Senin, 16 Februari 2015

Catatan Khotbah Pak Lukito, 15 Februari 2015

Ke gereja kemaren itu benar-benar meneduhkan hati yang tengah dikompori seseorang dari daerah yang sama. Padahal hujan deras sekali mengguyur Jakarta Barat. Saat saya sampai di gereja, sudah selesai praise and worship. Pak Lukito sudah di mimbar dan memulai khotbahnya.
Temanya adalah membangun kehidupan. Beliau berkisah tentang membangun itu menggunakan apa? Dibangun di atas dasar batu, yaitu mendengar firman TUHAN dan MELAKUKANNYA. Ini khotbah mah nempeleng banget dah. Tapi apa mau dikata, tempeleng sayang kan?
Jadi, mau dibangun diatas batu, atau di atas pasir rumah kehidupan kita ini, toh sama-sama kena banjir dan badai. artinya selama kita hidup, mau benar mau salah, banjir dan badai itu pasti datang. Contoh nih ya, gampang saja. Ada kan orang yang udah baek-baek hidupnya, semua dilakukan dengan benar, eh, tetap aja punya masalah toh? Ya kalau orang ngga bener hidup dapat masalah mah sudah wajar. Kalau orang bener hidup dapat masalah juga banyak.
Nih salah satu contohnya, Seorang pria bernama Arthur Robert Ashe. Ah, mungkin kita belum lahir pada masanya. Dia seorang petenis yang menjuarai 3 grandslam. Satu-satunya pria Afro Amerika yang pada masa itu mampu menjuarai turnamen tennis ternama. Pada saat ia mengalami 2 operasi jantung, dia justru terinfeksi HIV karena transfusi darah. Seorang penggemarnya bertanya, "Pernahkah kamu bertanya pada Tuhan Kenapa saya?"
Pertanyaan yang biasa untuk kita semua bukan? Saat sesuatu yang tak menyenangkan terjadi, kita bertanya, kenapa kita? Saya terutama. Jawaban Arthur mengugah hati saya, "Saat ini, 5 juta anak ingin belajar tenis, hanya 500 rb yang belajar tenis. Dari 500 rb yang belajar tenis, yang main profesional hanya 50 rb, dan dari 50 rb itu yang masuk seminfinal hanya 4 orang dan hanya 1 yang mengangkat piala kemenangan. Saat saya mengangkat piala kemenangan, kan saya ngga nanya kenapa saya? Kenapa saya harus bertanya kenapa saya saat saya mengalami penderitaan?
Kadang-kadang memang saya tidak adil. SAYA, ya SAYA.
Pak Lukito menjelaskan bahwa penderitaan menunjukkan pada kita sebenarnya bangunan kehidupan macam apa yang kita punya. Alkitab bilang, berbuat baiklah pada orang yang jahat padamu. Bagaimana kita bisa melakukan bagian tersebut kalau tidak ada yang menjahati kita?
And again, its totally correct. Lha iya toh, gimana mau berbuat baik pada yang menjahati kita kalau kita ngga pernah dijahati orang?
Ya Tuhan, trimakasih atas peringatan yang kudengar ini. Mampukan aku jadi pelaku firmanMu. Bukan hanya pendengar saja.
Selamat pagi, teman-teman.
Salam semangat Senin.
Maria Margaretha

2 komentar:

  1. Mau voted inspiratif. Tapi gak apa voted-nya lewat kolom komentar aja

    BalasHapus
    Balasan
    1. Saya nangis dengernya kemarin. Senang jika menginspirasi.

      Hapus

Tips Hidup Maksimal

Mendengar suara Tuhan adalah kunci hidup orang percaya menjadi maksimal. Sayangnya seringkali, kita merasa Tuhan tidak berbicara pada kita. ...