Rabu, 07 Juli 2010

Penerimaan diri

Memahami tujuan spesifik Allah dalam menciptakan setiap orang, benda, dan hubungannya dalam kehidupan saya serta hidup secara harmonis dengan semuanya itu. Penyebab seseorang mengalami pikiran yang tidak pantas, ingkar janji, kata-kata makian, ketidakjujuran, sikap tidak hormat, hutang, tercerai berai, music yang salah, kebiasaan buruk dan perdebatan adalah penolakan akan anugrah ALLAH. Kita berpikir bahwa ALLAH seharusnya menciptakan kita dalam keadaan yang sempurna, secara fisik, dalam keluarga dan lingkungan yang terbaik. Pemikiran ini menyebabkan kita mengalami rendah diri, kemarahan, ketakutan,pemberontakan, iri hati, kebosanan, rasa tidak aman, rasa bersalah, frustasi, dan ketidaksabaran, saat ada sesuatu yang tidak sesuai dengan pemikiran kita. Kita berpikir, katanya, ALLAH menciptakan kita sebagai ciptaan yang paling baik, kok, saya ngga cantik? Kok saya ngga sepandai teman saya? Kok…? Dan sebagainya. Pemikiran ini membuat kita mulai mengalami kepahitan, ketamakan, dan kebobrokan moral.
Bilamana kita mampu melihat kebenaran dengan seimbang, maka kita akan dapat melihat bahwa ALLAH yang menciptakan setiap orang, mengasihi setiap orang, dan menciptakan dan mengasihi saya juga, sehingga kita dapat mendedikasikan hidup kita kepada Tuhan. Kita dapat melihat bahwa ALLAH belum selesai membentuk kita, masih ada proses yang belum selesai dalam kehidupan kita. Dengan kesadaran ini, kita dapat tidak membandingkan diri dengan orang lain, baik dalam hal penampilan, bakat/IQ, asal-usul, maupun status sosial.
Ada 10 hal yang tidak dapat kita ubah dalam hidup kita, yakni:
1. Orang tua, saudara
2. Waktu dalam sejarah
3. Ras/etnis
4. Kebangsaan
5. Jenis kelamin
6. Urutan kelahiran
7. Banyaknya saudara kandung
8. Ciri-ciri fisik
9. Kapasitas mental
10. Usia dan saat kematian.
Bagaimanapun, saya terlahir dari keluarga yang pecah, dengan keadaan ekonomi yang kurang, dan pada etnis yang di Indonesia, pada saat saya masih kanak-kanak, di Madura, adalah etnis yang kerap diejek (disekolah negeri lagi) , dengan jenis kelamin perempuan, sipit lagi. Saya pernah mengalami saat-saat yang sulit untuk menerima hal-hal tersebut di atas, sampai suatu saat aku belajar, bagaimana aku harus menerima semua itu. Aku melihat bahwa, hal-hal itu tak mungkin kuubah. Saat ini, aku melihat bahwa keadaan ekonomi keluarga yang kurang membentuk karakter rajin dan determinasi dalam diriku. Keluarga yang pecah,membentuk karakter bertanggung jawab dalam diriku. Aku dibentuk menjadi rendah hati, karena aku perempuan dan berada dalam ejekan membuat aku tegar. Setelah semua ini terlihat, aku menyadari betapa dahsyat dan luar biasanya ALLAH membentuk hidupku.
Menerima rancangan Allah dimulai dengan, mengenali adanya sikap tidak bersyukur kepada ALLAH,berterimakasih atas apa yang telah Tuhan ciptakan dalam diri saya, khususnya dalam hal-hal yang kita sesali, dan menempatkan diri kita dalam bejana ALLAH, dengan bekerja sama mengembangkan karakter rohani.
Cacat yang kita miliki, merupakan tanda kepemilikan ALLAH atas hidup kita, yang dapat memotivasi kita membangun kualitas karakter batiniah, dan mengembangkan roh seorang hamba.
AMAZING GRACE….

Semarang Solo Jalan-jalan bareng Bu Derma dan Ms. Nissi

Aku pernah tinggal di Solo beberapa tahun yang lalu. Saat Ms. Derma berkata ingin mengunjungi Jogja dan ke Borobudur, aku bersedia menjadi pendamping. Rencana dimantapkan.
Saat menjelang pertemuan memantapkan rencana, Ms. Derma memberitahukan bahwa ada lagi seorang lagi yang akan bergabung, Ms. Nissi. Aku sih terserah saja pada Ms Derma. Kebetulan Shinta, dan Moze, Tuan rumah kami di Solo nanti mengenal juga Ms. Nissi ini, jadi kupikir tak ada masalah.
Akhirnya kami sepakat akan naik kereta api bisnis di Stasiun Senen, tujuan Yogya, dengan budget sekitar 100 rb/tiket. Kami juga sepakat akan menyediakan budget penginapan 100 rb/malam dibagi 3. Kemudian kami menuju stasiun Senen untuk melakukan reservasi tiket.
Ternyata, setelah di Senen, kami menemukan bahwa tiket KA Bisnis ke Yogya 150 rb pada tanggal yang kami inginkan. Akhirnya kuusulkan untuk melalui Semarang dulu dan kemudian ke Solo, sehingga nantinya perjalanan kami akan dimulai dari Solo. Semarang-Solo dapat ditempuh dengan bus atau kereta, yang bila dihitung-hitung akan lebih murah daripada menggunakan Senja Yogya/Solo langsung. Setelah sepakat, kami bertiga segera memesan tiket tersebut. Kami juga memutuskan meeting point sebelum memulai perjalanan.
Kami berangkat hari Sabtu, 26 Juni 2010 jam 19.20 menurut tiket. Jadi kami janjian ketemu di Dunkin Stasiun jam 18.30.
Hari Sabtu itu benar2 melelahkan buatku, walaupun aku sangat senang dengan materi seminar IBLP yang kuikuti. Jam 16.30 aku cepat-cepat meluncur pulang ke rumah membereskan tas persiapan perjalanan ini. Jam 17.30, aku sudah menuju Senen, karena aku cemas, jalanan akan macet. Aku ngga suka orang lain menunggu aku. Jam 18.15 aku sampai dan menunggu di Dunkin. Ms Nissi muncul sekitar 10 menit kemudian. Ms Derma yang terakhir,… hahahaha… Maklumlah, bukan warga Jakarta…
Tepat pukul 19.20, kereta mulai bergerak. Aku baru tahu bahwa Ms Derma kalau sudah nyambung becandanya bisa rame bangetttttt…. Ms Nissi-pun ngga kalah ramenya. Setelah kurang lebih 2 jam mengobrol akhirnya Ms. Derma ketiduran juga. Penyakit isengpun muncul, aku memotret tidurnya Ms. Derma. Hihihihihihihi … lucu… Udah lihat kan di FB? Pas ms. Nissi tidurpun juga kupotret… tapi ngga sebagus foto tidurnya Ms. Derma. Habis badan Ms. Nissi besar… ngga enak kayaknya posisi tidurnya. Jadi fotonya kurang oke… Sementara kedua putri tertidur aku browsing internet. Naik apa ya besok ke Solo? Aku tadinya mau naik bus, jika kereta tiba sangat pagi. Tetapi aku mencari tahu kalau2 ada KA pagi ke Solo.
Aku menemukan KA pagi jam 4.50, karena berpikir bahwa lebih mudah menunggu di stasiun daripada harus mencari bus lagi ke Solo, aku menawarkannya pada teman2ku. Kami sepakat. Sampai di Semarang, Ms. Derma membeli oleh-oleh untuk Shinta dan Moze di stasiun. Ms Derma ini rupanya sesuai dengan namanya, orangnya dermawan, alias murah hati. Sementara aku dan Nissi berpikir, kalau jajanan Jawa Tengah juga kan Shinta dan Moze bisa mendapatkan dengan mudah, sehingga kami ngga bawa apa-apa. Aku membeli tiket KA dan memberi kabar pada Shinta yang telah siap menanti kami… Hihihihi…Wah,… senang benar dengan perjalanan ini karena ada seseorang yang menunggu untuk menemani juga.
Ternyata, sampai jam 06 pagi si KA belum juga muncul. Hatiku mulai kesal, dan menggerutu. Nissi rupanya juga sudah tak sabar. Akhirnya tiket KA dikembalikan dan kami meninggalkan stasiun mencari bus. Perjalanan dengan bus rupanya membuat Ms. Derma keletihan, apalagi rupanya perjalanan ini bertepatan dengan … nya… (hihihihihi… bilangnya di stasiun sih… coba sebelum berangkat, kan bisa ambil KA langsung saja….) Perjalanan dengan Bus ditempuh dalam 2.5 jam. Nissi sempat tertidur sebentar dan aku sendiri SMS-an dengan Shinta. Aku tidak sabar bertemu Shinta, dan bertanya-tanya masih adakah teman-teman lamaku di Solo. Aku kecewa tidak bisa tiba lebih awal untuk mengikuti kebaktian pagi di gereja MDC Solo, yang mengikatkanku dengan MDC Jakarta saat ini. Padahal seorang teman lama mengundangku juga menghadiri pernikahan adiknya, yang juga pernah kukenal.
UPZZZZZZZZZ…. Akhirnya sampailah di terminal Tirtonadi. Ms Derma kelihatan sangat kurang sehat, sehingga kusarankan untuk minum segelas teh hangat di warung seputar terminal sembari menunggu Shinta datang. Shinta menjemput kami, tak lama kemudian. Katanya, Pak Moze telah menyiapkan guest house di rumahnya untuk tempat kami menginap selama di Solo. Kata Shinta, Pak Moze tidak bisa ikut menjemput karena sedang pelayanan. Pagi itu, kami mandi, berganti pakaian dan siap untuk perjalanan pertama kami dari rumah Shinta. Kami dijamu oleh mama Shinta dengan rica-rica dan sayur yang enak sekali…
Tujuan pertama adalah PGS (Pusat Grosir Solo), tempat perbelanjaan batik yang ramai. Dalam perjalanan, kami singgah di fuji film membeli batere untuk kamera. Shinta membeli beberapa potong serabi Solo dan memberikannya pada aku Nissi dan Derma … Kuliner pertama kami nih… Serabi Solo. Kami juga sempat memotret kereta wisata yang sedang melintas di Slamet Riyadi.
Setelah melihat-lihat PGS, kami melanjutkan perjalanan menggunakan becak ke pasar Klewer, ikon pasar batik tradisional di Solo. Kami memutari pasar Klewer, dan sempat menawar dan membeli beberapa barang untuk oleh2 di pasar itu. Kemudian, dengan becak lagi, kami menuju keraton kasunanan Solo. Masuk keraton dikenakan tiket 8000 rupiah per orang. Kami menyusuri ruangan2 di keraton tersebut dan melihat benda-benda peninggalan sejarah dan budaya Jawa.

