermalam tanpa tidur di Singapura, gila ya...

Seorang sahabat dekatku ada di Singapura. Ia bermalam di hotel Mariott bersama suami dan anaknya. Aku sudahh lama tidak bertemu dengan dia. Sejak aku mengurus surat-surat di Surabaya September tahun lalu. Aku sangat merindukannya.
Memang, sejak 10 tahun lalu aku sangat ingin menikmati jalan-jalan bersama dia di Singapura. Apa daya, aku kan ngga sanggup beli tiket pesawat dan menginap di sana. Aku tahu setiap tahun tanggal 26 Des- 1 Januari ia akan ada di Singapura. Karena aku kuliah S2 sekarang, aku merencanakan tidak pulang natal ini, dan akan jalan2 dengannya di Singapura. Sekarang aku di Batam. Ke Singapura cuma perlu 300 rb PP. Sementara pulang ke Jakarta pada tanggal 18 Desember nanti hingga tanggal 2 tiket pesawatnya saja bisa mencapai 1.1 juta.
Kemudian, suaminya terserang strooke ringan dan ia berangkat lebih awal 30 Nov-6 Dec. Aduh... Tidak bertemu lagi dong... pikirku gemas. Itu sebabnya akhirnya aku memutuskan berangkat menemui dia di Singapura, 4 Des lalu. Ia juga bilang akan pulang lebih awal karena suaminya tidak betah di di Singapura dan menurut dokter di sana memang pengobatan di Sby sudah tepat. makin bertekadlah aku untuk menemuinya. Aku tak tahu kapan bisa ke Surabaya. Jadi lebih baik aku pergi ke Singapura.
Demikianlah, pulang kerja jam 16.00 aku melesat ke terminal ferry batam centre. Aduh, paspor ketinggalan di kelas, aku berlari kembali kesekolah. Tidak berganti pakaian dan hujan turu gerimis membasahi tubuhku. Aku berhitung, mungkin, aku bisa bertemu 1-2 jam lalu tanpa bermalam aku bisa pulang ke Batam. Aku tiba diterminal ferry sudah jam 16.20, Ferry adanya jam 17.20 paling cepat. Aku mulai gelisah, kalau samapi singapura 19.20, temanku sudah tidur belum? Mengingat suaminya sakit dan setelah kontak terakhir aku tidak dapat menghubungi dia lagi.
Beli tiket ngga? pergumulan itu tidak berlangsung lama. Beli tiket. Aku menunjukkan paspor dan NPWP di imigrasi, cap paspor dan menunggu ferry di ruang tunggu. Aku membuka laptop mencoba mencari informasi hostel di Singapura. Aduh, internetku ngga bisa connect. Kecewa sekali aku. Bagaimana, kalau nanti aku terpaksa bermalam? Bisa2 ditangkap polisi aku berkeliaran di sana. Apa batal aja?
Tetapi tekad untuk ketemu temanku itu benar2 lebih kuat dari ketakutan ditangkap polisi. Jadi aku naik ke ferry juga. Di atas ferry sekali lagi aku mencoba mencari koneksi internet. Benar-benar tidak bisa. Aku coba telepon adikku yang sempat memberi info hostel murah, tidak diangkat. Astaga... aku cemas, tapi tidak panik. Di Jakarta banyak tempat buka 24 jam yang bisa dimanfaatkan menunggu pagi, masak di Singapura tidak ada? Aku mencari orang yang bisa kujadikan sumber informasi di atas ferry. Untung aku melihat keluarga yang kelihatannya cukup ramah dengan anak kecil. Aku bertanya pada mereka.
Ibu yang menjawab pertanyaanku itu orang Tanjung Pinang, sudah warga Singapura. Ia memberi tahukanku tempat-tempat yang bisa kumanfaatkan melewatkan malam. Ia juga menyarankan untuk tidak booking ferry pulang malam itu. Ia memberiku petunjuk mencapai Mariott dengan MRT.
Dasar aku tidak punya kemampuan orientasi arah, udah di orchard nyasar juga... untung tidak booking ferry langsung pulang. Aku sampai di kamar sahabatku jam 20.30 malam. Jelas ngga mungkin balik Batam. Untung juga dapat info dari teman setempat duduk itu valid dan akurat. Aku menghabiskan malam di sepanjang Lucky Plaza dan Mariott.
Apa yang kudapat semalaman itu?
Aku berhasil memeriksa pekerjaan menulis siswaku yang telah 2 minggu tertunda, karena setiap pulang sekolah aku sudah merasa keletihan. Selesai tuntas!!!
Aku juga menikmati pemandangan malam di pertokoan itu. Aku jadi tahu bahwa banyak orang di Singapore itu juga suka berfoto. Saat toko sudah tutup sampai jam 1 pagi aku masih melihat orang berfoto di depan Tang Plaza. Jam 2 pagi ada sekelompok orang bersepeda di jalan itu.
Di Indonesia, suasana sangat sepi jam 1-3 pagi. Jam 4 suasana mulai ramai di jalan-jalan. Semakin siang makin ramai.
Di Orchard, jam 3 masih banyak orang, tetapi mulai jam 4 hingga jam 7 pagi, sangat sepi. Jam 3 aku duduk di lobby hotel Mariott meluruskan kaki. Sampai jam 5. Tadinya aku berencana ke Mustafa, jalan-jalan. Karena terlalu malam aku segan, makanya akhirnya aku bermalam di Mcdonald Lucky Plaza.
Malam itu, sambil memeriksa pekerjaan menulis siswaku, di depan mejaku ada 3 wanita. Dari percakapan mereka yang kudengar, aku tahu mereka guru, yang berasal dari Filipina. Aku mendengarkan percakapan mereka tanpa sengaja. Tahukah kamu apa yang suka dibicarakan para guru? Hahahahahaha... dimanapun sama saja rupanya. Mereka sedang membicarakan muridnya.

Paginya, setelah sahabatku bangun, aku mandi di kamar hotelnya, lalu kami pergi makan di Ayam Penyet Ria. Kami menghabiskan waktu, berjalan-jalan di Lucky Plaza bersama-sama, bertukar cerita. Ia mencemaskan kesehatanku, dan juga menceritakan keadaan suaminya. Pertemuan kami tidak luput dengan ucapan syukur karena TUHAN memelihara kami berdua. Aku sangat gembira dapat bertemu sahabatku itu. Aku mengantarkannya ke Bandara Changi jam 02 siang waktu Singapore untuk kembali ke Surabaya. Memelihara persahabatan memang tidak mudah,... apalagi, jika dibatasi jarak dan waktu. Melihat dia sehat dan keluarganya baik2 sungguh menhangatkan hatiku. Impianku berjalan-jalan dengannya telah tercapai, walaupun, aku tidak tidur malam itu. Aku bahagia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Tips Hidup Maksimal

Mendengar suara Tuhan adalah kunci hidup orang percaya menjadi maksimal. Sayangnya seringkali, kita merasa Tuhan tidak berbicara pada kita. ...