Senin, 02 Februari 2015

Mengajar Karena Cinta

Sabtu kemarin karena influensa yang parah, saya berkurung di kamar. Saat membuka email, saya menemukan tawaran dari sebuah sekolah di daerah. Keluar dari Ibukota, ya. Itu pilihan saya akhirnya. Ibukota ini terasa individualis. Bahkan dalam kerangka keluarga. Ada banyak peserta didik saya mengeluhkan tanya,"sebenarnya mama itu sayang sama saya ngga sih?" Terasa sekali kurangnya kebersamaan. Bahkan kala bersama sama yang ada hanya kesibukan masing-masing dengan gadgetnya. Mengamati kondisi ini, saya hanya bisa mengelus dada. Bagi saya sendiri juga. Sulit sekali menemukan kesempatan bertemu sahabat, kalau tidak diperjuangkan.
Hubungan masa lalu, teman-teman yang dekat di masa lalu supaya bisa tetap terjalin memerlukan perjuangan. Menembus hujan, panas, jarak dan aktivitas masing-masing.
Mengajarpun tak kalah perlu perjuangan. Beberapa rekan saya di sekolah Pelita, tinggal di Tangerang, ada yang di Depok, ada yang di Salemba, padahal PELITA itu di daerah Jakarta Barat, Grogol. Jauhnya. Terbayang bagaimana menembus kepadatan sesama pejuang pagi hari. Mereka sebenarnya bisa saja memilih mencari ruang mengajar di area yang dekat. Namun, "sudah terlanjur sayang".
Susah bicara dengan kata cinta. Sejauh apapun terasa dekat jika sudah diawali dengan cinta. Saya rasa banyak diantara teman-teman lain, para pengajar yang juga memilih hal yang sama.
Rasanya sesuatu melihat anak yang kita asuh, menyelesaikan pendidikannya di level yang kita tangani dan berhasil melalui masa-masa perkembangannya. Kita yang membimbing, mengamati dan mengarahkan.
Mengapa mengajar? Karena CINTA. Selamat pagi semuanya. Salam Semangat Senin. Salam Edukasi.

2 komentar:

  1. Balasan
    1. Jauh? Ah,... masih ada blog ini mbak... ketemu di blog kan... hehehehe. Will miss you so much, mbak.

      Hapus

Tips Hidup Maksimal

Mendengar suara Tuhan adalah kunci hidup orang percaya menjadi maksimal. Sayangnya seringkali, kita merasa Tuhan tidak berbicara pada kita. ...