Dari keraton, kami menuju Solo Square, dengan dijemput adik Shinta menggunakan mobil. Dalam mobil aku menindih gelas aqua sehingga jeansku basah kuyup. Huh… padahal, sepertinya aku mau langsung ke gereja setelah dari Solo Square. Uhhhh… Aku kesal,… walaupun tetap berusaha tenang. Kami janjian ketemu seorang lagi mantan guru SGIA, yaitu Ms. Virna, yang saat ini tinggal di Sragen. Makan di De Cost, dan kemudian kami berpisah. Shinta, Ms. Derma, Ms Nissi akan ke gereja bersama-sama di GBI Keluarga Allah, gereja terbesar di Solo saat ini, sementara aku minta turun di dekat Pizza Hut Gendengan, karena ingin beribadah di MDC Solo.
Senangnya ketemu lagi dengan Pak Michael, Kak Debora, dan Sonny. Setelah ibadah, kami sempat ngobrol-ngobrol dan saling cerita. Aku diantar Sonny menyusul Shinta, Nissi dan Derma ke GBI Keluarga Allah, setelah puas saling berbincang. Huahhhhhh senanggggggggg…..
Karena sudah terlambat dan pakaianku tidak rapi, (kalau MDC kan rumah sendiri, pakai baju apa saja asal sopan juga oke aja) aku memutuskan menunggu di luar. Aku menelepon “mantan pacar”ku. (Hihihihi… akhirnya ketemuan juga deh… kirain ngga sempat, kan bawa Ms. Nissi dan Ms Derma….) Mas Har menemaniku menunggu teman2 selesai ibadah sambil bertukar kabar dan makan soto. Tepatnya, mas Har makan Soto, aku minum teh hangat. Sampai Pak Moze muncul menjemput kami.
Aku memperkenalkan Pak Moze dengan Mas Har (pria masa laluku… hik..), kemudian Mas Har pulang. Pak Moze,… baru beberapa bulan lalu aku tahu bahwa Pak Moze, anak Pak Ayub Lande, Rektor Intheos, salah satu sekolah teologi yang pernah kujejaki sebelum menyelesaikan S-1 PAK-ku di UKRIM. Aku masih ingat gaya pak Ayub yang membuatku pernah kesalllllllll karena “masih hidup, kau?” Padahal, Pak Moze itu orangnya halussssss dan sopaaaaaaaaaaannnnnnnnn… sampai2 aku tidak percaya bahwa ia adalah anak Pak Ayub. By the way, sekarang sih, aku sudah tidak kesal lagi pada Pak Ayub, karena, belakangan aku menyadari gaya menyapa itu menunjukkan betapa akrab dan dekat ia dengan mahasiswa dan siswanya.
Pak Mozemembawa kami menikmati kuliner Solo lainnya yakni susu segar shi jack…
wah.. ini sih tempat aku dulu biasa menghabiskan waktu pacaran sama Mas Har… hahahahaha… Derma dan Nissi sangat menikmatinya. Setelah kenyang..nyang…nyang… kami menuju penginapan kami di rumah Pak Moze. Wah ketemu Pak Ayub nihhhhhhhhh…. Perutku mules jadinya.

Rabu, 30 Juni 2010

PACARAN, TIDAK ALKITABIAH?

Definisi pacaran adalah mengkhususkan seorang lawan jenis dan menumbuhkan ketertarikan melalui pikiran, pandangan, catatan, pembicaraan, atau peristiwa.
Motivasi berpacaran adalah mendapatkan balasan, tujuan berpacaran, lebih pada kesenangan, ide berpacaran berasal dari sifat manusia, hasilnya, bilamana hubungan pacaran berakhir, maka terjadi sakit hati dan luka-luka emosi.
Sebelum saya mengetahui kebenaran ini, saya bertanya-tanya dalam hati saya, akan rasa pahit yang saya rasakan saat saya putus dari pacar saya, RN. Saya tidak pernah dapat melupakan catatan yang pernah RN tuliskan mengenai gambaran hubungan kami. Pernyataan RN bahwa ia hanya ingin pacaran sekali dan saya akan menjadi pacar pertama dan terakhirnya dengan siapa ia ingin memasuki gerbang pernikahan.
Saya berpikir, saya telah berpacaran dengan benar saat saya meminta RN mencari nasihat dari pria-pria yang dewasa rohani sebelum memulai pacaran dengan saya, sementara saya belum menjawab permintaannya memacari saya. Ternyata, saya salah. Saya tidak seharusnya menjawab iya. Saya seyogyanya, membiarkan hubungan kami tetap menjadi persahabatan, hingga waktunya tepat untuk “membangun hubungan”.
Ketika saya mempelajari kebenaran ini, saya mempelajari bahwa beberapa prinsip Firman Tuhan telah saya langgar, saat saya berkata ya, saya mau jadi pacarmu, pada RN. Saya jelas-jelas tahu bahwa RN belum mandiri secara finansial saat itu, ia masih dalam masa pendidikan sehingga jelas bahwa ia belum cukup umur untuk membina hubungan serius, walaupun saya percaya ia mampu menyelesaikan pendidikan dan mandiri secara finansial nantinya. Saya menerobos batasan yang memang saya tahu ada di depan saya untuk kebaikan saya. Saya tidak mau menunggu. Ini keegoisan.
Pacaran adalah kompromi yang tidak alkitabiah demi pemuasan diri dan membuka pintu untuk percobaan yang seharusnya tidak perlu terjadi.
Pola Alkitabiah dalam persiapan membangun pernikahan adalah COURTSHIP (MEMBANGUN HUBUNGAN). APA YANG MEMBEDAKAN COURTSHIP DENGAN PACARAN?
Courtship didasari oleh restu orang tua sebelum memulainya dengan motivasi memberi hidup pada TUHAN yang lebih besar dari sekedar pernikahan, dan tujuan pada komitmen kepada orang tua dengan kesiapan memikul tanggung jawab pernikahan. HUBUNGAN COURTSHIP didasari oleh kasih pada ALLAH, pendedikasian hidup pada TUHAN, dan BAGAIMANA kata TUHAN. Pacaran, tidaklah demikian. Pacaran acapkali dimulai dengan rasa kesepian, keinginan memiliki pasangan untuk melengkapi hidup. Padahal, kesepian tidak hilang dengan berpacaran. Kesepian juga tidak lenyap karena kita menikah. KESEPIAN adalah sinyal rohani, bahwa kita memerlukan kehadiran ALLAH dan mendambakan ALLAH. Anak muda Kristen yang haus akan ALLAH, dan mencari ALLAH akan dipuaskan dengan ALLAH.
COURTSHIP didasarkan pada sikap hormat pada otoritas orang tua. Saya memang tidak memiliki ayah jasmani saya lagi saat ini, karena papi saya meninggal 2006, lalu bagaimana dengan saya? Pertanyaan ini membuat saya berpikir keras. Saya memang belum memiliki jawabannya saat saya menuliskan ini, namun saya telah mengambil keputusan menyerahkan diri saya dalah kasih ALLAH, mengasihi ALLAH, dan mendedikasikan hidup saya untuk ALLAH dan bagaimana ALLAH akan mempertemukan saya dengan pasangan hidup saya. Bagaimana bila ALLAH tidak mempertemukan saya? Saya mempercayai itu yang terbaik menurut ALLAH pasti terbaik buat saya.
Berpacaran menentang I Korintus 7:31-34. Saya tidak akan mengutip ayat tersebut, sebab saya yakin, pembaca blog saya akan mencari Alkitab dan mencoba menemukan kesalahan dari kutipan saya. Pada dasarnya adalah saat anda berpacaran siapa yang anda senangkan? Pada saat saya berpacaran, siapa yang saya senangkan?
Masih ada beberapa aspek lain yang akan saya tuliskan mendatang, namun saya tidak keberatan menanggapi pertanyaan yang muncul dari tulisan ini. TUHAN memberkati kita.

