Rabu, 30 Juni 2010

PACARAN, TIDAK ALKITABIAH?

Definisi pacaran adalah mengkhususkan seorang lawan jenis dan menumbuhkan ketertarikan melalui pikiran, pandangan, catatan, pembicaraan, atau peristiwa.
Motivasi berpacaran adalah mendapatkan balasan, tujuan berpacaran, lebih pada kesenangan, ide berpacaran berasal dari sifat manusia, hasilnya, bilamana hubungan pacaran berakhir, maka terjadi sakit hati dan luka-luka emosi.
Sebelum saya mengetahui kebenaran ini, saya bertanya-tanya dalam hati saya, akan rasa pahit yang saya rasakan saat saya putus dari pacar saya, RN. Saya tidak pernah dapat melupakan catatan yang pernah RN tuliskan mengenai gambaran hubungan kami. Pernyataan RN bahwa ia hanya ingin pacaran sekali dan saya akan menjadi pacar pertama dan terakhirnya dengan siapa ia ingin memasuki gerbang pernikahan.
Saya berpikir, saya telah berpacaran dengan benar saat saya meminta RN mencari nasihat dari pria-pria yang dewasa rohani sebelum memulai pacaran dengan saya, sementara saya belum menjawab permintaannya memacari saya. Ternyata, saya salah. Saya tidak seharusnya menjawab iya. Saya seyogyanya, membiarkan hubungan kami tetap menjadi persahabatan, hingga waktunya tepat untuk “membangun hubungan”.
Ketika saya mempelajari kebenaran ini, saya mempelajari bahwa beberapa prinsip Firman Tuhan telah saya langgar, saat saya berkata ya, saya mau jadi pacarmu, pada RN. Saya jelas-jelas tahu bahwa RN belum mandiri secara finansial saat itu, ia masih dalam masa pendidikan sehingga jelas bahwa ia belum cukup umur untuk membina hubungan serius, walaupun saya percaya ia mampu menyelesaikan pendidikan dan mandiri secara finansial nantinya. Saya menerobos batasan yang memang saya tahu ada di depan saya untuk kebaikan saya. Saya tidak mau menunggu. Ini keegoisan.
Pacaran adalah kompromi yang tidak alkitabiah demi pemuasan diri dan membuka pintu untuk percobaan yang seharusnya tidak perlu terjadi.
Pola Alkitabiah dalam persiapan membangun pernikahan adalah COURTSHIP (MEMBANGUN HUBUNGAN). APA YANG MEMBEDAKAN COURTSHIP DENGAN PACARAN?
Courtship didasari oleh restu orang tua sebelum memulainya dengan motivasi memberi hidup pada TUHAN yang lebih besar dari sekedar pernikahan, dan tujuan pada komitmen kepada orang tua dengan kesiapan memikul tanggung jawab pernikahan. HUBUNGAN COURTSHIP didasari oleh kasih pada ALLAH, pendedikasian hidup pada TUHAN, dan BAGAIMANA kata TUHAN. Pacaran, tidaklah demikian. Pacaran acapkali dimulai dengan rasa kesepian, keinginan memiliki pasangan untuk melengkapi hidup. Padahal, kesepian tidak hilang dengan berpacaran. Kesepian juga tidak lenyap karena kita menikah. KESEPIAN adalah sinyal rohani, bahwa kita memerlukan kehadiran ALLAH dan mendambakan ALLAH. Anak muda Kristen yang haus akan ALLAH, dan mencari ALLAH akan dipuaskan dengan ALLAH.
COURTSHIP didasarkan pada sikap hormat pada otoritas orang tua. Saya memang tidak memiliki ayah jasmani saya lagi saat ini, karena papi saya meninggal 2006, lalu bagaimana dengan saya? Pertanyaan ini membuat saya berpikir keras. Saya memang belum memiliki jawabannya saat saya menuliskan ini, namun saya telah mengambil keputusan menyerahkan diri saya dalah kasih ALLAH, mengasihi ALLAH, dan mendedikasikan hidup saya untuk ALLAH dan bagaimana ALLAH akan mempertemukan saya dengan pasangan hidup saya. Bagaimana bila ALLAH tidak mempertemukan saya? Saya mempercayai itu yang terbaik menurut ALLAH pasti terbaik buat saya.
Berpacaran menentang I Korintus 7:31-34. Saya tidak akan mengutip ayat tersebut, sebab saya yakin, pembaca blog saya akan mencari Alkitab dan mencoba menemukan kesalahan dari kutipan saya. Pada dasarnya adalah saat anda berpacaran siapa yang anda senangkan? Pada saat saya berpacaran, siapa yang saya senangkan?
Masih ada beberapa aspek lain yang akan saya tuliskan mendatang, namun saya tidak keberatan menanggapi pertanyaan yang muncul dari tulisan ini. TUHAN memberkati kita.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Tips Hidup Maksimal

Mendengar suara Tuhan adalah kunci hidup orang percaya menjadi maksimal. Sayangnya seringkali, kita merasa Tuhan tidak berbicara pada kita. ...