Selasa, 03 Februari 2015

Kerjaku Ibadahku

Ruang guru selalu menyisakan celoteh para guru. Kadang celoteh tentang siswa dan sikap orang tua, kadang juga sesama guru. Saya ini termasuk guru ekspresif yang kalau setuju bisa sangat mendukung, kalau tidak setuju bisa frontal menyerang. Sudahlah mencoba terapi untuk mengurangi ke-frontal-an tetap saja. Friksipun tak urung terjadi.
Pada saya, jelaskan apa yang harus saya lakukan, sebagai tanggung jawab. Jika penjelasan saya pahami baik, saya akan mengupayakan tugas tersebut terselesaikan. Misalnya, awal mengajar saya diberikan penjelasan beberapa tanggung jawab wali kelas,
1. memutar CD bacaan, dan mencatat secara harian pelaksanaannya, dan menyelenggarakan quis mingguan. Saat player di kelas saya bermasalah, tak segan saya menjinjing laptop dan speaker ke ruang kelas, agar kegiatan ini tetap terlaksana. Padahal kan repot, tapi sudah tanggung jawab saya. Belajar dari pemahaman maka saya melakukan bagian saya ini sebaik-baiknya.
2. melaksanakan latihan menulis. Sebelum pulang, anak-anak diberikan buku latihan menulis, yang diperiksa dan ditandatangani walikelas. Buku ini 60 halaman untuk 2 semester, jadi kalau tidak selesai 1 halaman, 10 menit bisa dilanjutkan esok harinya. Tetapi semakin tinggi kelas, semakin cepat mereka menulis, dan kebanyakan anak kadang malah selesai 2 halaman kalau tidak dibatasi. Jadinya melaksanakan ini secara harian sebenarnya tidak repot. Tanda tangan berapa lama sih? Berapa anak yang memang tulisannya kurang rapi dikelas? Seharusnya sih tidak banyak.
3. Agenda siswa. Penulisan agenda ini sebenarnya agak membuat pusing. Karena waktu khusus mengerjakan tidak selalu ada. Tetapi sejak kelas 4, saya sudah membiasakan siswa saya menulis agenda saat istirahat, dan mengumpulkannya. Kadang saya terbentur jadwal 8 jam sehari tanpa henti. Ya sudah. Saya hadapi. Saya jalani. Tanda tangan dan memeriksa agenda, saya selipkan saja di antara kegiatan belajar. Sementara anak-anak mengerjakan tugas, saya memeriksa agenda, atau saya keliling saja memeriksa dan langsung tanda tangan. Jadi, tidak mengambil waktu MEMBACA atau latihan MENULIS.
Kondisi membuat pusing bukan hanya terjadi pada kegiatan harian. Namun menemukan selah memerlukan kreativitas tersendiri. Untuk tanggung jawab di atas, di sekolah diberikan fee khusus. Bukan besaran fee-nya, namun apresiasi di balik fee tersebut yang seharusnya dipahami.
Salah satu rekan melaksanakan yang satu dan mengabaikan yang lain. Padahal jika sampai pada pihak yayasan semua guru akan mengalami teguran. Padahal yang melakukan hanya 1 orang. Yang abai hanya satu orang. Memang susah kalau semua pekerjaan dinilai dari uang. Padahal kerja itu bukan semata sekedar gaji atau honorarium, namun ibadah. Kita bukan hanya bertanggung jawab pada pemberi kerja, namun ALLAH. Yah, tapi susah juga menasihati pegawai semacam ini. Ibadah saja angin-anginan. Bagaimana?
Paket lengkap tugas wali kelas ini harusnya dilaksanakan bukan semata karena atasan tahu atau tidak, namun tanggung jawab. Anak didik bisa bicara dan berceloteh juga. (memang hanya guru yang bisa berceloteh)
Kesadaran.
Cuma cerita pagi hari.
Selamat pagi.

2 komentar:

  1. Begitulah dinamika seorang pengajar. Tetap semangat mbak Maria

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya pak. Bagian dari tugas. Trimakasih Pak Pical, kunjungannya.

      Hapus

Tips Hidup Maksimal

Mendengar suara Tuhan adalah kunci hidup orang percaya menjadi maksimal. Sayangnya seringkali, kita merasa Tuhan tidak berbicara pada kita. ...