Kamis, 24 Juni 2010

Perjalanan Ke Singapore bersama teman-teman

Aku sudah mengunjungi Singapore 3 X sebelumnya. Pertama kali aku pergi itu bulan November, aku diajak seorang teman. Waktu itu aku hanya sekedar ikut. Aku pergi ke orchard road, menginap di apartment. Jalan-jalan ke Marina Bay, diajak naik singapore flyer, aku ngga mau. Pertama takut, kedua mahal. Ngga asyik kan kalau sudah bayar mahal-mahal, ngga menikmati. Waktu menunggu di kedai eskrim, eh, ada yang ngasih aku tiketnya. Sekarang, urusannya aku takut... hahahahahaha... Jadi guru kok penakut ya? Aku tidak memanfaatkan tiket itu dan akhirnya tiket itu kuberikan pada Dika, yang katanya mau jalan-jalan bulan Desembernya. Pada kunjungan pertama tu, aku sempat juga berkeliling IKEA karena temanku ingin membeli kebutuhan rumah. IKEA itu, seperti ACE HARDWARE kalau di Indonesia. Waktu itu pertamakalinya aku naik MRT. Itulah kunjungan pertamaku ke Singapore. Kunjungan kedua, sudah kuceritakan di blog ini, beberapa bulan yang lalu. Pada bulan Februari, aku kembali ke Singapore. Itu karena seorang teman sedang bad mood dan ingin jalan-jalan... dan aku menemaninya. Hahahahaha.... tidak menarik, karena hanya berdua. Aku mengajari temanku itu membeli tiket MRT dan menunjukkan jalan-jalan Orchard padanya. Kunjungan yang ingin kuceritakan kali ini adalah kunjunganku yang keempat. 27 Maret 2010. Seorang sahabat datang dari Jakarta, dan ingin ditemani ke Singapore. Aku berpikir, karena kondisiku yang kurang sehat, aku khawatir tidak dapat membawanya berjalan-jalan sebanyak yang ia inginkan. Jadi, aku mengajak beberapa teman lain dari sekolah untuk ikut menemani. Perjalanan ini akhirnya menjadi seperti tour sehari. Kami berangkat dengan ferry pertama jam 6 pagi. Jam 5 kami sudah berkumpul dan menuju pelabuhan. Aku melakukan boarding pass untuk temanku dan diriku sendiri. Kami tiba di Singapore jam 8. Setelah sesi foto2 di pelabuhan Singapore, kami menuju Merlion Palace dengan MRT. Menjejak Merlion ternyata tidak mudah, karena kami harus berjalan kaki cukup jauh. Kami memotret di beberapa tempat sebelum tiba di Merlion. Salah satunya di Chevron House. Akhirnya, Merlionpun terkunjungi. Sesi potretnya cukup lama... kami juga sempat berfoto berlima... huwahhhh kerennnnnn banget. Aku benar-benar senang bisa mengunjungi ikon Singapore ini. Aku hanya merasa sedikit kecewa, karena hari itu panas dan Merlionnya ramai sekali. Banyak banget turisnya. Kami melanjutkan perjalanan ke Singapore Zoo. Sebelum mulai keliling di Singapore Zoo, kami menyempatkan untuk makan dulu. Ms. Derma dan Aku membeli lunch KFC di dekat pintu masuk. Ms Shinta dan Dika membawa bekal dari rumah. Sementara Bu Lilis, sahabatku sudah memasak mie goreng dan telur sebagai bekal. Jadi, kami lunch dengan makanan masing-masing. Menu makan siang yang kupilih adalah burger dilengkapi salad dan puding. Ms. Derma 2 potong ayam dan puding dan salad. Setelah makan, kami memasuki Singapore Zoo. Ide mengunjungi Singapore Zoo ini berasal dari Ms. Shinta yang ingin tahu seperti apa Singapore Zoo yang banyak diceritakan murid-muridnya itu. Memang cukup menarik sih. Menurutku, Singapore berhasil mengemas, kebun binatang mereka menjadi tempat wisata yang menyenangkan, alami dan nyaman untuk dijelajahi. Mereka bahkan menyediakan ruang P3K untuk digunakan sholat oleh sahabatku yang muslim yang ingin melakukan sholat dhuhur. Dari Singapore Zoo, kami pergi ke North Bridge Road,... yang menjual buku-buku bekas. Aku membeli Purpose Driven Life untuk Pak Moze, dalam bahasa Inggris. Kemudian, melanjutkan sesi photo-photonya Bu Lilis, yang ngebet pengen ambil photo di tiap tempat, sementara Ms. Dika ngga sabaran terus berjalan kalau kami sedang berjalan. Perjalanan dari pertokoan buku bekas dilanjutkan ke Little India. Sayangnya, tak ada pernik2 yang menarik untuk keempat temanku itu. Jadi kami melanjutkan perjalanan ke Orchard Road. Kakiku yang sudah pegal, memaksaku berhenti berjalan. Jadi, aku memutuskan duduk di Mc D Lucky Plaza dan meminta mereka terus tanpa diriku. Huwahhhh......... gila.... Capek banget. Ms. Shinta menemaniku menunggu teman2 lain di Mc D. Setelah belanja, kami menyusuri Orchard Road dan Bu Lilis memintaku memotretnya lagi di depan Takashimaya... Kami kemudian menuju pelabuhan ferry kembali. Sekali lagi, aku memutuskan menunggu mereka keliling, dan memilih untuk menukar boarding pass buat semuanya. Akhirnya, Bu Lilis, Ms Derma, Ms Shinta, dan Ms Dika makan bersama sebelum meninggalkan singapore dengan ferry. Selamat tinggal Singapore...

