Rabu, 07 Juli 2010

Semarang Solo Jalan-jalan bareng Bu Derma dan Ms. Nissi

Aku pernah tinggal di Solo beberapa tahun yang lalu. Saat Ms. Derma berkata ingin mengunjungi Jogja dan ke Borobudur, aku bersedia menjadi pendamping. Rencana dimantapkan.
Saat menjelang pertemuan memantapkan rencana, Ms. Derma memberitahukan bahwa ada lagi seorang lagi yang akan bergabung, Ms. Nissi. Aku sih terserah saja pada Ms Derma. Kebetulan Shinta, dan Moze, Tuan rumah kami di Solo nanti mengenal juga Ms. Nissi ini, jadi kupikir tak ada masalah.
Akhirnya kami sepakat akan naik kereta api bisnis di Stasiun Senen, tujuan Yogya, dengan budget sekitar 100 rb/tiket. Kami juga sepakat akan menyediakan budget penginapan 100 rb/malam dibagi 3. Kemudian kami menuju stasiun Senen untuk melakukan reservasi tiket.
Ternyata, setelah di Senen, kami menemukan bahwa tiket KA Bisnis ke Yogya 150 rb pada tanggal yang kami inginkan. Akhirnya kuusulkan untuk melalui Semarang dulu dan kemudian ke Solo, sehingga nantinya perjalanan kami akan dimulai dari Solo. Semarang-Solo dapat ditempuh dengan bus atau kereta, yang bila dihitung-hitung akan lebih murah daripada menggunakan Senja Yogya/Solo langsung. Setelah sepakat, kami bertiga segera memesan tiket tersebut. Kami juga memutuskan meeting point sebelum memulai perjalanan.
Kami berangkat hari Sabtu, 26 Juni 2010 jam 19.20 menurut tiket. Jadi kami janjian ketemu di Dunkin Stasiun jam 18.30.
Hari Sabtu itu benar2 melelahkan buatku, walaupun aku sangat senang dengan materi seminar IBLP yang kuikuti. Jam 16.30 aku cepat-cepat meluncur pulang ke rumah membereskan tas persiapan perjalanan ini. Jam 17.30, aku sudah menuju Senen, karena aku cemas, jalanan akan macet. Aku ngga suka orang lain menunggu aku. Jam 18.15 aku sampai dan menunggu di Dunkin. Ms Nissi muncul sekitar 10 menit kemudian. Ms Derma yang terakhir,… hahahaha… Maklumlah, bukan warga Jakarta…
Tepat pukul 19.20, kereta mulai bergerak. Aku baru tahu bahwa Ms Derma kalau sudah nyambung becandanya bisa rame bangetttttt…. Ms Nissi-pun ngga kalah ramenya. Setelah kurang lebih 2 jam mengobrol akhirnya Ms. Derma ketiduran juga. Penyakit isengpun muncul, aku memotret tidurnya Ms. Derma. Hihihihihihihi … lucu… Udah lihat kan di FB? Pas ms. Nissi tidurpun juga kupotret… tapi ngga sebagus foto tidurnya Ms. Derma. Habis badan Ms. Nissi besar… ngga enak kayaknya posisi tidurnya. Jadi fotonya kurang oke… Sementara kedua putri tertidur aku browsing internet. Naik apa ya besok ke Solo? Aku tadinya mau naik bus, jika kereta tiba sangat pagi. Tetapi aku mencari tahu kalau2 ada KA pagi ke Solo.
Aku menemukan KA pagi jam 4.50, karena berpikir bahwa lebih mudah menunggu di stasiun daripada harus mencari bus lagi ke Solo, aku menawarkannya pada teman2ku. Kami sepakat. Sampai di Semarang, Ms. Derma membeli oleh-oleh untuk Shinta dan Moze di stasiun. Ms Derma ini rupanya sesuai dengan namanya, orangnya dermawan, alias murah hati. Sementara aku dan Nissi berpikir, kalau jajanan Jawa Tengah juga kan Shinta dan Moze bisa mendapatkan dengan mudah, sehingga kami ngga bawa apa-apa. Aku membeli tiket KA dan memberi kabar pada Shinta yang telah siap menanti kami… Hihihihi…Wah,… senang benar dengan perjalanan ini karena ada seseorang yang menunggu untuk menemani juga.
Ternyata, sampai jam 06 pagi si KA belum juga muncul. Hatiku mulai kesal, dan menggerutu. Nissi rupanya juga sudah tak sabar. Akhirnya tiket KA dikembalikan dan kami meninggalkan stasiun mencari bus. Perjalanan dengan bus rupanya membuat Ms. Derma keletihan, apalagi rupanya perjalanan ini bertepatan dengan … nya… (hihihihihi… bilangnya di stasiun sih… coba sebelum berangkat, kan bisa ambil KA langsung saja….) Perjalanan dengan Bus ditempuh dalam 2.5 jam. Nissi sempat tertidur sebentar dan aku sendiri SMS-an dengan Shinta. Aku tidak sabar bertemu Shinta, dan bertanya-tanya masih adakah teman-teman lamaku di Solo. Aku kecewa tidak bisa tiba lebih awal untuk mengikuti kebaktian pagi di gereja MDC Solo, yang mengikatkanku dengan MDC Jakarta saat ini. Padahal seorang teman lama mengundangku juga menghadiri pernikahan adiknya, yang juga pernah kukenal.
UPZZZZZZZZZ…. Akhirnya sampailah di terminal Tirtonadi. Ms Derma kelihatan sangat kurang sehat, sehingga kusarankan untuk minum segelas teh hangat di warung seputar terminal sembari menunggu Shinta datang. Shinta menjemput kami, tak lama kemudian. Katanya, Pak Moze telah menyiapkan guest house di rumahnya untuk tempat kami menginap selama di Solo. Kata Shinta, Pak Moze tidak bisa ikut menjemput karena sedang pelayanan. Pagi itu, kami mandi, berganti pakaian dan siap untuk perjalanan pertama kami dari rumah Shinta. Kami dijamu oleh mama Shinta dengan rica-rica dan sayur yang enak sekali…
Tujuan pertama adalah PGS (Pusat Grosir Solo), tempat perbelanjaan batik yang ramai. Dalam perjalanan, kami singgah di fuji film membeli batere untuk kamera. Shinta membeli beberapa potong serabi Solo dan memberikannya pada aku Nissi dan Derma … Kuliner pertama kami nih… Serabi Solo. Kami juga sempat memotret kereta wisata yang sedang melintas di Slamet Riyadi.
Setelah melihat-lihat PGS, kami melanjutkan perjalanan menggunakan becak ke pasar Klewer, ikon pasar batik tradisional di Solo. Kami memutari pasar Klewer, dan sempat menawar dan membeli beberapa barang untuk oleh2 di pasar itu. Kemudian, dengan becak lagi, kami menuju keraton kasunanan Solo. Masuk keraton dikenakan tiket 8000 rupiah per orang. Kami menyusuri ruangan2 di keraton tersebut dan melihat benda-benda peninggalan sejarah dan budaya Jawa.

