Sabtu, 09 Mei 2015

Semangat, Nak!

Momen science day di sekolah saya itu sesuatu banget. Tahun 2014 lalu, kelas saya 4 John Dalton, proyeknya membuat perahu dari kaleng bekas minuman kaleng dan bekas susu kotak... susah-susah gampang. Proyeknya individual. Tetapi mereka mendapatkan bantuan dari kakak-kakak SMP. Berkutat cukup lama sekitar 1 jam 30 menit, yang sukses bisa ngambang hanya 1. Sebagai wali kelas, saya yang memang tidak mengajar science hanya menemani, dan memotivasi anak-anak tetap mencoba.


Tahun ini, 2015, saya jadi wali kelas di kelas 5 Phytagoras.
Kali ini mereka proyeknya bikin parasut. Kelompok. Mereka sih punya kelompok kerja sains. Lagi-lagi, karena saya tidak mengajar science, tugas saya adalah mendampingi anak-anak. Sekarang saya sendirian, walaupun ada seorang guru lain yang menerangkan cara mengerjakan lalu kemudian mondar mandir 2 kelas, yaitu kelas saya dan kelas tetangga, 5 Pascal.



Saya ini memang tidak suka memberikan bantuan kalau tidak diminta. Jadi, saya membiarkan anak-anak bekerja sendiri dalam kelompoknya setelah mendengarkan penjelasan dari guru yang menerangkan langkah-langkahnya. Saya mengamati saja bagaimana anak-anak ini bekerja. Sesekali juga saya mengintip kelas sebelah. Minta tambah tali kasur dan juga menanyakan kekurangan ini-itu.



Sebenarnya sih, sudah sejak mulai dijelaskan cara/langkah-langkahnya saya sudah mengamati, respon anak-anak. Anak itu ada yang serius sekali, bersama kelompoknya mengamati, dan ada juga yang tidak hanya serius tapi, juga mereka mencatat. Ada yang mojok sambil bisik-bisik entah apa yang dibisikkan. Ada pula yang bawel, nyahutin aja gurunya ngasih penjelasan cara mengerjakan sambil cekikikan.


Setelah di meja kelompok masing-masing, mereka mulai bekerja. Mula-mula membuat kertas menjadi persegi. Saya mengamati. Ada kelompok yang membagi tugasnya dengan teratur, ada juga yang asal semuanya kelihatan bekerja, "Ms. Maria lihat, euy. Ms. Maria lihat." Ada anggota kelompok yang diaaaaam aja sampai diomelin temannya, dan nunggu perintah, ada yang kelewat pintar mengartikan penjelasan sebelumnya sehingga, rata-rata siswa mengalami minta ganti kertas. Setelah itu mereka membolongi pinggirannya untuk dipasang tali kasur, dan kemudian, mereka menempeli bagian yang berlubang dengan selotip kertas, lalu membolongi lagi, memasang tali kasurnya, dan diantaranya ada yang memotong-motong benang.


Oh ya, parasutnya dari kertas minyak, makanya perlu hati-hati, kalau salah potong ya salah semualah. Ganti kertas.


Dari 6 kelompok, hanya 2 kelompok yang tidak minta ganti kertas. Ada 1 kelompok yang minta sampai 2 kali. Perjuangan sekali kelihatannya. Salah-satu kelompok malah, kurang beruntung, sudah jadi, eh robek gara-gara dekorasinya. Padahal sekelas sudah siap mau menerjunkan parasut masing masing.


Saya tawarkan, "mau buat ulang, atau mau diperbaiki dengan isolasi kertas?" Anggota kelompok itu bertatapan, dan memutuskan mau mengulang dari awal. Yak ampun, saya saja membayangkan ribetnya melepas tali-tali kasur itu dan memindahkannya ke parasut baru itu kan repot. Tapi, ya sudah, saya tidak buka suara, hanya memberikan kertas, dan menyemangati mereka, menyelesaikannya secepat mungkin.


Lalu saya giringlah yang mau mencoba parasutnya ke koridor belakang. Kelas kami di lantai 3. Jadi, di bawah sudah siap adik-adik kelas mereka menonton perlombaan parasut ini.



Kebayang kan. Serunya?
Anak-anak saya ini akhirnya semuanya sudah menerjunkan parasutnya. Lalu dari kelas sebelah juga bergantian menerjunkan parasutnya. Katanya sih dilombakan. Well, selesailah hari science itu, dengan mengisi workshet mengenai parasut dan gravitasi kalau ngga salah sih.


Ngga menyangka, ternyata ketiga kelompok juara parasut ini samuanya dari kelas saya. Dan dua di antaranya sama sama mencicipi kerja ulang karena gagal. Juara pertamanyapun tidak bisa dibilang sempurna. Sang Juara ini, kelompok yang ribut-ribut awalnya gara-gara anggotanya yang tidak aktif dan diam saja itu. Juara keduanya juga adalah kelompok yang memilih ngulang dari awal di saat-saat terakhir mau menerjutkan parasutnya karena salah dekor robek, juara 3 malah kelompok yang mengulangnya sampai 3 kali,... nah.... bagaimana itu?





Saya jadi merasa sangat tersentuh saat diundang naik panggung, menerima piala bergilir science competition. Hiks,... terharu. Saya kan ngga ngapa-ngapain. Mereka yang bekerja, mereka yang berusaha. Di situ saya merasa, TERHARU. Di situ saya merasa BANGGA. Di situ saya mengerti, NGGA PERLU SEMPURNA UNTUK MENANG, ASAL BERANI GAGAL....

4 komentar:

Tips Hidup Maksimal

Mendengar suara Tuhan adalah kunci hidup orang percaya menjadi maksimal. Sayangnya seringkali, kita merasa Tuhan tidak berbicara pada kita. ...