Jumat, 18 Juni 2010

Perjalanan ke Malaysia

Sebelum meninggalkan Batam, 11 Juni 2010, aku tak ingin hanya mengunjungi Singapura saja. Tanggal 29 Mei 2010, aku melakukan perjalanan sehari ke Malaysia. Dari pelabuhan ferry Batam Centre ke Stulang Laut, Johor Bahru Malaysia diperlukan waktu selama 2 Jam. Ferry yang kupakai boleh dikatakan kosong,... karena hanya ada kurang dari 20% penumpangnya. Ferry itu cukup bersih dan nyaman. Aku berangkat pukul 10.20, WIB. Sampai di Malaysia jam 13.20, waktu Malaysia. Tiket Ferry 320 ribu dengan tambahan seaport tax Indonesia 7 SGD dan seaport tax Malaysia 10 RM. Jadi PP kurang lebih IDR 400 ribu.
Jujur, aku tidak mengenal siapapun di Johor Bahru, dan aku berangkat sendiri, tanpa mengetahui obyek wisata apa yang akan kukunjungi di sana. Yang ada dalam benakku hanyalah memanfaatkan kesempatan yang tersisa sebelum meninggalkan BATAM disela-sela padatnya jadwal pelayanan. Sebenarnya, aku malah baru keluar dari RS tanggal 20 Mei-nya. Nekat ya? Belum benar-benar pulih... tapi sangat menyadari bahwa aku menginginkan perjalanan itu. Uang di sakuku hanyalah 20 SGD yang kemudian kutukar dengan 44 RM.
Aku makan siang di marrybrown terminal ferry, atau Zon stulang laut. Harga makan siangku 9.4 RM.
Setelah makan mie kare ala marybrown, aku melakukan tour di Zon itu. Zon adalah mall di pelabuhan ferry. Tempatnya kurang lebih sebesar Batam City Square(BCS). Mall itu sepi, sekalipun sedang ada pameran kerajinan tangan Malaysia disalah satu sudut lantai dasar. Aku mengamati pameran itupun sangat biasa. Kerajinan tangannya juga biasa saja. Bosan... Aku memutuskan meninggalkan Zon. Aku mulai kebingungan karena tidak ada petunjuk arah mencari bus atau transportasi umum. Aku sengaja tidak menggunakan taxi, karena disamping danaku terbatas, aku ingin mengetahui transportasi umum di Malaysia ini. Aku memutuskan bertanya pada petugas di pintu keluar pelabuhan. Setelah memperoleh penjelasan yang kurang jelas, aku memutuskan mengunjungi Bandar Raya. Aku menyusuri jalan keluar pelabuhan dengan santai sambil mengamati sekeliling. Aku bisa melihat bahwa Malaysia ini sepintas mirip Indonesia. Berada di Johor Bahru, tak ubahnya berada di Batam. Hanya beda bahasa. Aku juga melihat sampah tercecer di jalan yang kususuri. Berbeda dengan Singapura, yang nyaris tidak nampak ceceran sampah. Di depan pelabuhan ada pasar tradisional. Ada banyak warung makanan disitu.
Bus yang kutunggu tidak muncul-muncul... kepalaku mulai pening. Aku sempat berpikir untuk kembali ke pelabuhan dan menyeberang kembali ke Batam. Bayangkan kalau aku pingsan di negeri orang...Kekerasan hatikulah yang membuatku menolak pikiran itu. Panasnya cuaca membuat ide kembali saja ke Batam memang nampak rasional. Untung, bus itu akhirnya datang juga. Ongkos bus ditarik oleh pengemudi dan diberi struk. Perjalanan dengan bus 1.6 RM. Di Johor Bahru, rupanya sekolah tidak libur di hari Sabtu. Karena, tak jauh dari tempatku mendapatkan bus, bus kembali berhenti dan menaikan bannnnyyyyak pelajar sekolah. Tarif bus untuk pelajar 1 RM. Lalu lintas di Jalan-jalan Malaysia teratur dan tidak sepadat di Batam. Dalam 15 menit, aku melihat sebuah mall yang cukup besar di jalur bus. Aku memutuskan untuk turun di tempat itu. Johor Bahru City Square, nama mallnya. Berbeda dengan Zon, JB City Square cukup ramai dan padat pengunjungnya. Karena pingin pipis, aku mampir ke toilet dan membayar 0.20 RM. hihihi... kayak di Tunjungan Plaza deh.
Lanjutttttttttt..... Aku berkeliling di dalam mall. Ada J-co, mc D, dan berbagai restauran di lantai 1 dan 2. Ada Pameran elektronik juga di lantai dasar. Aku melihat toko buku dan singgah. Toko buku itu tidak terlalu luas. Lebih kecil dari Gramedia BCS. Aku melihat banyak buku pelajaran sekolah tersedia disana, khususnya persiapan ujian. Stationarynya tidak menarik, walaupun ada item yang di "sale".
Di Lantai 3 aku melihat salon-salon. Tarif salon di JB City Square agak lebih mahal dari di Batam. Namun bila dibandingkan dengan Jakarta, standarlah. Aku bosan di mall, maka aku keluar dan menemukan banyak bus ngetem di depan mall. Aku menanyakan bus mana yang ke Bandar Raya, so,... you know what? ternyata Bandar Raya itu ya di depan JB City Square itu. Huh... Kesel dah. Aku mengamati bus-bus itu, sial. Masa aku diajak om-om di halte itu. Gak sopan. Apa wajahku bingung banget ya? Akhirnya aku memilih ke Danga Bay. Walaupun ngga yakin Danga Bay itu apa. Kayaknya sih, seingatku Danga Bay itu pantai, kalo kubaca diinternet. Aku naik ke salah satu bus. Sama seperti waktu dari Zon, aku membayar pada pengemudi. Ia memberikan struk perjalanan dan tarifnya 1.3 RM. Perjalanannya pendek. Tapi lalu-lintas di seputar JB City Square kurang teratur. Banyak bus berhenti di tepi jalan. Aha... Tak lama barulah lancar. Danga Bay ternyata benar pantai. Aku menyukainya. Aku duduk2 disana lama juga. Senang, karena sepi dan cukup bersih dibandingkan Tanjung Pinggir Batam. Aku mengambil banyak foto dengan laptopku. Habis dah ngga punya ponsel berkamera dan ngga sempat pinjam kamera. Fotonya udah kuupload kok di FB.
Saat mau pulang, aku kehujanan. Basah semua pakaianku. Naasnya lagi, di JB City Square aku ngga bisa menemukan halte bus menuju Stulang Laut. Huh... hampir 45 menit aku bertanya-tanya. Untungnya akhirnya bisa juga aku menemukan bus ke pelabuhan Ferry. Nah itulah perjalananku ke Johor Bahru. Kalau saja aku tidak punya jadwal pelayanan di starkidz Batam keesokan harinya, aku masih ingin menyusuri Malaysia, melihat Kualalumpur, dan Genting. Namun, aku sudah sangat senang, bisa menapak jalan-jalan Malaysia. Thanks God.

Senin, 14 Juni 2010

seni mengajar

Menjadi guru, memerlukan kreativitas. Seni mengajar adalah menginspirasi siswa tetap belajar sekalipun mereka sedang tak ingin belajar. Kadang kala ini sangat memerlukan energi dan instuisi. Anak-anak tetaplah lebih suka bermain daripada belajar. Yang melelahkan juga kadang gaya berpikir anak-anak tidak dapat diperkirakan.

Minggu, 23 Mei 2010

MENGUBAH PASANGAN TANPA PERKATAAN

Ini merupakan tugas baca dan tanggapan buku wajib mata kuliah Konseling Pra Nikah ... Jika ada yang tertarik membaca bukunya silahkan hubungi www.Pedulikonseling.or.id

OUT LINE

Pendahuluan
Bab I Delapan Belas Tahun Pernikahan Kami
Bab II Pernikahan Kami Tumbuh lewat Konflik
Bab III Dunia yang Menghancurkan Keintiman
Bab IV Mitos Cinta Dalam Perkawinan
Bab V Pohon Keluarga dan Pewarisan Nilai
Bab VI Peranan Suami-Istri dan Tempat Tuhan dalam Keluarga
TANGGAPAN


PENDAHULUAN

Pernikahan merupakan suatu relasi yang diharapkan bertumbuh seiring dengan waktu, sebagaimana halnya sesuatu yang hidup. Dalam pernikahan terdapat tiga unsur yakni suami, istri dan dinamikanya. Sesungguhnya, dinamika pernikahan ini tahapan-tahapannya dapat diprediksi, dan juga dibutuhkan. Dinamika pernikahan meliputi, fisik, emosi dan spiritual.
Gesekan yang terjadi dalam pernikahan pada masa-masa awal merupakan masa-masa belajar untuk memperbaiki sikap dan menyesuaikan diri dalam berbagai perbedaan. Penyatuan dua individu yang berbeda membutuhkan pengorbanan yang besar. Cinta diharapkan dapat menjembatani perbedaan dan terpaan dari luar pernikahan.
Membangun keakraban juga tidak mudah karena masing-masing masih membawa imajinasi dan fantasi terhadap pasangan. Sekali lagi cinta dapat menguatkan pernikahan sehingga dapat bertumbuh melalui konflik. Seharusnya keintiman justru tumbuh melalui konflik dan perdebatan yang sehat. Kesulitan pada masa awal pernikahan ini sebanarnya dapat dibantu dengan toleransi dan kelenturan menyikapi perbedaan melalui sikap hati yang mau memaafkan. Pada umumnya pada masa awal pernikahan tidak mudah melepaskan kebiasaan yang telah dilakukan sejak kecil dari pola hidup keluarga sebelumnya.
Ada masa-masa krisis dalam pernikahan seperti ketika pasangan kehilangan pekerjaan sehingga penghasilan dalam keluarga tidak ada. Namun krisi ini dapat memperkuat pernikahan bila dikelola dengan baik.kuncinya adalah kemauan kedua pihak memikul beban dan menghindari sikap saling menyalahkan.
Semangat memiliki pernikahan dan rasa tanggung jawab terhadap keluarga akan mampu mengatasi semua perbedaan dan krisis dalam pernikahan. Lebih baik lagi, apabila sebelum menikah ada upaya mengenali perbedaan dan membahasnya hingga tuntas sehingga dapat memprediksi kemungkinan terburuk yang terjadi dalam pernikahan nantinya. Melalui konflik dalam pernikahan diharapkan pernikahan menjadi tangguh, sehat dan kuat dan dapat menjadi warisan berharga bagi anak-cucu.
BAB I
DELAPAN BELAS TAHUN PERNIKAHAN KAMI

