Kamis, 12 Februari 2015

Bu Guru dan hotel Ibis Budget

Then.... lets me continue the story.
Jadi, demikianlah, terlanjur check out dari hotel dan sudah berada hanya 200 meter dari sekolah, saat info sekolah ditutup kembali sementara hujan deras sekali. Di atas taxi saya harus membuat keputusan cepat. Saya meminta supir taxi melewati KFC Gang Macan dan memutuskan akan mengambil satu kamar di Ibis Budget Jl. Daan Mogot. Setidaknya saya bisa dengan mudah mengintip kondisi di TKP, jika memang banjir atau hujan terus membasahi kota Jakarta Barat. Hotel saya di Quintus sebelumnya memiliki kamar yang cukup nyaman, walaupun terkesan seperti penjara karena mungilnya kamar mereka. Saya tidak berani berharap apa yang ditawarkan Ibis dengan hanya Rp.356 rb. (Bayar pakai credit card, lihat nanti bisa bayar apa ngga saking desperate-nya kost-an ngga ada listrik dan banjir)
Memasuki kamar 525, saya shock, tidak ada WC. Hanya ada shower saja. Kamarnya sih lebih luas, tapi ngga ada WC bagaimana? Sempat panik sesaat, dan tebak, ternyata WC-nya diumpetin. Astaga.
Quintus hanya mempunyai TV lokal sepertinya. Ibis ternyata memiliki HBO dan sejumlah saluran TV luar lainnya.
Nyaman dan berkesan homey. Setidaknya dalam keadaan banjir menjadi tempat pengungsian hotel ini tidak berkesan memenjara. Kebetulan juga saya mendapatkan view jalan raya sehingga bisa melihat apa yang terjadi di jalan raya.
Jam 9.30, hujan mulai berhenti. Saya melihat jalanan sudah kering pukul 2 siang. Sementara saya turun dari kamar mencari makanan. Oh ya, hotel ini hanya menyediakan makan pagi, sedangkan makan siang dan makan malam tidak. Makan pagi dapat dibayar dengan 35 rb disajikan buffet. Sangat memuaskan untuk angka sebesar 35 rb tersebut. Pilihannya memang tidak banyak, namun kebebasan mengambilnya itu membuat bisa mencicipi hampir semuanya. Ada pancake yang dipanaskan dengan toaster, ada nasi goreng dengan sambal hijau yang pedas dan nyummy, krupuk dan bubur ayam yang bisa diambil sepuasnya lho. Rasanya juga oke, jika saya bandingkan dengan nasi goreng spesialnya hotel quintus yang saya nikmati dengan harga 35 rb malam sebelumnya, jelas, sarapan hotel Ibis ini boleh dikatakan sangat memuaskan. Sarapan tersedia dari jam 6 pagi, hingga jam 10 pagi.
Well, makan siang saya beli di sebelah BCA ada warung chinese food langganan sekolah di sana, namanya Presto. Saya bisa membayar dengan debit BCA. Selagi menunggu nasi ayam lada hitam saya disiapkan, sayapun mengambil uang tunai 100 rb rupiah. Jaga-jaga. Karena uang tunai saya tidak tersisa.
Jalanan kering dan tidak ada kemacetan juga. Cenderung lengang boleh saya katakan. Oh ya, hotel Ibis ini letaknya hanya 2 gedung dari BCA Daan Mogot. Bener-bener nyaman kan?
Saya kembali ke kamar dan menikmati makan siang setengah sore,... lupa minum obat lagi nih. Dan akhirnya bisa tertidur jam 6 sore.
Kamar yang nyaman, kasur yang empuk dikombinasi rasa aman karena sepertinya banjir sudah berlalu.
Jadi, hotel Ibis Daan Mogot ini selain nyaman karena letaknya, juga nyaman karena bersih, dan minimalis, dan mengesankan rasa aman.
Membandingkannya dengan sebuah hotel di area Roxi, yang sempat kami datangi saat akan mengungsi, saya harus mengatakan kepuasan saya. Hotel ini tidak menarik keuntungan dari pengungsi banjir seperti saya.
Sebuah hotel di kawasan Roxi, bertarif 288 rb++ mengambil keuntungan dari pengungsi banjir dengan menyewakan kamarnya per 6 jam. Ia menuturkan kamarnya penuh dan yang ada hanya yang transit 6 jam dan itupun tarifnya jadi sekitar Rp. 400 rb. Serius? Iya. Dan itulah yang membawa saya mengungsi sampai Mangga Besar sebelumnya.
Ibis Daan Mogot dengan tarif normal seperti tak terpengaruh penuhnya permintaan akibat pengungsi banjir, layak dipertimbangkan sebagai hotel yang berprikemanusiaan. Saya melihat bahwa cukup banyak memang keluarga yang memnginap karena banjir. Saya menyebutnya pengungsi banjir.
Pelayanannya memuaskan. Handuk bersih, air minum cukup, TV kabel, dan lumayan luaslah. Saya bisa memberikan pendapat, hotel ini sangat layak. Nilai 8 dari 10 (?)

2 komentar:

  1. Brati mesti siap budget tambahan juga tiap kali musim hujan melanda.

    BalasHapus
  2. Berat ya kalo setiap banjir mesti ngungsi, saya nggak bisa bayangin. Semoga masalah banjir cepat tertangani ya Mbak...

    BalasHapus

Tips Hidup Maksimal

Mendengar suara Tuhan adalah kunci hidup orang percaya menjadi maksimal. Sayangnya seringkali, kita merasa Tuhan tidak berbicara pada kita. ...