Dari keraton, kami menuju Solo Square, dengan dijemput adik Shinta menggunakan mobil. Dalam mobil aku menindih gelas aqua sehingga jeansku basah kuyup. Huh… padahal, sepertinya aku mau langsung ke gereja setelah dari Solo Square. Uhhhh… Aku kesal,… walaupun tetap berusaha tenang. Kami janjian ketemu seorang lagi mantan guru SGIA, yaitu Ms. Virna, yang saat ini tinggal di Sragen. Makan di De Cost, dan kemudian kami berpisah. Shinta, Ms. Derma, Ms Nissi akan ke gereja bersama-sama di GBI Keluarga Allah, gereja terbesar di Solo saat ini, sementara aku minta turun di dekat Pizza Hut Gendengan, karena ingin beribadah di MDC Solo.
Senangnya ketemu lagi dengan Pak Michael, Kak Debora, dan Sonny. Setelah ibadah, kami sempat ngobrol-ngobrol dan saling cerita. Aku diantar Sonny menyusul Shinta, Nissi dan Derma ke GBI Keluarga Allah, setelah puas saling berbincang. Huahhhhhh senanggggggggg…..
Karena sudah terlambat dan pakaianku tidak rapi, (kalau MDC kan rumah sendiri, pakai baju apa saja asal sopan juga oke aja) aku memutuskan menunggu di luar. Aku menelepon “mantan pacar”ku. (Hihihihi… akhirnya ketemuan juga deh… kirain ngga sempat, kan bawa Ms. Nissi dan Ms Derma….) Mas Har menemaniku menunggu teman2 selesai ibadah sambil bertukar kabar dan makan soto. Tepatnya, mas Har makan Soto, aku minum teh hangat. Sampai Pak Moze muncul menjemput kami.
Aku memperkenalkan Pak Moze dengan Mas Har (pria masa laluku… hik..), kemudian Mas Har pulang. Pak Moze,… baru beberapa bulan lalu aku tahu bahwa Pak Moze, anak Pak Ayub Lande, Rektor Intheos, salah satu sekolah teologi yang pernah kujejaki sebelum menyelesaikan S-1 PAK-ku di UKRIM. Aku masih ingat gaya pak Ayub yang membuatku pernah kesalllllllll karena “masih hidup, kau?” Padahal, Pak Moze itu orangnya halussssss dan sopaaaaaaaaaaannnnnnnnn… sampai2 aku tidak percaya bahwa ia adalah anak Pak Ayub. By the way, sekarang sih, aku sudah tidak kesal lagi pada Pak Ayub, karena, belakangan aku menyadari gaya menyapa itu menunjukkan betapa akrab dan dekat ia dengan mahasiswa dan siswanya.
Pak Mozemembawa kami menikmati kuliner Solo lainnya yakni susu segar shi jack…
wah.. ini sih tempat aku dulu biasa menghabiskan waktu pacaran sama Mas Har… hahahahaha… Derma dan Nissi sangat menikmatinya. Setelah kenyang..nyang…nyang… kami menuju penginapan kami di rumah Pak Moze. Wah ketemu Pak Ayub nihhhhhhhhh…. Perutku mules jadinya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Tips Hidup Maksimal

Mendengar suara Tuhan adalah kunci hidup orang percaya menjadi maksimal. Sayangnya seringkali, kita merasa Tuhan tidak berbicara pada kita. ...