Saya menyampaikan pernyataan cinta melalui surat karena khawatir ditolak. Padahal dalam suratpun, saya tidak dapat dengan terbuka menyampaikan isi hatinya. Syukurlah, pernyataan cinta itu tidak ditolak.
Masa pacaran berlangsung selama 3 tahun ditempuh dengan surat dan kunjungan yang jarang, karena pasangan ini berdomisili di kota yang berbeda. Pada masa inilah, visi membangun dan bekerja di pusat konseling dan kesehatan mental didapatkan. Keputusan menikah dijalankan setelah mendapat restu orang tua pasangan.
Pernikahan dilangsungkan di Jakarta 8 November 1991. Waktu persiapan pernikahan sangat singkat. Ironisnya, premarital konseling kami hanya dilaksanakan satu kali. Kata pendeta, “Kalian kan sudah mengerti apa arti berkeluarga itu!”
Kebahagiaan pernikahan tidak berlangsung lama. Pernikahan mulai diwarnai konflik karena perbedaan latar belakang keluarga mulai terlihat. Saya dibesarkan dalam pohon keluarga yang kurang bagus, karena sistem keluarga orangtua saya disfungsi. Skill komunikasi saya juga sangat minim. Saya tidak bisa menyatakan perasaan negatif saya. Lebih suka menyimpan, dan meledak dengan sikap mendiamkan istri saya.
Pelayanan memang sukses, dengan anggota jemaat berkembang 100% setiap tahun. Namun Pak Julianto lebih mengutamakan peran sebagai pendeta daripada suami dan ayah. Pada tahun kelima pelayanan di gereja, disepakatilah untuk mundur dari penggembalaan. Dengan belajar konseling di STTRII, Jakarta, tahun 1996.
Materi kuliah cocok dengan kebutuhan sekaligus interaksi di kampus ikut memulihkan. Pak Julianto mendapatkan pelayanan konseling selama setahun lebih dari dua konselor. Pengalaman dibimbing oleh konselor telah mengubah pandangan yang salah tentang keluarga dan pernikahan serta memberikan banyak ketrampilan baru sebagai suami-ayah, terutama dalam berkomunikasi. Akhirnya timbullah kesadaran mengapa tidak berfungsi menjadi suami yang baik di awal pernikahan kami. Hal itu karena mengalami banyak trauma saat masih kecil.
Setelah kuliah 6 bulan, banyak perubahan di dalam diri. Istri menyatakan itu dengan rasa puas karena menjadi jarang sekali bertengkar. Pak Julianto menjadi lebih dekat dan senang mengurus anak yang waktu itu baru anak satu, Josephus. Kami sungguh menikmati makna sebuah pernikahan. Pengalaman itulah yang mendorong kami mendirikan layanan konseling keluarga, mengadakan pembinaan pranikah dan memperkaya pernikahan.
Setelah 18 tahun menikah Tuhan memberikan kami banyak pengalaman indah dan kaya, termasuk melewati lima tahun pertama yang sangat sulit. Roswitha telah menjadi berkat besar bagi saya. Tuhan memberikan kami dua putera yang hebat buat kami, Josephus dan Moze. Kami bersyukur mendapat kasih sayang dari jemaat, dari sahabat dan dari keluarga besar kami. Terima kasih Roswitha, engkau adalah istri yang menjadi milik pusaka hidupku dari Tuhan. Terima kasih kepada ayah dan ibu mertua saya yang telah melahirkan dan membesarkan Rowitha, kemudian mengizinkan saya menikah dengan dia. Lewat pernikahan dengan Wita saya bertumbuh lebih mengenal Kristus. Lewat pernikahan dengan Wita saya lebih bersemangat menjalani panggilan Tuhan di ladang konseling, dan produktif dalam berkarya. Pernikahan kami telah memulihkan saya dari masa lalu saya yang buruk. Saya sangat bersyukur untuk pernikahan ini.
BAB II
PERNIKAHAN KAMI TUMBUH LEWAT KONFLIK
Setelah pernikahan, lima tahun pertama banyak konflik yang timbul. Diantaranya perbedaan keinginan antara Ibu Witha dan Pak Jul dalam berbagai hal. Misalnya, dalam hal masakan. Pak Jul ingin Bu Witha belajar memasak makanan Batak pada kakaknya. Sementara Bu Witha sudah merasa kelelahan setelah bekerja serta kurang nyaman dengan interaksi di lingkungan baru. Semula hal ini menyebabkan Pak Jul mendiamkan Bu Witha berhari-hari. Masalah pengasuhan anak, kecemburuan, seksualitas dan pengambilan keputusan juga menjadi topik konflik yang dialami pasangan Pak Jul dan Bu Witha.
Dalam konflik-konflik inilah, terlihat bahwa baik Bu Witha maupun Pak Jul belajar mengakomodasi dan memahami satu sama lain. Pada dasarnya ada usaha untuk menyelaraskan perbedaan dan kejujuran yang terlihat dari penyelesaian setiap konflik yang diceritakan. Ini merupakan modal yang menguatkan pernikahan Pak Julianto dan Ibu Roswitha.

BAB III
DUNIA YANG MENGHANCURKAN KEINTIMAN

Pada masa kini banyak sekali pernikahan yang berakhir dengan perceraian karena tidak ada usaha untuk memelihara dan merawat cinta. Ketergantungan pada teknologi menyebabkan masyarakat masa kini menjadi individualis dan impersonal. Keintiman merupakan hal yang langka. Kehidupan menjadi stressfull karena kurangnya relasi dan keintiman dalam keluarga.
Padahal keintiman akan memampukan individu mengatasi konflik dan krisi dalam kehidupannya. Penelitian membuktikan bahwa pernikahan yang kaya dengan keintiman membawa efek sehat bagi psikis dan fisik.
Dialog antar individu dan relasi benar-benar terbatas. Kedekatan tidak lagi terjalin karena kurangnya waktu berinteraksi dan semangat berkompetisi, bahkan dalam rumahtangga. Komersialisme juga mengurangi nilai-nilai kemanusiaan. Pasangan-pasangan mengejar status dan termotivasi oleh materi semata. Akibat kecenderungan ini, angka perceraian meningkat drastis karena meningkatnya stress dalam kehidupan rumah tangga.
Agar dapat menikmati kembali keintiman sejati dalam relasi antar keluarga diperlukan penemuan jati diri mula mula melalui hubungan dengan TUHAN.

BAB IV
MITOS CINTA DALAM PERKAWINAN


Motivasi pernikahan terkadang merupakan hal yang tidak benar-benar dipahami oleh pasangan yang sedang berpacaran. Pada umumnya pasangan yang akan menikah menjawab pertanyaan motivasi menikah dengan pernyataan, karena saling mencintai.
Namun demikian, sebenarnya bukan cinta yang menjadi motivasi utama pernikahan. Alasan yang mendominasi pernikahan antara lain adalah a. Pengalaman bercumbu selama pacaran, sehingga enggan untuk mengakhiri hubungan, Mereka saling tertarik satu dengan yang lain. Namun goal dan problem perkawinan itu sebenarnya belum sungguh-sungguh mereka sadari. (b) Lingkungan sosial menginginkan mereka menikah, karena orangtua ingin mereka segera menikah. (c) Pengaruh buku-buku roman dan tradisi, rasa kesepian dan kebosanan, takut akan keadaan ekonomi di masa depan. (d) Dengan menikah hidup lebih lengkap. (e) Faktor cinta neurosis misalnya karena kehilangan ayah atau ibu, dan berharap pasangan mereka menggantikan salah satu orangtua yang telah tiada secara simbolis.
Ada pula orang menikah dengan merasa dirinya lebih mencintai pasangannya, sehingga jika kemudian ada masalah, mereka saling menuduh bahwa pasangannyalah yang menyebabkan masalah tersebut. Seringkali pasangan merasa cinta sebagai sesuatu yang sangat perlu bagi kepuasan pernikahan. Cinta sering dimengerti hanya sebagai tindakan romantis atau kemesraan selama bercumbuan.
Masih banyak lagi mitos dan pandangan-pandangan yang keliru berhubungan dengan pernikahan dan hubungan yang mau memasuki pernikahan.

