Jumat, 06 Februari 2015

Perjalanan menjadi Guru, catatan Seorang Guru Bagi Calon Guru


Pendidikan bagi calon guru masa kini jelas lebih berliku daripada bertahun-tahun yang lalu. Pada masanya, seorang guru pernah disiapkan dari lulusan SLTA sederajat. Untuk guru SD disebutnya SPG. Setamat SD, SMP lalu SPG. Beberapa tahun lalu guru-guru eks SPG didorong menjalani pendidikan lanjutan dan menyesuaikan perkembangan. Mereka mengikuti kuliah Diploma 2. Eh, tidak cukup diploma, tahun 2005-2006 booming guru SD harus S-1.
Saat itu (guru SD harus S1), saya sudah kuliah PGSD di UNIKA Atmajaya, semester ke 5. Sebenarnya sudah ada S1 kependidikan juga, namun masih mengejar keguruan di SD karena pada masa itu saya akhirnya memutuskan lebih berkutat di ke SD an. Ada block grant cukup besar untuk mendanai guru-guru SD yang belajar kembali. Saat itu mereka dalam jabatan belajar 1 bulan tiap semester dan setelahnya selama 4-5 bulan mengumpulkan tugas bulanan dalam program PJJ (Pendidikan Jarak Jauh) melalui email.
Akhirnya guru-guru sepuh ini berhasil mencapai gelar S1, bersama dengan mahasiswa tamatan SMA yang mengikuti program reguler. Guru-guru yang memang sudah berada dalam jabatan, berbeda dengan guru-guru muda yang tamat SMA masuk FKIP.
Sekarang, untuk menjadi guru SD/TK bahkan diwajibkan memiliki pendidikan S1. Harus linier pula. Kalau mengajar SD harus PGSD. Kalau kuliah FKIP Bahasa Inggris ya mengajarnya bahasa Inggris. Universitas yang menyelenggarakan PGSD juga semakin banyak.
Waktu saya masuk UNIKA Atmajaya, tahun 2004, Universitas penyelenggara PGSD yang regular, hanya UNJ dan Atmajaya, di Jakarta. Namun sekarang ada Teacher College UPH, Universitas Esa Unggul, UHAmka, dan yang kuliah Sabtu Minggu bahkan ada.
Jika memang kita baru lulus SMA dan ingin menjadi guru, serius menyukai anak-anak, memilih tempat kuliah yang kredibel jelas penting. Tempat kuliah yang baik mempunyai kerjasama yang baik dengan lembaga pendidikan untuk tempat praktek pengalaman lapangan.
Tanpa praktek pengalaman lapangan yang baik, maka kita akan mengalami tekanan yang besar saat masuk ke lapangan. Kejutan, ya itu jelas. Pendidikan Guru mempersiapkan secara teori, namun praktek di lapangan perlu banyak improvisasi.
Saya ingat sekali bahwa saat microteaching di kelas kuliah saya pernah membuat teman saya sakit hati. Namun saya tidak punya niat buruk. Saya share dengan teman-teman kuliah saya, di lapangan seperti ini lho. Karena saat kuliah itu saya sudah ada di sekolah juga. Memberi gambaran nyata, bahwa anak SD itu terutamanya pada masa sekarang seperti apa.
Pada saat saya SD dulu, sebosan-bosannya saya pada guru, saya tidak akan tidur di kelas. Sekarang? Ada lho anak SD tidur di kelas. Pengakuannya pada orang tuanya, bosan. Gimana kalau jadi gurunya? Jaman saya SD dulu, mana berani saya tidak membuat PR? Jaman sekarang? Macam-macamlah alasannya. Belum lagi, selalu dan tidak pernah tidak terjadi, belajar 35 menit ada saja anak yang, “boleh ke toilet ngga?” Kalau ketemu yang ekstrim? Bisa ada anak berkelahi di kelas, bahkan di kelas dua dulu pernah kena hantam anak kelas 2 yang kebetulan berkebutuhan khusus. Jaman dulu tidak ada kan?
Itulah sebabnya penting bagi calon guru menjalani masa observasi, masa praktek nyata di lapangan. Guru SD harus siap mengajar apa saja. 5 pelajaran pokok harus dikuasai. Calistung, IPA, IPS, dan budi pekerti dalam PPKN dan Agama (sesuai kepercayaan masing-masing ya!). Yang lain seperti bahasa Inggris, olahraga dan seni akan menjadi nilai tambah jika kita menguasainya.
Hari ini akan menjadi hari terakhir bagi mahasiswa praktek TC UPH di sekolah saya. Setelah 3 minggu berada bersama anak-anak dan guru-guru di sekolah kami, tentu ada pengalaman yang dipetik. Bisa menyenangkan, bisa juga tidak. Tahun ini, mahasiswa praktek ini tidak mengalami tantangan cuaca seperti tahun lalu. Namun, kelas tahun ini menurut saya lebih bervariasi dari tahun lalu.
Selamat kembali ke kampus, dan selamat atas suksesnya menyelesaikan program magang di sekolah kami. Salam edukasi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Tips Hidup Maksimal

Mendengar suara Tuhan adalah kunci hidup orang percaya menjadi maksimal. Sayangnya seringkali, kita merasa Tuhan tidak berbicara pada kita. ...