Sabtu, 28 Maret 2015

Review Buku, Cinta di Ujung Sajadah (Asma Nadia)

Pada saat siang berganti sore Jumat 27 Maret kemarin saya pulang dari sekolah dengan senang, karena week end telah tiba. Apa kegiatan week end guru? Beberapa menggunakan saat week end, untuk menyelesaikan tugas-tugas yang belum selesai. Saya? Apalagi kalau bukan membaca. Bertahan dengan kegiatan favorit, membaca di TEMPAT TIDUR. Karena sedang flu dan kurang sehat sebenarnya.


Buku ini saya peroleh dari dipinjami seorang teman kost. Ia baru pulang dari Rumah Sakit dan sebelum beristirahat ia meminjamkan buku ini pada saya, karena sudah membantunya membukakan gerbang kost. Dan dia tahu, saya suka membaca.



Tebal buku 308 halaman cerita, dengan beberapa halaman tambahan promo dan catatan penulis. Diterbitkan oleh Asma Nadia Publishing House, cetakan pertama, Februari 2015. Menurut cover depannya disebutkan buku ini akan segera difilmkan.
Novelnya sendiri sebenarnya hanya 294 halaman. Beberapa halaman tambahannya adalah cerpen yang saya duga adalah cerita awal, atau sinopsis penulisan novel tersebut.



Cerita yang sederhana dengan tokoh utama Cinta atau Ken pada cerpennya. Ayahnya pendiam dan ia hidup dalam keluarga dengan ibu tiri, yang dipanggilnya mama Alia. Mama Alia membawa 2 anaknya dalam keluarga tersebut. Kisah ibu tiri yang lebih mencintai anak kandung tentu hal yang sudah sering dibaca oleh anak-anak jaman dulu sampai sekarang. Seperti Cinderela bukan? Ibu tiri yang didukung ayah kandung, yang cuek dan dingin memang selalu menyusahkan. Cinta ditindas dengan santun, karena hanya kalimat dan gangguan saja yang dialaminya. Ada sosok mbok Nah, yang sudah menjadi bagian keluarga tersebut sejak Cinta belum lahir, tempat Cinta berkeluh dan bertanya mengenai ibu kandungnya yang selalu diakui oleh semua orang telah meninggal sampai usianya 17 tahun dan inta diberitahu ibu kandungnya masih hidup, namun diusir ayahnya karena mantan pekerja seks komersil.


Perjalanan Cinta mencari ibu kandung dan penolakan ibu kandungnya mengakui Cinta diceritakan dengan syahdu. Pilihan Ayuningsih tokoh ibu kandung, menyatakan dirinya meninggal menggugah sekali. Padahal, ia merindukan anaknya itu. Pilihan Cinta mengakui ibunya dalam tindakan juga menjadi sesuatu yang menyentuh.


Inti dari novel ini sederhana sebenarnya. Menceritakan cinta anak pada ibu dan ibu pada anak dalam pilihan-pilihan yang kadang sulit dipahami anak. tokoh-tokoh penyerta dalam novel juga sama menariknya. Kisah ini seperti kisah cinderela, minus mengenai "mbabunya" cinderela karena ibu dan saudara tirinya, dengan pangeran tampannya adalah Makki, tokoh tetangga depan rumah Cinta, namun endingnya ketemu ibu kandung.


Pendapat saya mengenai novel ini mungkin terlihat dari cara saya memparafrasekan ceritanya. Novel ini daur ulang dengan ending baru. Namun, gaya penulisan maju mundur dan pembahasan cukup menarik untuk menjadi teman sebelum tidur. Bagi penyuka novel drama, nilai novel ini bisa jadi 7-8.


Pelajaran dari novel ini adalah, hormatilah ibu kita dengan apapun keberadaannya, karena seorang ibu mencintai kita saat mereka memilih melahirkan kita dan membesarkan kita dalam rahimnya.


Omong-omong, novel ini saya dapat jam 6.30 sore dan selesai dibaca jam 7.45,... catatan ini ditulis, siapa tahu ada yang ingin mencari teman week end. Selamat membaca.

2 komentar:

  1. Saya punya buku ini. Tapi bukan yang dicetak tahun 2015. Saya beli sekitar setahun yang lalu.Covernya juga beda. Lebih cantik yang dulu. Yang ini kesannya suram.

    BalasHapus
  2. Mb baca y cepet banget... aku lebih suka baca Chapter trus pas senggang baru beberapa. Ceritanya penuh hikmah, pelajaran dan pengetahuan baru. Jempol buat buku ini

    BalasHapus

Tips Hidup Maksimal

Mendengar suara Tuhan adalah kunci hidup orang percaya menjadi maksimal. Sayangnya seringkali, kita merasa Tuhan tidak berbicara pada kita. ...