BAB V
POHON KELUARGA DAN PEWARISAN NILAI

Mencari bimbingan dan konseling sebelum pernikahan merupakan hal yang sangat dianjurkan. Mengenali keluarga calon pasangan kita akan membantu mengurangi konflik dan mengelola konflik dalam pernikahan. Pola relasi dalam keluarga pasangan akan dibawa dalam rumah tangganya kelak. Bilamana pola tersebut adalah pola yang baik, tentunya tidak ada salahnya diwariskan, namun bilamana telah dilihat pola yang merusak maka perlu tindakan untuk memutuskan dan membuang pola yang merusak itu.
Nilai-nilai yang bisa diwariskan contohnya, kejujuran, kesetiaan, kesederhanaan, budaya membaca, mezbah keluarga, kesehatan, konsisten dalam panggilan hidup, pengelolaan uang yang baik dan ketekunan dalam bekerja.
Pohon keluarga yang rusak dapat dipulihkan asal ada kesediaan untuk memutuskan rantai. Contoh pada keluarga penulis sendiri dan Bonnie dan Bobby yang dikisahkan ulang oleh penulis. Pernikahan yang sehat dapat mempercepat pemulihan pribadi pasangan yang rusak karena pohon keluarganya.

BAB VI
PERAN SUAMI ISTRI DAN TEMPAT TUHAN DALAM PERNIKAHAN

Salah satu hal lain yang perlu dipelajari dalam mempersiapkan pernikahan adalah memahami peran sebagai suami dan istri yang saling melengkapi, memberi dan menolong.
Peran istri adalah sebagai penolong. Istri dipanggil untuk tunduk pada suami, dan menjadi penolong yang sepadan. Yang dimaksud penolong yang sepadan adalah istri perlu memelihara sikap yang baik, membuat rumah menjadi tempat yang menyenangkan bagi suami, menjaga kecantikan dan bekerjasama dengan suami mendidik anak-anak. Istri juga perlu menunjukkan penghormatan pada suaminya.
Suami adalah pemimpin keluarga. Ia harus mengambil keputusan dalam rumahtangga dan menunjukkan kasih dengan kualitas sebagaimana dibutuhkan istrinya. Masing-masing harus mampu meninggalkan pola dari keluarga sebelumnya.
Unsur yang paling penting dalam pernikahan adalah TUHAN. TUHAN adalah pembangun keluarga, penebus dan juru selamat keluarga. Keberhasilan pernikahan ditentukan oleh kemampuan untuk melibatkan Tuhan dalam semua pengambilan keputusan dan kesediaan menuruti hukum-hukum yang ALLAH tetapkan dalam rumahtangga.

TANGGAPAN

Buku ini merupakan buku yang baik dan cukup menarik khususnya tentang pernikahan. Keistimewaan buku ini adalah bahasannya yang didasarkan pada pengalaman real penulis dan diikuti dengan kedalaman uraiannya. Penulis tidak hanya menjelaskan masalah-masalah yang dihadapi dalam pernikahan tetapi juga memberikan solusi yang telah dicoba sendiri dengan pasangannya. Penulis menggambarkan dengan baik betapa dinamisnya pernikahan itu.
Saya merasa terkesan pada:
1. Keterbukaan penulis membagikan pengalamannya dalam berbagai konflik pernikahannya serta bagaimana penulis dapat menemukan solusi dalam konflik tersebut. Saya dapat melihat bahwa penulis tidak hanya berteori, namun telah menerapkan komunikasi dalam pernikahannya. Penulis tidak segan mengakui kegagalannya dan menarik pelajaran dalam setiap kegagalan yang dilakukan. Tak heran pernikahan menjadi semakin kuat.
2. Pengupasan tentang mitos-mitos yang ada dalam benak banyak orang yang menikah. Beberapa mitos itu memang ada, dan mungkin mitos-mitos tersebut yang membawa mama dan papa saya menikah. Pernikahan orang tua saya merupakan pembanding dari apa yang ditulis pada buku ini.
3. Tempat Tuhan dalam pernikahan. Dibesarkan dalam keluarga yang tidak seiman, serta pernikahan yang gagal, saya sangat menyadari bahwa kegagalan melibatkan TUHAN dalam membina pernikahan merupakan kegagalan yang sangat fatal. Saya sangat diberkati oleh penjelasan mengenai peran seorang istri dalam buku ini.
Melalui membaca ini secara tidak langsung saya mempelajari satu lagi pernikahan bahagia yang dapat saya teladani. Sejujurnya saya jadi berhati-hati sebelum mengambil keputusan dalam berhubungan dengan lawan jenis. Saya jadi lebih memiliki keyakinan untuk memulai pernikahan dengan konsep dan tujuan yang benar, daripada melanjutkan hubungan yang diwarnai pemikiran yang keliru.
Akhirnya, saya menjadi lebih menyadari betapa kompleks dan dinamisnya pernikahan itu dari buku ini. Setiap pasangan memiliki pergumulan dan konflik yang berbeda, namun kesedianan penulis membagikan pengalaman hidupnya dan konflik yang dialaminya benar-benar memberikan pencerahan bagi saya.
Saya menyarankan agar buku ini dapat dimanfaatkan sebagai referensi bagi pasangan-pasangan yang akan menikah, untuk dipelajari. Pertanyaan-pertanyaan pada akhir beberapa bab bermanfaat untuk evaluasi hubungan bagi pasangan yang belum menikah. Bila dijawab dengan sungguh-sungguh dan jujur akan membantu sekali dalam mengambil keputusan melanjutkan hubungan atau menunda untuk memperbaiki diri, hingga terbangun hubungan yang lebih baik.
Pengalaman sendiri adalah guru yang baik, namun guru terbaik adalah pengalaman orang lain. Alangkah baiknya jika kita dapat mengurangi konflik dalam pernikahan kita jika kita mau belajar dari pengalaman pasangan lain.
Saya bersyukur dapat membaca buku ini sebelum saya memasuki pernikahan saya sendiri, karena dengan demikian saya dapat mempersiapkan dan memimpikan sistem pernikahan yang sehat, dan diberkati.

Sabtu, 22 Mei 2010

Salah satu buku yang menarik

Mujizat Tak Selalu dari Tuhan

Judul : The Visitation, Lawatan Pembawa Bencana.
Pengarang : Frank Peretti
Penerbit : Metanoia
Tahun : 2001, cetakan ke 5 Tahun 2005

Novel karya Frank Peretti setebal 441 halaman ini merupakan karyanya ke 6 yang telah diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia oleh penerbit Metanoia. Novel ini merupakan karya fiksi rohani yang memikat yang dapat menjadi perenungan bagi umat Kristiani.
Frank Peretti adalah penulis novel-novel Kristiani yang sangat digemari. Terbukti, novel-novelnya diterjemahkan dalam 11 bahasa, dan terjual lebih dari 9 juta eksemplar. Ia memenangkan Gold Medallion Award tahun 1996 di bidang karya fiksi Kristen. Frank tinggal di Pacific Northwest, bersama istrinya Barbara.
Alur yang digunakan dalam novel ini adalah alur campuran, namun tetap dominan menggunakan alur maju sehingga pembaca dapat memahami ceritanya.
Penokohan dalam novel ini kebanyakan menggunakan bentuk pertama. Tokoh utamanya, aku, Travis Jordan adalah mantan pendeta yang pensiun setelah istrinya, Marian meninggal digambarkan sebagai sosok yang keras kepala, serta melawan arus. Tokoh utama ini adalah tokoh protagonis yang mencari pengenalan akan Allah dengan benar dan bergumul sejak meninggalnya istrinya. Tokoh utama kedua yang ada dalam novel, Justin Caldwel, adalah seorang anak yang tidak bahagia yang ketidakpuasan rohaninya diawali oleh keadaan keluarga dan lingkungannya. Sebagai anak pendeta yang otoriter dan kejam ia belajar memanipulasi orang-orang di sekelilingnya. Sakit hati digambarkan dengan sangat dalam membuat Justin sangat ingin dipuja, diagung-agungkan. Mujizat-mujizat yang dihadirkan Justin membuat seluruh kota terpesona.
Gaya bahasa yang digunakan Frank Peretti adalah gaya bahasa yang mudah dicerna, dan disusun dengan menarik sehingga maksud penulis mudah dipahami.
Kisah dalam The Visitasion diawali dengan kisah pemakuan Justin Caldwel tokoh “Yesus” di halaman belakang rumahnya. Penulis kemudian melanjutkannya dengan perjalanan kehidupan Travis Jordan ”sang Pendeta”, pada masa muda, sebelum menjadi pendeta, serta pernikahannya dengan Marian, dan perjalanan kependetaan Travis. Kisah tersebut terus bergulir dengan diselingi masuknya “Yesus” yang membawa banyak mujizat di kota kecil, tempat Travis melayani. Peretti dengan runtut menggambarkan upaya Travis untuk memecahkan misteri “Yesus” pembawa mujizat tersebut. Menemukan identitas “Yesus” pembawa mujizat tersebut mengajar Travis untuk semakin mengenal Yesus yang sesungguhnya.
Pengambaran tokoh-tokoh dalam kisah ini manusiawi, menarik, diselingi kisah cinta diantara tokoh-tokohnya. Cara Frank Peretti melukiskan tokoh-tokohnya masuk akal dan mudah dipahami. Karakter-karakter tokohnya dapat dibaca dengan mudah dalam percakapan-percakapan, deskripsinya, dan juga pergolakan batin yang dialami tiap tokoh.
Kisah ini sangat menarik dibaca, karena kisah ini membawa kita pada perenungan, seberapa dalam kita mengenal Allah, mengenal Yesus, sehingga kita tidak dapat dikecoh oleh mujizat yang mungkin saja bukan dari Tuhan. Mujizat, memang tidak selalu berasal dari Tuhan.
Amanat yang dibawa kisah ini mengajar pembacanya untuk memiliki pengenalan yang mendalam pada Yesus Kristus, Allah yang mengasihi setiap orang.
Buku ini mungkin, tidak banyak diminati karena tebalnya halamannya. Sayang sekali, padahal amanat dalam buku ini sangat menarik.

Selasa, 20 April 2010

Bermalam tanpa tidur di Singapura, gila ya...

Seorang sahabat dekatku ada di Singapura. Ia bermalam di hotel Mariott bersama suami dan anaknya. Aku sudahh lama tidak bertemu dengan dia. Sejak aku mengurus surat-surat di Surabaya September tahun lalu. Aku sangat merindukannya.
Memang, sejak 10 tahun lalu aku sangat ingin menikmati jalan-jalan bersama dia di Singapura. Apa daya, aku kan ngga sanggup beli tiket pesawat dan menginap di sana. Aku tahu setiap tahun tanggal 26 Des- 1 Januari ia akan ada di Singapura. Karena aku kuliah S2 sekarang, aku merencanakan tidak pulang natal ini, dan akan jalan2 dengannya di Singapura. Sekarang aku di Batam. Ke Singapura cuma perlu 300 rb PP. Sementara pulang ke Jakarta pada tanggal 18 Desember nanti hingga tanggal 2 tiket pesawatnya saja bisa mencapai 1.1 juta.
Kemudian, suaminya terserang strooke ringan dan ia berangkat lebih awal 30 Nov-6 Dec. Aduh... Tidak bertemu lagi dong... pikirku gemas. Itu sebabnya akhirnya aku memutuskan berangkat menemui dia di Singapura, 4 Des lalu. Ia juga bilang akan pulang lebih awal karena suaminya tidak betah di di Singapura dan menurut dokter di sana memang pengobatan di Sby sudah tepat. makin bertekadlah aku untuk menemuinya. Aku tak tahu kapan bisa ke Surabaya. Jadi lebih baik aku pergi ke Singapura.
Demikianlah, pulang kerja jam 16.00 aku melesat ke terminal ferry batam centre. Aduh, paspor ketinggalan di kelas, aku berlari kembali kesekolah. Tidak berganti pakaian dan hujan turu gerimis membasahi tubuhku. Aku berhitung, mungkin, aku bisa bertemu 1-2 jam lalu tanpa bermalam aku bisa pulang ke Batam. Aku tiba diterminal ferry sudah jam 16.20, Ferry adanya jam 17.20 paling cepat. Aku mulai gelisah, kalau samapi singapura 19.20, temanku sudah tidur belum? Mengingat suaminya sakit dan setelah kontak terakhir aku tidak dapat menghubungi dia lagi.
Beli tiket ngga? pergumulan itu tidak berlangsung lama. Beli tiket. Aku menunjukkan paspor dan NPWP di imigrasi, cap paspor dan menunggu ferry di ruang tunggu. Aku membuka laptop mencoba mencari informasi hostel di Singapura. Aduh, internetku ngga bisa connect. Kecewa sekali aku. Bagaimana, kalau nanti aku terpaksa bermalam? Bisa2 ditangkap polisi aku berkeliaran di sana. Apa batal aja?
Tetapi tekad untuk ketemu temanku itu benar2 lebih kuat dari ketakutan ditangkap polisi. Jadi aku naik ke ferry juga. Di atas ferry sekali lagi aku mencoba mencari koneksi internet. Benar-benar tidak bisa. Aku coba telepon adikku yang sempat memberi info hostel murah, tidak diangkat. Astaga... aku cemas, tapi tidak panik. Di Jakarta banyak tempat buka 24 jam yang bisa dimanfaatkan menunggu pagi, masak di Singapura tidak ada? Aku mencari orang yang bisa kujadikan sumber informasi di atas ferry. Untung aku melihat keluarga yang kelihatannya cukup ramah dengan anak kecil. Aku bertanya pada mereka.
Ibu yang menjawab pertanyaanku itu orang Tanjung Pinang, sudah warga Singapura. Ia memberi tahukanku tempat-tempat yang bisa kumanfaatkan melewatkan malam. Ia juga menyarankan untuk tidak booking ferry pulang malam itu. Ia memberiku petunjuk mencapai Mariott dengan MRT.
Dasar aku tidak punya kemampuan orientasi arah, udah di orchard nyasar juga... untung tidak booking ferry langsung pulang. Aku sampai di kamar sahabatku jam 20.30 malam. Jelas ngga mungkin balik Batam. Untung juga dapat info dari teman setempat duduk itu valid dan akurat. Aku menghabiskan malam di sepanjang Lucky Plaza dan Mariott.
Apa yang kudapat semalaman itu?
Aku berhasil memeriksa pekerjaan menulis siswaku yang telah 2 minggu tertunda, karena setiap pulang sekolah aku sudah merasa keletihan. Selesai tuntas!!!
Aku juga menikmati pemandangan malam di pertokoan itu. Aku jadi tahu bahwa banyak orang di Singapore itu juga suka berfoto. Saat toko sudah tutup sampai jam 1 pagi aku masih melihat orang berfoto di depan Tang Plaza. Jam 2 pagi ada sekelompok orang bersepeda di jalan itu.
Di Indonesia, suasana sangat sepi jam 1-3 pagi. Jam 4 suasana mulai ramai di jalan-jalan. Semakin siang makin ramai.
Di Orchard, jam 3 masih banyak orang, tetapi mulai jam 4 hingga jam 7 pagi, sangat sepi. Jam 3 aku duduk di lobby hotel Mariott meluruskan kaki. Sampai jam 5. Tadinya aku berencana ke Mustafa, jalan-jalan. Karena terlalu malam aku segan, makanya akhirnya aku bermalam di Mcdonald Lucky Plaza.
Malam itu, sambil memeriksa pekerjaan menulis siswaku, di depan mejaku ada 3 wanita. Dari percakapan mereka yang kudengar, aku tahu mereka guru, yang berasal dari Filipina. Aku mendengarkan percakapan mereka tanpa sengaja. Tahukah kamu apa yang suka dibicarakan para guru? Hahahahahaha... dimanapun sama saja rupanya. Mereka sedang membicarakan muridnya.

Paginya, setelah sahabatku bangun, aku mandi di kamar hotelnya, lalu kami pergi makan di Ayam Penyet Ria. Kami menghabiskan waktu, berjalan-jalan di Lucky Plaza bersama-sama, bertukar cerita. Ia mencemaskan kesehatanku, dan juga menceritakan keadaan suaminya. Pertemuan kami tidak luput dengan ucapan syukur karena TUHAN memelihara kami berdua. Aku sangat gembira dapat bertemu sahabatku itu. Aku mengantarkannya ke Bandara Changi jam 02 siang waktu Singapore untuk kembali ke Surabaya. Memelihara persahabatan memang tidak mudah,... apalagi, jika dibatasi jarak dan waktu. Melihat dia sehat dan keluarganya baik2 sungguh menhangatkan hatiku. Impianku berjalan-jalan dengannya telah tercapai, walaupun, aku tidak tidur malam itu. Aku bahagia.

Minggu, 18 April 2010

Makna penderitaan

Pagi ini, aku bangun dan pergi menyalakan lampu. Terimakasih Tuhan, ada listrik di rumahku. Kamarku nyaman dan tempat tidurku empuk. Aku minum. Trimakasih TUHAN, ada air minum bersih dan segar. Aku ke toilet dan b.a.k , b.a.b, aku berterimakasih pada TUHAN aku bisa melakukannya sendiri. Aku juga punya air untuk membersihkan diri setelah itu. Trimakasih TUHAN. Aku melihat kamarku, sekelilingku, ada AC, lemari pakaian, laptop, 3 HP, betapa banyak kemudahan yang kumiliki. Sekali lagi aku bersyukur pada TUHAN. Ketika tatapanku tertuju pada deretan foto2 di meja belajarku, sekali lagi aku bersyukur pada TUHAN, untuk murid2 yang pernah kudididk, setiap foto bermakna, satu momen berkesan dalam hidupku. Aku melihat roti di meja belajarku, aku bersyukur ada cukup makanan untuk hari ini. Ada tempat klip berbentuk kelinci, yang mengingatkanku pada seorang teman yang mengasihiku, terimakasih TUHAN aku mempunyai teman. Aku melihat arloji yang baru dibelikan sahabatku, 2 Juli lalu, terimakasih TUHAN aku punya sahabat. Aku melihat minyak kayu putih, dan vicks yang menjadi penolongku ketika demam menyerang, sekali lagi aku bersyukur ada obat-obatan untukku. Terimakasih TUHAN. Masih banyak hal lain yang perlu kusyukuri, yang membuat daftar ini kian panjang.

Pagi ini, aku membaca tentang jebakan penderitaan. Saat kita melihat masalah di depan kita lebih besar dari yang bisa kita tanggung, rasanya. Yah memang hanya perasaan, karena jika kita melihat kehidupan Ayub dalam Alkitab, kita bisa melihat, seseorang yang kehilangan kekayaan, keluarga, dan bahkan yang tersisa dalam keluarganya hanya bisa menjadi pengomel... Sahabat yang datang bukannya menjadi pemberi support tetapi menjadi penuduh... adakah penderitaan itu sudah cukup? Ayub bahkan kehilangan kesehatannya. So, apakah rasanya?
Kita dapat duduk dan menangisi diri kita, kenapa... kenapa ... dan kenapa .... ??? Atau, kita dapat memandang ke atas menoleh sekeliling dan melihat, bagaimana kita masih dapat berbuat sesuatu.
Aku ingat pernah membaca tentang Joni Earekson Tada, yang mengalami kelumpuhan pada sebagian besar tubuhnya, karena kecelakaan, Joni dapat saja mengasihani dirinya, tetapi ia memilih melihat ke atas, kepada TUHAN dan mensyukuri kehidupan, menjadi motivator yang memberkati banyak orang. Aku menonton video Nick, seorang pemuda yang hanya mempunyai tubuh, tanpa kaki dan tangan, ia pun mensyukuri kehidupannya dan dapat melayani TUHAN dalam keterbatasannya, dengan tidak terbatas.

Pagi ini aku melihat foto gambar2 anak2 yang menderita entah dimana (sudan ngkali ya), minum air kencing binatang, karena tiada air, mencuci muka dengan air tersebut, bahkan melihat kulit yang kisut kurus kering, mungkin karena tidak ada makanan dan air. Aku melihat gambar yang menunjukkan seorang anak mengais di tanah yang kering dan tandus, ditunggui burung pemakan bangkai, yang siap memakan mayatnya jika anak itu mati...
Aku tiba-tiba menyadari, betapa kurangnya aku bersyukur. Betapa banyaknya aku mengeluh.

Di ujung tulisan ini, ketika banyak penderitaan kita alami, dan kita lihat, apakah akhir dari semua itu? Dapakah mata kita memandang pada ALLAH yang pada akhirnya menjadikan sebuah akhir yang bahagia. Adakah pengharapan dalam kita, melihat ujung yang bersinar dan akhir yang penuh sukacita, sekalipun dunia ini hanya memberi kita duka? Adakah kita mengizinkan TUHAN menjadikan penderitaan sebagai proses kita disempurnakan? Adakah aku mengizinkan TUHAN menjadikan penderitaan sebagai proses aku disempurnakan?

Saat aku kesal karena disalah mengerti, saat aku jengkel sesuatu tidak sesuai keinginanku, saat aku merasa bodoh sekali, saat aku sendirian ketika sakit, saat aku sedih dan tak ada yang menghampiri, saat aku merasa diperlakukan tidak adil, saat orang yang kukasihi mengalami hal buruk, ... Aku belum menderita sih....

Ada lebih banyak penderitaan lain, dan aku harus bersyukur bahwa aku sedang diproses menjadi manusia yang lebih disukai Allah dan lebih mengenal ALLAH.

Jumat, 16 April 2010

Guru,.. teladan seorang guru

Seorang guru merupakan sosok yang mempunyai pengaruh dalam kehidupan. Alkitab menuliskan, karena peran guru demikian penting, dikatakan agar yang menjadi guru benar-benar berhati-hati dalam kehidupannya. Ia adalah sosok yang seharusnya menjadi teladan. Saya mencoba membuat list dalam hal apa seorang guru perlu benar-benar memperhatikan pengaruhnya
1. Kasih, pekerjaan seorang guru memerlukan kasih yang sangaaaattt dalam. Mengapa demikian? tanpa kasih, menjadi guru adalah pekerjaan yang sangat melelahkan, dan membosankan. Mengapa guru jaman sekarang banyak tuntutan, banyak menggerutu, gaji kecillah, murid bandellah, yah sejak dulu memang gaji guru kecil,.. sejak dulu murid ya memang bandel. Bedanya tipislah. tiap generasi punya tantangan sendiri kok. Kasih merupakan modal awal seorang guru menjadi guru yang berdedikasi
2. Mau belajar. Guru yang nggak mau belajar, mendingan jangan jadi guru. Mendidik adalah seni yang memerlukan ketekunan dan kesungguhan hati kita membangun diri. Jika kita tidak up to date bagaimana kita bisa menyiapkan anak-anak yang berkualitas. Kita tidak perlu malu bila kita tidak tahu sesuatu yang ditanyakan anak didik kita, kita dapat membimbing anak kita mencari tahu apa yang belum diketahui. Selain, kesediaan kita mengakui ketidaktahuan membangun suatu budaya jujur pada siswa, kesediaan kita membimbing mereka mencari mendorong anak2 kita menjadi manusia pembelajar seperti kita.
3. Refleksi. Kita harus selalu merefleksi diri kita, sudahkah kita melakukan yang terbaik untuk diri kita, anak didik kita, dan teman sekerja kita.
Terkadang setelah menjadi guru, kita lupa untuk melakukan hal-hal tersebut. Saat siswa kita tidak lulus UN kita bilang pemerintah sih pakai UN segala,... lalu kita bilang, ... kita sudah maksimal kok, muridnya aja yang kurang, ... atau kita katakan, yah kan kita jujur, ... wajar jika ada yang tidak lulus. HEYYYY, kalau memang benar kita sudah maksimal, jujur, maka kita akan merefleksi diri,mengapa siswa kita gagal. Mungkinkah kita kurang sabar dalam membina, atau kurang menguasai materi? Bagaimana agar kita dapat meningkatkan diri kita? Sebenarnya, kegagalan siswa, adalah kegagalan kita. Bila siswa mengantuk saat pelajaran, kita menganggap mereka nakal. Padahal, bagaimana siswa tidak mengantuk jika kita membosankan? Mari, kita tingkatkan kualitas, agar kita dapat bertanggung jawab atas pelayanan kita.

Tips Hidup Maksimal

Mendengar suara Tuhan adalah kunci hidup orang percaya menjadi maksimal. Sayangnya seringkali, kita merasa Tuhan tidak berbicara pada kita. ...